BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

CLBK(Cinta Lama Belum Kelar) "TAMAT"

1192022242533

Comments

  • edited February 2015
    Maaf aku mention ya :)

    @raden_sujay @harya_key @Different @ragahwijayah_ @muffle @AbdulFoo @kaka_el @Adamx @JNong @Unprince @kristal_air @d_cetya @lulu_75 @4ndh0 @SteveAnggara @Cyclone
    @Adityaa_okk @Tsu_no_YanYan @arGos @RenoF @arifinselalusial @Adhika_vevo @Widy_WNata92 @Ndraa @Sicilienne @nakashima.

    Karakter cerita: @3ll0 @Tsunami @cute_inuyasha @MarioBros @balaka


    Part 8
    #Reino

    Kak Raya kelihatan bahagia sekali setelah berpacaran dengan bang Mario. Dari kak Ibin aku tahu, semua kabar tentang Vinchen. Aku juga bercerita dengan kak Ibin tentang keadaan hubunganku dan Vinchen. Menurut kak Ibin, kami masih terlalu muda untuk mengambil sebuah keputusan. Kak Ibin benar, karena apa saja bisa terjadi di depan sana. Siapa yang tahu?

    Yang aku tahu, saat ini aku ingin selalu bersama Vinchen.
    Yang aku tahu, aku sangat merindukan sosok Vinchen.

    "Bukannya kamu setiap hari ketemu sama Vinchen di sekolah?" Begitu tanya kak Ibin, saat aku memintanya dan Rifan untuk mempertemukan aku dan Vinchen dalam pertemuan yang seolah tidak disengaja.

    "Jangan telpon atau kirim pesan buat Vinvin, karena Vinvin gak akan balas ataupun angkat telpon dari Rein."

    Itu balasan pesan terakhir dari Vinchen saat puluhan telpon dariku, tidak mendapatkan jawaban darinya, dan ratusan pesanku, tidak ada balasan darinya. Bagaimana aku bisa bertemu dengannya di sekolah?

    Saat aku ke kelasnya, dia mempunyai seratus alasan untuk menghindariku.
    Saat aku lewat di lapangan sekolah, atau saat istirahat di kantin. Aku sudah tidak bisa lagi menemukannya di sana. Dia benar-benar menjaga jarak dariku.

    ................................

    Aku coba lagi menulis pesan untuk Vinchen. 'Gimana Vinvin ngerjain UAN kemarin lancar?' aku hapus lagi.
    Tulis lagi. 'Vinvin lagi apa?' aku hapus lagi.
    Tulis lagi. 'Kangen Vinvin :(?' aku hapus lagi.
    Tulis lagi. 'Kangen Vinvin banget :'(' aku hapus lagi.
    Tulis lagi. 'Banget banget banget kangen Vinvin T_T' aku hapus lagi.

    "Dek udah selesai kan UAN nya?" Tanya kak Raya saat masuk ke kamarku.

    "Udah kak."Jawabku tersenyum. Aku gak mau kak Raya melihat kegalauan hatiku.

    "Gimana lancar ngerjain soal-soalnya?" Kak Raya duduk di ranjangku.

    Aku menaruh HP yang sedari tadi aku pegang. "Lumayan lah kak."

    "Dek, kamu lagi punya masalah ya?" Kak Raya mengusap rambutku.

    Aku menggelengkan kepalaku. "Gak ada kak, UAN juga udah selesai, tinggal nunggu kelulusan aja." Jawabku menenangkan kak Raya yang terlihat khawatir. Mungkin aku tidak begitu pintar menutupi perasaanku.

    "Kamu lanjut di sini kan dek? Kakak belum bisa jauh dari kamu." Mata kak Raya sudah berkaca-kaca. Tangannya masih terus mengusap kepalaku. 'Ya Tuhan, aku gak mau menyakiti kakak ku satu-satunya.'

    "Aku memang rencana kuliah di sini aja kak kalau masuk di Unila."

    "Bebeb nanti tinggal sendirian nih. Huh bakalan kangen sama si unyu 2.." Kak Raya menghela nafasnya.

    "Bebeb?" Aku mengerutkan dahiku.

    "Hahaha kakak sama Mario udah ada panggilan sayang dong.Hehe" Kak Raya terkekeh. Aku merinding mendengarnya!

    Jadi maksud kata-kata kak Raya tadi apa ya?

    "Unyu 2, siapa kak?" Tanyaku penasaran.

    "Unyu 2 Vinchen, Unyu 1 nya kan kamu.Haha" Kak Raya mengacak-ngacak rambutku.

    "Maksud kakak tadi apa?" Tanyaku semakin penasaran. Dag dig dug jantungku berdebar menunggu jawaban dari kak Raya. 'Bakalan kangen si unyu 2?'

    "Kamu mang gak tahu dek? Vinchen kan mau lanjut di Jakarta, dia mau pindah tinggal sama orang tuanya di sana." Jelas kak Raya dengan wajah yang serius.

    Deg..

    'Vinchen mau pindah? Apa Vinchen benar-banar mau mengakhiri hubungan kami?'

    "Dek..Dek..Kamu nangis?" Kak Raya mengusap air mataku yang sudah terjatuh tanpa aku sadari.

    "Kak aku mau pergi sebentar ya.." Tanpa menunggu jawaban dari kak Raya, aku langsung berlari meninggalkan kak Raya yang masih terdiam penuh tanya.

    "Mau kemana Rein?" Teriak mama yang melihatku berlari keluar rumah. Suara ku tercekat menahan isakan. Aku tidak mampu menjawab pertanyaan mama.

    "Rein.." Bang Mario yang baru turun dari mobilnya menghentikan langkahku. "Kamu kenapa?" Tangan bang Mario menahan bahuku, dia menundukan kepalanya untuk melihat wajahku yang sudah berlinangan air mata.

    "Ma-af bang.." Jawabku terisak, dan aku langsung meninggalkan bang Mario. Aku melanjutkan langkahku lagi, berlari dan terus berlari.

    Aku gak tahu seberapa jauh sudah aku berlari. Yang aku tahu aku ingin segera menemuinya. Pikiranku kosong, aku tidak bisa berfikir hal yang lain kecuali wajahnya. Aku berlari melewati jalan pintas untuk segera bisa bertemu dengannya. Bisa ku rasakan sakit di telapak kakiku saat kerikil-kerikil tajam menusuk ke dalam telapak kakiku, tetapi aku tidak memperdulikan rasa sakitnya. Suara adzan Isya terdengar saat aku melewati sebuah masjid. Malam yang gelap dan jalan yang sepi, tidak juga menghentikan langkahku.

    Di sinilah aku. Langkah kaki ku terhenti di depan rumahnya. Aku terengah-engah mengatur nafas yang sudah tidak beraturan. Kakiku terasa lemas, dan rasa sakit di telapak kaki ku begitu terasa perihnya. Tapi bukan itu yang membuatku menangis seperti ini.

    "Ting Tong..Ting Tong..!" Ku tekan bel di depan rumahnya berkali-kali. Sampai aku melihat dia membuka pagar rumahnya.

    Dia terdiam melihatku. Pandangannya menelitiku dari ujung rambut sampai ujung kaki ku, dan matanya berhenti di bawah kakiku. Aku bisa melihat ada ekspresi marah di wajahnya.

    "Kamu bego atau apa sih?!" Dia berteriak saat melihat telapak kakiku yang tanpa memakai alas kaki terluka.

    "Vinvin ja-ngan Per-gi..!" Kataku masih terisak. Aku gak perduli dengan kemarahannya yang melihat penampilanku saat ini.

    Vinchen tidak menjawabku. Dia diam dan kemudian membongkokan tubuhnya membelakangiku. "Ayo naik!"

    'Apa maksudnya? Dia mau gendong aku?'

    Melihatku yang masih terdiam. Vinchen mengangkatku di punggungnya. 'Ya ampun dia gendong aku?'

    "Lepasin!" Aku mencoba memberontak, mencoba turun dari gendongannya.

    "Bisa diam gak? kamu tuh berat banget tahu!" Mendengar suara Vinchen yang berteriak begitu, aku langsung diam. Sepertinya dia benar-benar marah.

    Akhirnya aku terdiam pasrah di dalam gendongan Vinchen. Aku menggunakan kesempatan ini untuk mengeratkan rangkulanku di lehernya. Sudah lama aku tidak mencium aroma tubuhnya yang begitu sangat aku rindukan.

    Hidungku tepat di tengkuknya. Bisa ku lihat bulu-bulu halus di tekuknya berdiri karena nafasku dan bibirku yang sengaja aku tempelkan di sana.

    "Apa Rein sengaja ke sini mau bikin Vinvin horny? Pakai boxer pendek gitu ke sini. Kalau ditarik orang di jalan terus di perkosa gimana?" Jelasnya saat dia berhasil membawaku ke kamarnya, dan menurunkan aku di tepi ranjangnya.

    Aku baru sadar kalau saat ini aku cuma mengenakan boxer dan kaos oblong tipis. Haduuh malu banget!

    "Rein kan gak kepikiran buat ganti baju, buat pakai sandal aja sampai lupa.." Ku tundukan wajahku menahan malu. "Tadi kak Raya bilang Vinvin mau pindah ke Jakarta." Lirihku dan aku menangis lagi.

    Dia terdiam sebentar, mengusap kepalaku pelan, lalu dia keluar dari kamarnya.

    Aku mengitari mataku melihat kamar Vinchen. Sudah lama aku tidak ke sini. Pajangan bingkai photo kami berdua di meja tepi ranjangnya, masih sama letaknya di sana. Kami berdua tersenyum terlihat bahagia di photo itu. Aku merindukan saat-saat itu. Saat kami hanya memikirkan tentang kami berdua tanpa beban apapun. Yang aku tahu, aku mencintainya dan dia juga selalu menunjukan cintanya padaku.

    Vinchen masuk kembali ke kamarnya dengan membawa handuk kecil dan sebuah baskom berisikan air. Dia mendekatiku berlutut di bawah ranjang tempat aku duduk.

    Dia mengangkat kakiku, mengisyaratkan aku untuk merendam kakiku kedalam baskom yang berisikan air yang di bawanya. Ku rasakan perih, saat luka di telapak kakiku menyentuh air. Aku mengernyitkan dahiku. Dia melihat ku, lalu kemudian dengan lembut mencium keningku dan mengusap-ngusap pipiku untung menenangkan aku.

    "Nanti kalau Vinvin gak di sini lagi, Rein harus bisa jaga diri ya. Jangan keluar rumah dengan penampilan begini lagi. Kalau Rein buat kaki Rein terluka kayak gini, Vinvin yang ngerasain sakitnya." Dia berkata sambil mengusap kakiku perlahan dengan handuk, lalu dengan lembut dia mencium telapak kakiku yang terluka. Spontan aku menarik kakiku karena terkejut, tetapi dia menahanya dan terus meniup-niup kakiku yang terluka dan mengecup-ngecupnya. Air mataku terjatuh lagi mengenai tangannya.

    Dia mendongakan lagi kepalanya untuk melihatku. Dia berdiri sedikit dan mencium kedua mataku. ."Setiap air mata yang terjatuh ini, mengiris hati Vinvin."

    Dia mencium hidungku. "Setiap nafas Rein adalah alasan untuk Vinvin terus bernafas."

    Dia mencium kedua pipiku. Lalu mencium ujung kepalaku. Kemudian dia berbisik pelan di telingaku. "Vinvin mencintai Rein melebihi yang Rein tahu.. Tapi kita gak bisa bersama saat ini. Bisakah Rein melepaskan Vinvin sekarang?"

    Aku langsung memeluknya erat, menangis sejadi-jadinya dalam dadanya. "Jangan tinggalin Rein! Rein gak bisa tanpa Vinvin.. Rein gak mau kita pisah!" kataku terisak.

    Dia melepaskan pelukannya dan duduk di sampingku. Tangannya mengusap air mataku. Sangat lembut dia membelai rambutku, dia menatap kedalam mataku. "Kita harus pisah sekarang Rein. Seperti kata kak Ibin, kita masih terlalu muda untuk mengambil sebuah keputusan. Saat nanti kita bertemu lagi dalam keadaan yang berbeda. Dimana kita sudah cukup dewasa untuk memperjuangkan cinta kita, saat itu kalau Rein masih mau menerima Vinvin, Vinvin gak akan melepas Rein lagi." Vinchen menahan air matanya di sudut matanya.

    Aku menggelengkan kepalaku sambil masih terisak. "Gak mau! Rein gak mau pisah. Gimana nanti kalau Vinvin kecantol sama cowok jakarta yang kece-kece badai itu?"

    Vinchen menggengam tanganku. "Gak ada yang lebih kece dari Rein.. Rein akan selalu menjadi pangeran yang paling tampan di hati Vinvin." Dia mencium kedua tanganku yang di genggamnya.

    "Gimana kalau Rein yang ke cantol cowok lain di sini?" Aku mencoba menakutinya.

    "Gak akan ada cowok yang sekeren Vinvin.Hehe Tapi kalau nanti ada orang yang lebih keren dari Vinvin yang bisa buat Rein jatuh hati. Vinvin harap orang itu seorang cewek, dan Vinvin akan ikut berbahagia kalau Rein juga berbahagia."

    "Kenapa kita harus putus kayak gini sih?" Aku semakin terisak, ku lepaskan tanganku dari genggamannya. Ku tutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku terus menangis terisak.

    Ku rasakan Vinchen menarik tubuhku kedalam pelukannya. Dia mengusap-ngusap punggungku dan belakang kepalaku untuk menenangkan aku.

    "Kita jangan komunikasi. Kalau Rein menghubungi Vinvin, itu akan percuma. Rein tahu Vinvin kan? Rein harus fokus kuliah, begitu pun Vinvin. Kalau nanti kita sudah membuktikan kalau kita bisa di percaya dan menjadi orang yang bisa di banggakan. Saat itu Vinvin gak akan merasa bersalah lagi, dan bisa lebih mudah untuk Vinvin memperjuangkan Rein." Dia semakin mengeratkan pelukannya, dan aku semakin menangis di dalam pelukannya. Aku juga bisa merasakan air mata yang ditahannya sedari tadi, berjatuhan di leherku.

    ..................................

    Aku tidak mengantar kepergian Vinchen. Yang aku lakukan adalah mengurung diriku di dalam kamarku. Aku berdiri di jendela, melihat hujan di luar, sepertinya hujan ingin memberi tahu semua orang tentang kesedihanku karena melepas kepergian cintaku. Aku menyesal karena belum sempat mengatakan kepadanya bahwa aku begitu mencintainya. Selama ini tidak terhitung kata cinta yang selalu di utarakannya untukku. Tapi sekalipun dia belum pernah mendengar kata cinta keluar dari mulutku.

    Penah gak kamu dicintai seseorang begitu besar, seolah orang itu tidak bisa tanpa kamu. Kamu belum sempat melakukan banyak hal untuknya seperti yang orang itu lakukan untuk kamu. Tiba-tiba orang itu menghilang dari hidup kamu. Dia memilih pergi meninggalkan kamu yang lagi cinta-cintanya terhadap dia. Itu terlalu tiba-tiba dan kamu belum siap untuk menjalani hari besok dan seterusnya tanpa dia.

    Itulah yang aku rasakan. Aku belum siap dan gak akan pernah siap melepaskannya. Kak Raya selalu bercerita tentang dia saat kak Raya ikut ke Jakarta bersama bang Mario. Kak Raya sering berkata, katanya aku dan Vinchen seperti dua orang mantan kekasih. Aku tahu kak Raya hanya bercanda mengatakan itu, dan aku selalu tersenyum menanggapinya, seolah aku membenarkan hal itu.

    Satu-satunya perempuan yang dekat denganku hanya Alissa. Karena Alissa berpacaran dengan Andes sahabatku, hubunganku dengan Alissa pun menjadi membaik dan bersahabat. Kak Raya dan bang Mario sebentar lagi akan menikah. Kak Ibin bilang dia lagi menabung untuk menikahi Rifan di Belanda.Haha Rifan selalu sewot kalau kami membahas hal ini. Tidak ada hubungan yang berjalan mulus tanpa rintangan. Kak Ibin dan Rifan pun memiliki masalah mereka sendiri, begitu pun dengan kak Raya dan bang Mario, tetapi mereka juga punya cara sendiri menyelesaikan masalah mereka.

    Lalu bagaimana denganku dan Vinchen? Cinta lama yang belum kami selesaikan, hanya akan terjawab setelah dia kembali nanti.

    *End Flashback

    ................................

    #Author

    Hari pernikahan Raya dan Mario semakin dekat. Semua orang di rumah Raya semakin disibukan dengan persiapan pernikahan yang sudah mendekati hari H. Hari ini Reino, Ibin dan Rifan kebagian tugas untuk mengantarkan undangan.

    Dua hari lalu orang tua Mario sudah datang dari Jakarta, tetapi Vinchen menunda kedatangannya. Karena ada sedikit urusan di Jakarta, Vinchen tidak dapat datang bersamaan dengan orang tuanya. Hal ini semakin membuat Reino semakin resah. Reino sudah berfikir banyak kemungkinan tentang Vinchen. 'Mungkin Vinchen sudah memiliki penggantinya.' Itu pemikiran yang paling sering mengganggunya. Reino sendiri memang tidak pernah mencari tahu tentang kabar Vinchen di sana. Reino takut mendengar kabar yang bisa menyakitinya. Jadi setiap Rifan atau Ibin bercerita tentang Vinchen, Reino selalu menghindar dari topik tentang Vinchen.

    "Kita ke bandara dulu." Rifan memberi tahu Ibin yang sedang menyetir. Mereka baru selesai mengantarkan undangan yang terakhir.

    "Jam berapa katanya yank?" Tanya Ibin ke Rifan.

    "Jam 4 ayank. Ini orangnya udah marah-marah, baru juga 5 menit nunggu.." Jawab Rifan masih fokus ke HP-nya.

    "Lagi ngomongin apaan sih?" Tanya Reino penasaran yang duduk di bangku belakang mobil.

    "Kita jemput Vinchen, orangnya udah di bandara." Jawab Rifan santai.

    Reino sedikit terkejut mendengar itu, dia memang tidak mengetahui tentang kedatangan Vinchen hari ini. Dia belum mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Vinchen.

    "Rein gak tahu?" Ibin melihat Reino dari kaca sepion.

    Reino hanya menggelengkan kepalanya dan membuang pandangannya keluar jendela mobil.

    "Kalian tuh benar-benar gak pernah komunikasi yah?" Tanya Ibin lagi.

    "Mereka tuh manusia paling kejam ayank.. Kok bisa ya kalian selama hampir empat tahun gak penah komunikasi sama sekali." Rifan berdecak menggelengkan kepalanya.

    Reino sudah tidak menanggapi lagi perkataan Rifan dan Ibin. Reino sedang sibuk mengatur detak jantungnya yang tak beraturan dan perasaannya yang berkecamuk.

    Reino turun dari mobil dengan langkah ragu. Rifan dan Ibin berjalan di depannya dengan cepat meninggalkan Reino yang berjalan perlahan.

    'Harus ngomong apa nanti kalau ketemu dia?' Reino mengatur kata-katanya bertanya di dalam hati untuk menyapa Vinchen untuk pertama kalinya selama hampir 4 tahun ini.

    "Brother...!" Teriak Rifan memecah lamunan Reino.

    Rifan berlari dan langsung merangkul leher Vinchen.

    "Woy lama banget lu! Mau bikin gw lumutan? Kalau gw di bawa om-om tadi gimana?" Vinchen menjepit leher Rifan dengan tangannya.

    "Gw kangen lu bray.." Rifan memeluk Vinchen dengan penuh persahabatan. Vinchen pun membalas pelukan Rifan.

    "Jangan lama-lama pelukannya." Ujar Ibin bercanda.

    "Haha laki lu cemburu tuh!" Vinchen terkekeh dan melepas pelukan mereka.

    "Apa kabar kak?" Sapa Vinchen tersenyum lebar ke Ibin.

    "Kabar gw baik banget.Hehe" Ibin dan Vinchen pun berpelukan sebentar.

    Sepertinya Vinchen belum menyadari kehadiran Reino yang berdiri hanya satu meter di belakangnya.

    'Dia Vinvin ku.' Ujar Reino dalam hatinya. Reino sedang berusaha menahan air matanya.

    Reino memperhatikan Vinchen dari ujung kaki sampai kepalanya. Tubuh Vinchen yang bertambah tinggi, dan kemeja birunya yang memperlihatkan bentuk tubuhnya yang semakin atletis. Model rambutnya yang di potong pendek dan lebih rapih. Vinchen tumbuh menjadi sosok yang jauh lebih mengesankan dari apa yang selama ini Reino bayangkan.

    Ibin memberi tahu Vinchen dengan dagunya ke arah Reino. Vinchen menoleh ke belakang melihat Reino.

    Mata mereka bertemu, lumayan lama mereka diam bertatapan dan saling meneliti. Tidak ada yang mencoba memulai menyapa diantara mereka berdua.

    Vinchen kemudian membalikan badannya lagi. Dia berjalan merangkul bahu Rifan. "Ayo pulang, gw capek banget!" Rifan yang cengo melihat sikap sahabatnya itu, setengah terseret Vinchen.

    Reino yang melihat itu, merasa Vinchen sudah gak memperdulikan keberadaannya. Reino fikir saat Vinchen melihatnya, Vinchen akan memeluknya penuh kerinduan. Tetapi dia salah!

    Reino berdiri terdiam menundukan kepalanya. Tubuhnya gemetar menahan air mata yang sebentar lagi pasti akan sudah berjatuhan. 'Sebegitunya kah Vinchen sampai mengabaikan aku?' Lirih Reino dalam hati.

    Tiba-tiba sebuah tangan memeluknya dari belakang. Tangan itu merangkul erat di pinggang Reino. "Kamu masih se-lucu dulu.." Bisik Vinchen pelan di telinganya.

    Reino yang masih terkejut hanya terdiam menahan gejolak di dadanya. Jantungnya berdetak berpacu sangat cepat.

    "Woy kita lagi di bandara!!" Teriak Ibin membuat Reino melepaskan pelukan Vinchen.

    "Kamu ngerjain aku!" Reino berteriak menunjuk hidung Vinchen.

    "Hehehe" Vinchen hanya cengengesan sambil menggaruk-garuk kepalanya.

    Reino yang kesal, langsung melangkah pergi berjalan cepat meninggalkan Vinchen.

    "My prince tungguin dong!" Vinchen berteriak memanggil Reino.

    Wajah Reino yang sedih sudah berubah merah menahan malu dan kesal karena dilihat semua orang di bandara. Dia semakin menambah kecepatan langkahnya.

    'Sial ternyata dia gak berubah! Masih si beleguk nyebelin!' Gerutuk Reino dalam hatinya.





  • Good ... cuekin Reino aja Vin, cari cwe aja k Jakarta sini gw temenin :))
  • too girly buat cerita gay
    just my opinion
  • edited February 2015
    -
  • @Tsunami #jitak nih [-(

    @Arie_Pratama hehe semua berhak mempunyai opininya :) tapi memang begini ceritanya yg mau aku tulis dan di dunia nyata pasangan gay ada kok yg kyk gini, apa lagi cuma sebuah cerita fiksi abal-abal kyk gini. Setiap orang punya sudut pandang dan cara sendiri.. maksih ya udah mw koment dan ksih opininya :)
  • Wkwkwkwkwwk ... lagian masa gw d pisahin ma didi @3ll0 sih (:|
  • wkwkwk, lucuk.
  • @Tsunami haha kan itu udah di balikin :P

    @Adamx hehe :D
  • @Rika1006 jitak kepala Vinchen boleh? :D
    Oh ya ada beberapa penggunaan kata hubung "di" yang kurang tepat. Ex: Wajah Reino yang sedih sudah berubah merah menahan malu dan kesal karena di lihat semua orang di bandara. (di lihat seharusnya dilihat)
    Terlihat sepele sih. Karna aku juga suka nulis, jadi sering melakukan kesalahan seperti itu :D
  • Awas klo dipisahin lagi #ngasah samurai
  • nangis deh :'(
    terhura bgttt >.<
  • @ragahwijayah_ hehe jitak vinchen? @3ll0 udah ngasah samurai tuh =))
    Thanks ya buat koreksinya :)

    @3ll0 maunya di apain dong? kan udah gede tuh B-)

    @muffle dede ini cengeng deh, jadi pengen meluk ikh >:D<
  • Kawin-eh-Nikah :>
  • 3ll0 wrote: »
    Kawin-eh-Nikah :>

    Yukk didi :\">
  • Aku yang akan menjadi saksi @3ll0 dan @Tsunami kawin eh nikah =))
Sign In or Register to comment.