It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
balas dendam alfa yg ditemani dave mungkin bisa jd pertanda baik buat ricky dan rio. semoga aja mereka baikan. secaea rio lg sakit dan disana mereka kekunci berdua. hehehe
udaah dave sama dimas aja. lbh cocok. tp kok gw ngerasa klo ergha ada maksud tersendiri deh nabrak dave dan dimas. apa dia cemburu?
lanjut lg daah
Ricky labil ihh ._. Alfa gemes banget sama kamu *sini peluk
next update, aku dimention ya kak @lava
kalo update, mau ngga mention aku juga ?? (^_^)
kalo update, mau ngga mention aku juga ?? (^_^)
kalo update, mau ngga mention aku juga ?? (^_^)
kalo update, mau ngga mention aku juga ?? (^_^)
kak @lava kapan update?
*
Api kecil yang 'menumpang hidup' pada sebuah lilin yang mulai meleleh perlahan karena keberadaan si api kecil, bergoyang kecil.
Cicak di dinding hanya membisu memperhatikan 2 orang yang di pastikan masih bernafas, namun tak mengeluarkan suara mereka sedikitpun.
Mereka kalah aktif dengan jangkrik-jangkrik di luar sana yang sepertinya menyelenggarakan Orkestra bersama peredator mereka sendiri, Katak. (katak juga makan jangkrik kan ya?)
Kedua orang yang di maksud disini tak lain dan tak bukan, adalah Ricky dan Rio.
Mereka sudah 3 jam terkurung di ruang Osis hanya dengan satu lilin yang menemani mereka. Menjadi sumber cahaya sekaligus sumber kehangatan satu-satunya untuk mereka.
Ricky merutuki lampu ruang Osis yang tiba-tiba saja tak mau menyala, hingga akhirnya mereka harus menggunakan lilin -yang untungnya ada satu di laci meja Ricky.
Jangan tanya kenapa Ricky menyimpan lilin di laci mejanya.
Yang pasti ia tak ada maksud jahat, seperti melakukan ritual aneh atau pun uji nyali di ruang Osis.
-
Entah apa yang tengah di pikirkan kedua sejoli yang tengah di rundung badai itu.
Di ruang Osis itu ada 3 meja dan 3 kursi yang berjejer berdampingan.
Tapi mereka malah memilih duduk di lantai beralaskan karpet tipis -yang memang sudah ada di ruang Osis dari tahun lalu, bekas para panitia MOS.
Mereka duduk berdampingan, menyender ke dinding dengan lilin di tengah-tengah mereka.
Walau samar, tapi Ricky bisa melihat raut lelah nan letih di wajah Rio.
Keringat pun bercucuran dengan tak wajar di sekitar wajah Rio. Bagaimana mungkin di suasana malam yang dingin seperti ini, Rio berkeringat seperti itu.
Jelas sekali keadaanya tak baik-baik saja, apa lagi dengan nafasnya yang memang terdengar tak teratur.
Ricky merutuki siapa saja yang menguncinya disini. Dia menduga orang yang menguncinya, tak tau menau kalo ada seseorang selain Ricky yang ia kunci.
Sudah berbagai cara Ricky dan Rio lakukan agar bisa keluar dari ruang Osis itu. Dari berteriak sambil menggedor pintu, mencoba membuka jendela -yang sayangnya memang sengaja di pasang permanen, sampai-sampai hampir merusak properti sekolah dengan cara mendobrak pintu atau memecahkan kaca jendela.
Jangan tanyakan soal alat komunikasi mereka.
Alat yang biasanya bisa membantu di saat segenting apapun itu, malah terbujur kaku 'tewas' sebelum Ricky dan Rio menggunakanya.
Dan beginilah mereka sekarang, hanya bisa diam menunggu pak Darus membuka pintu Osis.
Biasanya beliau akan membersihkan tempat-tempat seperti ruang Osis, ruang guru, ruang Kepsek bahkan sampai perpustakaan di minggu pagi.
Yah, Dia memang penjaga/pengurus sekolah yang baik. tak salah sekolah mempertahankanya sampai 10 tahun lamanya.
"Ught..." keheningan di ruangan itu di pecahkan oleh ringsan Rio yang terlihat semakin tak baik-baik saja.
Ricky yang mendengar itu jelas saja semakin khawatir.
Dari tadi ia hanya diam dan mencoba mengabaikan Rio, -karena sisi egoisnya yang terus meneriakan kebohongan macam apa yang telah Rio lakukan padanya, menguasai pikiranya.
Tapi sekarang, peduli setan dengan egonya itu. Rasa khawatirnya sekarang lebih menguasai Ricky.
Di ambilnya lilin dan di letakannya di atas meja tak jauh dari mereka berdua.
Ricky perlahan duduk di sebelah Rio. Memperhatikan dengan seksama keadaan seseorang yang sanggup membuatnya bertindak kelewatan kepada siapa saja yang mengusik atau pun menggagunya.
"Rio...?" Bisik Ricky pelan sambil menyentuh bahu Rio yang tampak menggigil, ragu.
Yang di panggil tak merespon sedikitpun. Rio hanya memeluk lututnya erat dengan pandangan yang semakin tak fokus.
Tubuhnya terasa semakin tak enak. Kepalanya pun terasa semakin memberat.
Seharusnya Rio memang mengikuti saran Kenda td. Tak mengikuti rapat dengan keadaan tubuh -yang Rio sadari memang tak baik-baik saja.
Tapi seolah ada sesuatu yang membuatnya tak ingin melewatkan rapat hari ini. Rio terus berkeras kepala, menguatkan diri dan mencoba mensugestikan diri bahwa dirinya baik-baik saja.
Satu alasan yang sepertinya membuat Rio begitu berkeras diri, yaitu melihat Ricky.
Terdengar sepele dan lebay mungkin, tapi jika kalian merasakan perasaan sehebat dan sebasar Rio pada Ricky langsung, mungkin kalian takan menganggap sepele alasan Rio.
'Rasanya tak lengkap bila sehari saja tak bertemu dan bertatap muka dengannya' itu yang sering Rio suara kan di hatinya.
Tapi sepertinya Rio sudah sampai batasnya.
Penglihatan Rio menggelap seketika saat dirasakanya panggilan dan sentuhan Ricky dibahunya.
Tubuh Rio limbung kearah Ricky -yang tentu saja membuat ketua Osis itu kaget. Wajahnya yang biasanya datar bak tembok, mendadak panik.
"R-RIO!!?? Hey!"
"Ungh..."
Ricky semakin panik saat di rasakannya tubuh Rio panas luar biasa.
Rasa khawatir, cemas, bingung dan takut, bercampur jadi satu.
Tatapan khawatir Ricky tak lepas dari wajah Rio yang di banjiri keringat, nafasnya pun tak teratur dan juga sangat panas.
Di sekanya lembut keringat di dahi Rio.
"U-ungghh... D-dinginhh..." bisik Rio lirih.
"Ssttt..."