It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@kiki_h_n thanks udah mampir.
@Rika1006 hahaha boleh kok. namanya kan Anton wkwk jangan lupa mention diriku ya. hehe
#Cokelat (2)
"Aku juga gay!"
Kata-kata itu melesat keluar dari mulutku, sebelum beberapa saat lalu aku meninggalkan Anton yang masih terdiam kaget mendengar kata-kata ku. Untuk kedua kalinya ia menarikku ke tempat itu, dimana saat pertama kali ia berbicara padaku, untuk memperkenalkan ia kepada Andin.
Anton dan Andin sudah sekitar lima bulan resmi menjadi sepasang kekasih. Aku sudah berusaha untuk menjauh dan menghindar dari mereka, untuk melindungi hatiku agar tidak lebur setelah hancur berkeping-keping. Tetapi aku tidak bisa menjauh dari Andin yang begitu baik dan tidak berubah terhadap aku sebagai sahabatnya, walaupun Andin sudah memiliki Anton sebagai pacarnya. Dan yang bisa aku lakukan hanya tersenyum untuk kebahagiaan mereka, meski rasa perih menemani senyumanku.
Pernahkah kalian begitu ingin melupakan seseorang, tetapi bayangan orang itu tidak pernah lepas dari kepala kita? Pernahkah kalian sebisa mungkin mengikhlaskan seseorang yang kalian cinta demi kebahagiaannya, tetapi hati kalian selalu merasakan nyeri saat melihat ia bersama kekasihnya? Begitulah aku bersama perasaanku, tidak pernah bisa melupakannya, segimanapun aku berusaha.. Selalu merasakan perihnya, segimanapun aku mencoba mengikhlaskannya..
Yang bisa aku lakukan, adalah berusaha menghindar melihat kemesraan mereka di hadapanku!
Selama sebulan ini, ada seorang kakak kelas yang sedang mendekatiku. Dia sudah mengaku padaku bahwa dia gay, dari pertama kali dia menemuiku di perpustakaan, lewat selembar kertas yang menuliskan, dia akan menungguku sepulang sekolah. Nama Bima, salah satu cowok populer di sekolahku karena ia menjabat sebagai ketua osis. Dan tadi Anton menyeretku sepulang sekolah hanya untuk menyuruhku menjauhi Bima.
"Bima gay! kamu harus jauhin dia..!" Anton sedikit berteriak saat mengatakannya padaku.
Aku hanya diam, tidak mengerti kenapa Anton bersikap seperti itu?
"Kamu sahabatnya Andin, aku gak mau sahabat pacar aku jadi gak normal karena kamu bisa di grepe-grepe sama Bima.." Anton melanjutkan kata-katanya yang membuat dada ku panas dengan kata-katanya itu. Sampai pengakuan ke-gay-an ku meluncur begitu saja dari mulutku.
Aku tidak begitu terkejut dengan pengakuan Bima akan ke-Gay-an nya, karena isu tentangnya sudah tidak asing lagi di sekolahku karena jabatannya sebagai ketua osis. Yang membuatku terkejut adalah cowok sekeren Bima memilih aku sebagai orang yang dia suka! Bima mengatakan sudah tertarik padaku dari pertama melihatku sewaktu MOS dulu. Tapi Bima tidak berani mendekati ku selama ini sampai dia yakin kalau aku juga sama dengannya. Bima sering memperhatikan aku yang diam-diam selalu mencuri-curi pandang terhadap Anton.
Aku tidak mengelak, juga memberikan peluang untuk aku dan Bima lebih dekat. Bima lebih tampan dan keren dari pada Anton, dan mungkin saja Bima bisa membuatku melupakan Anton. Apa ini pelarian? Tapi nyatanya sedikitpun Bima tidak bisa menggantikan Anton di hatiku. Aku sudah bersalah padanya karena membuatnya masih menunggu jawabanku sampai saat ini.
........................................
"Aku sudah putus dengan Anton." Andin mengatakannya dengan senyuman tanpa beban kepadaku.
Saat ini jam istirahat dan kami memilih tetap berada di kelas. Aku sungguh kaget dengan pernyataan Andin, karena yang aku tahu mereka baik-baik saja selama ini. Ya Andin memang jarang bercerita mengenai hubungannya dengan Anton, tapi aku cukup tahu kalau hubungan mereka selalu baik-baik saja.
"Kenapa?" tanyaku mencoba tenang.
"Anton sudah jatuh cinta dengan orang lain.." Andin menatapku sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Maafin aku Tom, sebenarnya dari dulu sebelum aku mengenal Anton, aku sudah tahu kamu menyukai Anton.."
Deg.. apa maksudnya?
"Maaf selama ini aku ingin mendengar langsung pengakuanmu, karena aku sahabatmu, seharusnya kamu bisa percaya padaku, tetapi kamu menyimpannya sendiri sampai kamu memperkenalkan aku dengan Anton."
"......." Aku masih diam menunggu Andin meneruskan kata-katanya yang nyaris membuat jantungku lepas dari dadaku.
"Aku fikir dengan menerima Anton, aku bisa perlahan membukakan hati Anton terhadapmu, aku ingin Anton tahu, ada seseorang yang begitu baik yang menyimpan hati padanya. Jadi setiap kali kami bersama, aku selalu menceritakan tentangmu terhadap Anton. Sampai dua bulan ini aku merasa Anton menjadi pendiam, sering melamun, dia yang tadinya kesal setiap kali aku menceritakanmu, sekarang dia yang selalu bertanya tentangmu. Aku mulai yakin Anton mulai menyukaimu, hingga tadi malam dia menangis memohon maaf padaku. Anton bilang, dia sudah jatuh cinta padamu.." Andin mengakhiri kata-katanya dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu keterlaluan tau gak! kamu gak berhak melakukan itu...! Kamu tahu bagaimana aku melewati hari-hariku?" aku sedikit berteriak kepada Andin, aku tidak mengerti bagaimana jalan pikiran gadis ini. Apa aku sebegitu gak berguna, sampai Andin berkorban melakukan itu untuk ku.
"Ma-af.." Andin menutup matanya menahan tangis, tetapi air matanya tetap berjatuhan dari matanya yang terpejam.
Ku peluk tubuh sahabat ku ini, aku yakin tidak mudah untuk Andin melakukan semua itu.
"Apa kamu menyukai Anton?" tanyaku setelah kami berdua sudah sama-sama tenang.
"Aku menyukai Anton, tetapi aku lebih menyayangi sahabatku. Dan Anton juga mungkin menyayangiku tetapi dia lebih mencintai sahabatku. Kamu juga mencintai Anton kan Tom?"
"Sudah terlambat.." jawabku pelan.
"Huh, apa karena Bima?" Andin menghela nafasnya.
"Bima orang baik, aku tidak ingin menyakitinya.."
"Hati gak bisa berbohong Tom, jangan sia-sia kan apa yang udah aku lakukan.."
"......."
"Kamu akan lebih menyakiti Bima, jika kamu menerima Bima hanya karena kamu kasihan terhadapnya.."
....................................
Malam ini aku datang menemui Bima, untuk memberikan jawaban atas perasaannya. Langit begitu gelap, sepertinya hujan akan turun sebentar lagi.
Tidak perlu menunggu begitu lama, Bima yang membuka pintu rumahnya, karena sebelumnya aku sudah memberi tahu dia akan kedatanganku.
"Jadi..?" Bima langsung bertanya saat aku sampai di kamarnya.
"Maaf.." jawabku lirih, aku tahu rasanya sakit seperti apa cinta bertepuk sebelah tangan. Cowok sebaik Bima gak pantas mendapatkan rasa sakit itu, apalagi karena aku!
Ku rasakan Bima menarikku kedalam pelukannya, ia mengusap punggung dan kepalaku dengan tangannya untuk menenangkan aku, yang sudah terisak di dadanya.
...................................
Bima memaksaku untuk mengantarku pulang, tapi hujan gerimis mulai turun, aku tidak ingin Bima basah kuyup kehujanan karena aku. Jadi aku pun memaksa untuk segera pulang sebelum hujan benar-benar turun dengan deras. Dan benar saja, belum juga sampai di rumah, hujan turun dengan derasnya membuat pakaian yang ku kenakan menjadi basah kuyup.
"Anton?" aku terkejut melihat Anton yang sudah basah kuyup berdiri di depan rumahku.
Anton menatapku, bibirnya bergetar, tubuhnya menggigil. Sudah berapa lama dia berdiri di sini, di tengah hujan begini?
"Aku hubungin hp kamu, tapi gak bisa." Anton masih menatapku.
"hmm ya aku lupa membawa hp ku tadi saat keluar."
"Apa kamu dari menemui Bima?"
"Sebaiknya kita masuk dulu kerumahku. Karena aku fikir kita sudah cukup hujan-hujanan malam ini." Anton langsung mengikuti ku berjalan masuk ke dalam rumahku.
....................................
Anton sedang berada di kamar mandi untuk mengganti pakaiannya yang basah dengan pakaianku. Aku memilihkan kaos ku yang sedikit longgar yang mungkin akan ngepas di badannya yang lebih berisi dari badanku. Aku juga memberikannya boxer dengan pinggang karet, aku yakin, celanaku tidak akan muat dengannya.
"Maaf aku gak punya celana yang muat sama kamu." kataku saat lebih dari sepuluh menit kami terdiam duduk di atas ranjangku. Hujan di luar semakin deras, dan petir semakin nyaring menggelegar.
"Hmmm ini cukup kok, makasih ya.." jawabnya sambil menunjukan kaos dan boxer yang menempel di tubuhnya.
Lalu kembali hening, hanya suara hujan dan petir yang terdengar dari luar sana. Aku masih menunduk melihat arah kakiku, menahan debaran jantungku yang begitu hebatnya. Aku bahkan tidak mampu bertanya maksud kedatangannya ke sini. Dan dia juga seperti sedang berfikir untuk mengutarakan maksud kedatangannya. Ya walaupun aku tidak begitu terkejut dengan kehadirannya saat ini, setelah Andin memberi tahu padaku kalau Anton memiliki perasaan yang sama denganku.
"Aku udah putus sama Andin." Aku langsung menoleh ke samping untuk melihat Anton.
"hmmm Andin juga sudah memberi tahu padaku. Kenapa bisa putus?" Aku memutuskan untuk pura-pura tidak tahu alasannya.
"Aku cemburu sama kamu."
"Cemburu?" aku mengerutkan dahiku, tidak mengerti akan maksudnya.
"Ya aku cemburu sama kamu, karena Andin selalu membicarakan tentangmu setiap kali kami bersama. Tomi itu anaknya baik, Tomi itu pintar, Tomi itu rajin, Tomi itu hatinya lembut, Tomi suka baca buku, Tomi sangat suka coklat, Tomi akan berlari ke jalan untuk membantu nenek-nenek menyebrang, Tomi akan memanjat pohon saat seorang anak menangisi balonnya yang menyangkut di pohon itu, Tomi yang begitu istimewa.." Anton berhenti sebentar dan menatapku dalam. Aku pun hanya bisa diam mendengarkannya.
"Aku pun jadi sering memperhatikanmu hanya untuk mencari tahu apa kelebihanmu sampai membuat Andin selalu memuji-mujimu. Kamu yang pendiam, yang lebih memilih sudut sekolah sebagai tempat kamu membaca buku-buku mu, kamu seperti di duniamu sendiri, membuatku ingin menyeretmu keluar atau duduk di sampingmu untuk mengusikmu. Setiap hari aku selalu memperhatikan apa pun yang kamu lakukan. Sampai aku sadari, ada yang kurang kalau aku tidak melihatmu sehari saja. Malam-malam yang biasa aku pakai untuk memikirkan Andin, berganti menjadi memikirkanmu, bahkan aku menjadi tidak pernah memikirkan Andin. Semua waktu dan pikiranku tersita hanya tentang dirimu."
"........" Aku masih diam tidak tahu harus mengatakanan apa. Jari-jarinya perlahan menyentuh tanganku dan menggenggamnya erat.
"Aku bingung dengan perasaanku sendiri. Sampai kamu dekat sma Bima. Rasanya aku ingin membawamu pergi saat kamu bersamanya. Aku marah, dadaku nyeri membayangkan apa saja yang kalian lakukan. Sampai aku tidak kuat lagi menahannya, dan tidak bisa mengelak lagi, kalau aku sudah jatuh cinta sama kamu.." Anton mengatakannya perlahan, dengan menatapku dalam dan tangan yang masih menggenggam tanganku.
Tiba-tiba aku ingin menangis, apa aku sedang bermimpi? seseorang yang selama hampir dua tahun ini hanya ada dalam mimpiku, saat ini dia ada di hadapanku menyatakan cintanya padaku.
"Apa kamu yang diam-diam setiap hari menaruh cokelat di laci mejaku?" aku teringat akan cokelat yang aku temukan di laciku setiap pagi. Aku fikir coklat itu dari Bima.
"Iya.. kamu suka?" Anton tersenyum lebar.
Aku tidak bisa menahan air mataku lagi, dan langsung memeluknya erat.
Anton membalas pelukanku, tubuh yang sudah lama menjadi imajinasiku, kini mendekapku hangat.
"Kalau aku tahu itu dari kamu, aku gak akan memakan cokelat-cokelat itu." kataku masih berada di pelukannya.
Anton melepas pelukannya, tangannya berada di wajahku dan di leherku. "Besok dan besoknya lagi, sampai seterusnya, aku akan memberikan cokelat padamu, jadi kamu bisa memakannya sepuasmu. Karena masih akan ada banyak waktu untuk itu." Anton tersenyum menatapku.
Hidungnya perlahan menyentuh hidungku, keningnya menyentuh keningku. Dan perlahan bibirnya menyentuh bibirku lembut. Dia membawaku kedalam pelukannya, tubuh kami terjatuh di ranjangku, Dia sudah berada di atasku, mencumbuku. Arrgggh aku harap hujan tidak akan berhenti malam ini..
keren banget dah. gini toh happy ending. wkwkwk
ini masih bisa diperluas lagi sih sebenarnya, sebelum Anton n Tomi jadian.
@lulu_75 makasih