BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

[Untitled]. determine by yourself. - Season 1

11012141516

Comments

  • (⇱ Flex)
    "Juna sayang..! Bangun Juna...!"
    "Ya Allah Juna.."
    "Jun! Bangun, Jun!"
    "Maaf Bu, Ibu tidak boleh masuk ke ruangan pasien. Sedang dalam proses pemeriksaan."
    "Tapi, tolong berusaha untuk anak saya, Dok!"
    "Iya. Saya akan berusaha semaksimal mungkin."
    BRETTT!
    15 menit kemudian...
    "Bagaimana, Dok?"
    "Syukurlah, anak Ibu tidak menderita gagar otak dan pendarahan serius. Hanya luka benturan di dahi dan kepala bagian belakang. Kalau begitu, saya permisi dulu."
    ---
    (⇱ Juna)
    Aku membuka perlahan mataku. Terlihat lampu neon panjang putih di eternit putih bersih. Menyilaukan. Samar-samar tercium bau obat.
    Aku mulai merasakan ada yang memegang tanganku erat-erat.
    "Mmmmm......"
    "Ibu......" sapaku lirih. Aku menoleh ke kanan. Di situ ada kak Rio. Matanya merah sembab.
    "Kak.. Aku di mana..."
    "Juna..."
    "Kamu di rumah sakit, Jun.. Untung supir truk tadi mau tanggung jawab." jawabnya sambil mengelus lembut rambutku. "Tante! Juna sadar!"
    Tak lama kemudian Ibu datang kepadaku. Aku melihat matanya bergelimang air mata.
    "Juna sayang! Ibu khawatir sekali sama kamu!" sahutnya sambil mengecup dahiku. Aku tersenyum kecil.
    "Juna baik-baik aja kok Bu.." sahutku sambil mencoba bangkit. Kepalaku sakit sekali. Aku ambruk lagi.
    "Juna masih sakit, sini kakak bantuin.." tawar malaikat itu. Aku dibantu duduk.
    Kak Rio emang orang yang paling peduli sama aku. Di saat aku sakit gini, dia selalu ada di sampingku. Dia selalu mencemaskanku, dia ngerasa gak enak kalo aku gak kenapa-kenapa. Oh, Tuhan, apakah kak Rio Engkau kirimkan hanya untukku?
    "Sekarang Juna makan ya, biar cepet sembuh." tawar Ibu. Aku mengangguk.
    "Tante, biar Rio aja yang nyuapin. Tante bisa ngurusin yang lain. Gak papa kok." katanya menawarkan diri.
    "Aduh, Tante jadi ngerepotin ini.. Ya, tante juga ada urusan sebentar sama klien.."
    "Udah, dibawa santai aja, tante. Juna udah Rio anggap jadi adik saya sendiri." katanya sambil melirikku. Aku ngeh.
    "Aduh, baik banget nak Rio." Ibu mengambil tas. "Kalo gitu, tante titip Juna dulu ya."
    Segera mungkin Ibu keluar dari ruangan. Tinggal hanya aku dan kak Rio berdua. Hanya berdua.
    "Nah. Sekarang Juna makan, ya." Kak Rio mulai menyendoki nasi dan lauknya. "Aaaaaaa......."
    Aku membuka mulut. Makanan itu berhasil masuk ke dalam kerongkonganku. Aku mengunyah makanan itu, dan tak terasa air mataku menetes.
    "Juna kenapa? Kok nangis?" tanya Kak Rio penasaran. Aku tersenyum.
    "Maafin aku ya, kak, gara-gara aku udah bikin susah Ibu sama Kakak..." ucapku. Kak Rio menghela nafas.
    "Gak papa, Jun. Kamu ga usah ngerasa bersalah kaya gini. Yang udah terjadi ya udah. Kakak gak ngerasa disusahin sama kamu kok," jawabnya tersenyum, lalu mengusap air mataku.
    Ya, baru kali ini aku nemun orang sebaik kak Rio. Di saat aku butuh, dia selalu ada buat aku. Di saat keluargaku kesusahan, dia selalu bantuin aku. Dia perhatian sekali sama aku. Dia takut kalo aku gak kenapa-kenapa, dia selalu mencemaskanku. Dia juga gak pernah maksain kehendak dan menyalah-nyalahkanku. Oh Tuhan! Apakah kak Rio adalah malaikat yang kau kirimkan untuk menjagaku?
    Tak lama kemudian makanan habis. Aku dibantu oleh kak Rio berbaring.
    "Dah. Sekarang malaikat istirahat dulu ya.." katanya sambil tersenyum.
    "Kak..."
    "Ada apa?" tanyanya sambil membetulkan selimutku.
    "Makasih, ya, Kak. Udah mau bantuin Ibu ngerawat Juna." ucapku sambil tersenyum. Dia balas tersenyum.
    "Iya, Jun, sama-sama. Lain kali kalo kenapa-kenapa, bilang ya sama Kakak..." perintahnya. Aku mengangguk. Kemudian dia mengecup keningku.
    'Hah!'
    "Tidur, Juna. Biar cepet sembuh. Kakak takut kalo kamu ga sembuh-sembuh..." katanya sambil memegang lalu mendekatkan tanganku di depan mulutnya.
    "Doain ya kak biar aku cepet sembuh..."
    "Pasti Jun, Kakak selalu doa biar kamu cepet sembuh.." katanya sambil tersenyum, lalu mengusap-usap rambutku lembut.
    "Kakak jangan nangis..." sahutku melihat kak Rio bergelimangan air mata.
    Akhirnya aku bisa menentukan keputusanku dengan bulat. Kini aku mantap pada keyakinan hatiku sendiri, bahwa kak Rio lah yang hati kecilku inginkan.
    "Juna sayang banget sama kak Rio..." kataku lirih.
    "Rio juga sayang dan cinta sama Juna..." balasnya.
    Langit di luar ruangan berubah orange, menyambut mentari yang mulai meninggalkan belahan bumi.
    ---
    Tiga hari setelah kecelakaan. Aku hari ini udah diperbolehkan pulang, soalnya aku gak betah lama-lama di rumah sakit. Aku diantar oleh Pak Mahmud, ketua RT di rumahku yang emang baik banget. Dia mau mengantarku pulang dari rumah sakit dengan mobil Kijang-nya yang gak jelek-jelek amat.
    Baru nyampe rumah, tiba-tiba ada seseorang datang ke rumahku.
    "Juna!" teriaknya. Oh, ternyata Satria. Dia datang sambil membawa parsel buah. Ia langsung menghampiriku.
    "Gimana? Udah baikan?" tanyanya dengan nada khawatir.
    "Mmmm... Udah. Masuk dulu, Sat."
    Kami berdua masuk ke ruang tamu.
    "Mmmm.... Ini ada parsel buat loe, Jun." katanya seraya menyerahkan parsel itu. Aku menerimanya.
    "Makasih." Aku meletakkannya di atas bufet dekat TV. Lalu aku kembali duduk.
    "Loe kemaren kenapa bisa ketabrak?"
    Aku terdiam. Berpikir sejenak.
    "Oh, itu... Waktu itu aku gak hati-hati aja."
    Tiba-tiba HP Satria berbunyi. Ia beranjak dari tempat duduknya, menuju ke luar.
    "Bentar, Jun. Halo? Eh, iya? Yaya. Ini bentar lagi gue kesitu. Tunggu ya. Oke, bye."
    "Dari siapa, Sat?" tanyaku menyelidik.
    "Mmmmm... Dari temen, mau ada urusan katanya. Sorry gue gak bisa lama-lama, dan loe mungkin... mungkin butuh istirahat, muka loe pucet banget keliatannya. Mmm... Bye! Sampe besok!"
    Aku mengantar Satria sampai pintu gerbang. Lalu aku perhatikan dia sampai belok di tikungan.
    "Gue pucet? Ah, nggak kok..." kataku sendiri sambil ngaca di spion motor.
    'Ntu anak. Kenapa ya? Aneh banget!' batinku curiga sambil melangkahkan kaki ke dalam rumah.
    ---
    @Tsunami
    @balaka
    @3ll0
    @d_cetya
    @Cyclone
    @cute_inuyasha
    @Wita
    @lulu_75
    @susucoklat
    @centaury
  • Eeeeeee idenya tersendaaat :O
  • Dikit amat xixi,,, wah curiga gw ama sikap satria hmm jangan jangan.......
  • Inilah alasan kenapa ane selalu update nya lama dan pendek-pendek :
    1. Lama, karena (harap maklum) siklus hidup ane ada jam sekolah dan kegiatan-kegiatan lain, jadi sesempetnya ane update ya update.
    2. Ane bukan user yang modelnya nulis cerita urut dari A ampe Z. Ide yang sempet terlintas di pikiran ane langsung ane tuang dalam cerita, sisanya ane gabung-gabungin dengan beberapa kata atau kalimat.
    3. Cerita yang diupdate terakhir sama dengan ketikan ane yang terakhir tentang cerita ini, jadi untuk part selanjutnya emang harus build dari nol. Kalo mau ngebom, ntar rentang upatenya bakal jadi lama banget.
    Seenggaknya mohon dimaklumi dan tetep ngikutin buat para DPT. Mohon maaf sebelumnya.
    Terima kasih! :)

    Penulis
  • edited January 2015
    Hehehe,lanjutt
  • Satria ko jadi berubah ... Juna sama ka Rio aja ...
  • juna sama satria *fix*, kalo rio jadi kakak mereka berdua aja hohohoohoho
  • Udah yakin milih Kak Rio?
  • cocokkan sama rio
  • "Welcome back, Juna!" sambut Lin dengan teman-temannya serempak. Aku hanya mengangkat tangan dengan cool, lalu aku taruh tasnya.
    "Ada PR apa aja selama gue gak masuk?" tanyaku. Lin menggeleng.
    "Ora ono, Jun," timpal Susi dengan logat Jawa kentalnya.
    Aku mengubah posisi duduk ke depan. Di samping, Satria lagi asyik SMS-an.
    "Iidih. Pagi-pagi udah asik maen hape. Gebetan baru yee?" timpalku. Dia langsung menyembunyikan HP-nya lalu nyengir.
    "Idih! Apa banget!"
    "Ish kepo lu," Satria menimpali. Ia ngumpet-ngumpet main HP.
    "Yaa.... Sekarang mainnya rahasia-rahasiaan nih..." ledekku.
    "Biarin." balasnya sambil menjulurkan lidah. Ampun deh ni anak nohok banget, kalo nyenengin nyenengin banget tapi kalo ngeselin ya ngeselin banget!
    Gak biasanya ia kaya gini. Biasanya kan pagi-pagi udah nimbrung. Ngajak ribut. Eh sekarang? Satria makin hari makin aneh aja. Sebenarnya ada apa sih?
    ---
    Mau pulang? Ngantin dulu ah... Isi perut, daripada pulang mati kelaperan soalnya Ibu gak masak, lagi ke rumah saudara di Mojokerto. Katanya sih mau ngurusin nikahan. Katanya.
    Di depanku tersaji semangkuk mie plus ketupat plus ayam goreng. Makin laper plus plus nih!
    Langsung ane santapp!!
    Lagi enak-enaknya makan, eh ada yang dateng! Siapa lagi kalo bukan...
    'Hah! Malaikat Senpai!' Ia berjalan dengan tas digendong sebelah, baju keluar, pake dasi, rambut jabrig, jalan sambil muter-muterin kunci motor MegaPro-nya. Gigit tusuk gigi juga!
    Awww sooooooo coooooool maaaan!
    'Haduh! Lagi ada apaan sih ini? Udah makan enak, view-nya juga enak...'
    "Jun, aku pengen nunjukin suatu tempat ke loe," katanya sambil menarik-narik tanganku. Kaya anak kecil berontak ngelontar ultimatum-ultimatum minta dibeliin permen kojek. Aku heran sama ini anak, kenapa sih? Ngebet banget keliatannya.
    Apakah taman?
    Tempat nongkrong asik?
    Atau...
    Puah!
    "Bentar. Lagi makan."
    Aku mau menyendokkan mie ke mulut, garpunya disambit dia duluan. Masuk deh ke mulutnya.
    "Enak," tanggapnya lalu duduk di sampingku. "Mau lagi."
    Aku menyendokkan mie ke arahnya, tiba-tiba dia menggebrak meja.
    "Eh! Ayo! Buruan!" semprotnya sambil menarik tanganku lagi.
    'Duh ni anak! Maksa banget!'
    "Iya.. Iya..." Aku segera bangkit menurutinya. Aku ditarik-tarik. Meninggalkan sepring mie yang tersaji di meja. Masih anget euy!
    Babay mie... Duuh pengen nangis rasanya, laper niiih!
    "Tempat apa?" tanyaku heran tanpa memberontak. Ia diam saja lalu menarikku sampai ke belakang sekolah. Akhirnya aku sampai di ruang tumpukan kursi dan meja yang sudah usang. Di sudut tempat itu ada tumpukan kertas tak terpakai. Pengap, lagi. Di dindingnya ada cermin nempel.
    "Taraaa!" sambutnya. Aku cuman planga-plongo.
    'Ini kan gudang!'
    "Dulu aku sama temenku sering banget nongkrong di sini," jelasnya sambil berkaca di cermin yang udah kusam itu.
    "Diiih, kaya curut..."
    "Curut guanteng! Kamu aja sampe naksir!"
    'Hadeh!'
    "Sekarang? Masih sering?"
    "Udah jarang sih.." terangnya. "Mungkin udah pada dapet mainan baru."
    'Haha. Mainan apaan? Jangan-jangan *piiiiiiiiiiiiiiiip* PLAKK gawat!'
    "Sini, duduk Jun," ajaknya sambil menepuk bangku yang berdebu, kemudian dilap oleh kak Rio. Aku membuka kaca jendela yang menempel di dinding tembok. Ia berderit ketika ia aku dorong.
    "Ntar tutup lagi lho, Jun.."
    "Iya."
    Aku duduk di sebelah kak Rio. Ia merangkulku sambil memandang ke arah luar jendela.
    "Kak..."
    "Ya?"
    "Juna minta satu hal. Boleh?"
    Ia menghela napas panjang, lalu tersenyum.
    "Minta apa sih?"
    "Mau gak, kalo...."
    "?"
    Perkataanku tersendat. Ngomong gak ya?
    "Kenapa, Jun?"
    "Mau gak kalo... Kakak jadi pacarnya Juna?"
    Dia melotot, lalu tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang perut.
    'Apanya sih yang lucu?'
    "Gak pantes ya, Juna jadi pacarnya Kakak?" tanyaku murung. Dia melambaikan tangan.
    "Bukan gitu, hahahahaha. Tapi kakak gak nyangka aja. Kamu mau sama Kakak?"
    Aku mengangguk mantap. "Kenapa?"
    "Gak papa." Ia berhenti tertawa, lalu tersenyum. "Kakak mau kok jadi pacar kamu."
    Cup! Tiba-tiba bibirnya mencium bibirku. Sontak aku kaget.
    Tiba-tiba teringat first kiss-ku dengan Satria.
    'Maaf kak, ini bukan first kiss ku...'
    Aku cuman bisa tersenyum di atas kepahitan yang aku alami, mendapatkan ciuman dari orang yang tidak aku harapkan sebelumnya. Satria.
    ---
    Juna!
    Sekarang kamu udah jadi pacarnya kak Rio.
    Inget!
    Kamu harus bisa ngelupain Satria jauh-jauh!
    Sekarang ia masa lalumu, Juna.
    Aku juga menduga kalau Rio pasti lebih baik darimu.
    Percayalah. Kamu pasti bisa menjalani semua ini dengan baik
    dan
    TUNTAS.

    ---
    From: Malaikat Senpai (+6286xxxxxxxxx)
    +[Rio] (23:14) "beb"
    - [Juna] (23:15) "idih bab beb bab beb. Opo tho kak?"
    +(23:16) "kenapa ci? Kn km pacar akuh"
    - (23:16) "alay ah. Ga gtu juga. Jangan sayang2an ah."
    +(23:16) "ak kan ga blg sayang. Blgnya 'beb' :D "
    - (23:17) " *lempar sendal* "
    +(23:18) "hatimu nggak?"
    - (23:19) "tadi siang kan udah :p "
    +(23:20) "oya, barusan tadi aku ngecek ruang paling dalem."
    - (23:21) "ruang apa? :o "
    +(23:22) "ruang hatimu, jun :D "
    - (23:23) "idih! Gombal!"
    +(23:24) "belajar. bsk ada ulgn ga?"
    - (23:25) "gaada. capek ah, udah masanya bobo. Besoknya lagi lah ulangan."
    +(23:26) "ulgn apa Jun"
    - (23:27) "ulgn fisika. Ajarin yaa.. Di kosan."
    +(23:27) "boleh."
    - (23:28) "kak aku bobo duluan ya :) "
    +(23:30) "iya. Met tidur malaikatku :* "
    - (23:31) "babay kak :* *cium kening* "
    ---
    @Tsunami
    @balaka
    @3ll0
    @d_cetya
    @Cyclone
    @cute_inuyasha
    @Wita
    @lulu_75
    @susucoklat
    @centaury
  • Yah penonton kecewa kok sama Rio huhh
  • Aishh kecewa napa sih......
  • akhirnya milih salah satu. semoga yg terbaik.
    itu satria kenapa yee?
  • iyyah ada yg jadian, pajaknya mana nih jun wkwkwk
  • Indah diawal.entah nantinya.
Sign In or Register to comment.