It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kasian si rusly
Assalaamu'alaikum Bro all, selamat Idhul Fithri 1436 H ya, mohon maaf lahir dan bathin.......
Bro Balaka dan Bro Tsunami ikut makan ketupat opor ayam kah ? Untuk sahabat yang tinggal di Gorontalo, mami di Bali, sahabat yang di Pekalongan, Medan, Jakarta, Padang, Palembang, dan tentunya di kota Jambi bro Sasadara, kita masuki hidup yang bersih dari khilaf dengan bermaafan ya.
Dan tentunya ada kalimat ini "aku agak sibuk jadi ceritanya baru kali ini bisa diupdate" heheheh.
Tapi ini beneran, karena aku harus mencari sesuap nasi juga dong, biar bisa makan, dan kembali bisa menganalisa dan menulis kisah-kisah sedih yang secara tidak adil telah berkata "heeehh, yang berhak bahagia hanya cinta cewek dengan cowok !" andai mereka tahu perasaan Daya, Jala, Rusli, dan kawan-kawan.
Para sahabat, kali ini lumayan banyak data dari sumbernya berupa benang-merah cerita taut-bertaut. Kita mulai saja ya dengan lembaran baru yang lebih baik tentunya.
Untuk yang pertama bercerita, silahkan dek Rusli,
kamulah yang mengerti dirimu.
Yang penting terus maju dan ingat selalu cita-citamu. Semangat ya.
p. o. v. dari RUSLI
Selamat berjumpa lagi om, tante, uda, abang, mas, kakak, mbak, dan rekan-rekan seperjuangan. Apa kabar ? masih dalam suasana libur Idul Fitri tentunya. Walau ga bisa buka laptop, dari HP pun disempatin membaca kejadian pertengahan Ramadhan hingga akhir Ramadhan yang akan segera aku ceritakan. Makasih ya untuk perhatiannya dan untuk semua sumbang sarannya sehingga aku merasa tidak sendirian di dunia ini.
Kita mulai ya,
Sore harinya, itu adalah tanggal 13 Juli 2015 hampir-hampir penghujung bulan puasa, aku serius latihan melafazkan ayat-ayat yang telah dipilihkan oleh Buya untuk mesjid besar nama organisasi masa besar ini di Kota Padang. Minggu pertama tentunya giliran Buya, dan sekarang masa akhir ditutup oleh anak murid Buya. Sebagai pembaca khotbah, buya menyerahkan pada pak Tutor yang kejam itu hehehe tapi tegas dan berwibawa. Serasa bahagia sekali mengingat abang yang jadi pembaca di forum ini akan hadir jadi jamaah. Aku begitu semangat. Sama sebagai pelantun yang baik, irama dan perasaan harus nyatu dengan makna ayat, sehingga kita seperti bercerita kesedihan atau ketegasan dari ayat yang kita bawakan. Sesungguhnya itu adalah tingkat tinggi, jelas bahasa arab kita juga harus tingkat tinggi. Maka Buya mendampingiku dalam beberapa hari ini. Namun Buya selalu melamun jauh ketika suaraku sudah mengalun.
"sedih sekali irama ang, kapan lah ang ini bisa bahagia rus ?" komentar Buya
"wew Buya, baca ayat ya harus menyentuh lah Buya, mana pula ada irama bahagia" alasanku
"ang cepat mengerti, bisa menempatkan irama yang tepat dalam kalimat yang tepat" kata Buya
"mokasih Buya, kalau ndak Buya yang menjelaskan arti ayatnya, mana pula aku bisa memberi penekanan" jawabku
"Iyo rus. Yang penting jangan gugup, insyaAllah untuk kebaikan Jamaah, Allah akan melancarkan lidah ang" kata Buya
"amiinn. mokasih Buya" balasku
kami tersentak dengan beberapa orang yang masuk
mereka seraya berkata :
"habis benar waktu Buya untuk anak tidak jelas" kata seorang bapak termasuk pimpinan wilayah
Buya diam
"tadi aden mencek kesiapan anak didik untuk delegasi ke padang yang jadi perhatian organisasi, kaget sekali bukan anak didik resmi yang diutus" kata kawan disampingnya
"kurang yo Buya anak didik resmi kita yang mulai dari SD hingga tamat SMA berasrama disini ? Buya habiskan waktu tidak jelas" kata dia lagi
"aden tahu siapo yang akan aden didik ! ang tahu dari mana bahwa Rusli bukan yang aden didik ?" kata Buya
mereka diam, dan mulai berfikir
"dari Adm kami lihat Rusli baru setahun disini" kata mereka ya mereka benar juga sih aku hanya diam.
"Iyo setahun, tapi sebelumnyo ang tahu siapo yang mengajar Rusli ? jangan abaikan kuasa Allah" kata Buya.
Kita memang tidak pernah tahu apa yang ada disekeliling kita, sepenglihatanku waktu kecil dulu semasa Bapak masih ada hanya Bapak dan dan bang garin mushola yang mengajariku mengaji. Tapi lancar dan makin lancar aku mulai paham itu adalah makhluk-makhluk Tuhan yang lain yang menolongnya. Aku mulai paham itu juga bahwa salah satunya itu adalah Buya. Dan mengapa hati kecilku selalu terpanggil untuk belajar di perguruan ini ? sekarang aku mulai tahu jawabannya untuk sepenuhnya duduk bersimpuh di depan Buya.
Ada ilmu yang lain yang tidak dimiliki Buya yaitu ilmu Akuntansi, itu harus aku tamatkan di universitas besar di daerah limau manis, aku senyum mengingat semua ini dan memahami berbagai cerita yang mengiringi langkahku selama ini.
"yo lah rus, tolong bantu buatkan perbukaan !" perintah Buya dan mata Buya melihat dua bapak itu mendelik seolah sudah tidak mau berhadapan dengan mereka hihihi
kami keluar dan menuju dapur umum
mereka mulai senyum padaku
"masih mudo, langkah ang kencang sekali ! siapa nama ang ?" tanya salah satu bapak itu
"Rusli pak" kataku
"hmmm Rusli, nama yang aneh" kata dia lagi
disambut oleh seorang uda pengurus keuangan
"aneh kenapo ? itulah namonyo keberagaman" nasehat uda itu
mereka diam
uda itu menarik tanganku menuju dapur umum dan seketika aku mendengar teriakkan teman-teman
"hoooyyy Rus, lamoo bana ang sama Buya, ko ikannyo langsung dibakar ?" tanya mereka
"Bukan-bukan ! tuh dilumuri dulu dengan bumbu yang di dalam panci hijau" kataku
"Ooooooo begitu bilang dari tadi" kata dia hihihihi.................................... semangat kami membakar ikan itu untuk menu makan buka puasa
Terakhir aku campur-campur potongan buah nangka, bengkoang, nanas, dan pepaya untuk jadi minuman es buah dengan buliran biji selasih dipadu dengan air es tentunya, ohhhhhh swegeeerrr.
oh dah hampir berbuka nih, aku harus memberitahu yang lain dan
aku membalikkan badan
tampak tiga orang tua menadahkan gelas minta es buah itu untuk berbuka
masyaAllah...................... nenek, papa Ridwan....................
aku memandang ke arah mereka berdua
"oh kapan nenek dan papa datang ?" aku tampaknya tenang dalam dada yang bergemuruh kangen dan benci, peluk kangen tidak keluar ini sudah tidak seperti dulu lagi
"salam sama orang tua" hardik Buya
"ini lagi konsen ke hidangan berbuka untuk jamaah Buya" alasanku
Dhhuukksss..... dhuukksssss..... suara beduk
"Nahhh ini untuk nenek, ini untuk Buya, dan ini untuk papa" kataku
aku juga mengambil bagianku
datang petugas lain membawa semua ke tengah mesjid, istilahnya sekarang jamaah sedang menikmati kurma pas terdengar beduk, lalu ditelan dengan es buah hahahaha.......
"apo kaba kau tuh ? makin cakep, makin kurus tampak lebih tinggi" kata nenek
Buya tersenyum
"siapa dulu dong papa nya" kata papa Ridwan mumhhhh.....
akrab sekali mereka ini, aneh bin ajaib demikianlah kata hatiku
dari tengah mesjid sebelum azan magrib itu terpancar senyum penuh maksud dari seseorang berwajah teramat ganteng mhhhh bang Ulzam dah berubah profesi dia sekarang, pasti dia yang jadi guide papa dan nenek hingga ke Pd Panjang ini.
Baru juga minum es buah yang kuracik dan ya bisa saja, teman yang kehausan nih nambah terus padahal sudah azan, aku sudah diperingatkan untuk siap-siap diri mempraktekan hanya 1/8 dari jumlah ayat yanga kan ku kumandangkan besok pada acara yang meyibukkan perguruan, aku merasa biasa saja. Masa menghadap pencipta harus yang bagaimana ? ikhlas dari dalam hati dan pasti yang mendengar akan masuk dalam ekspresi yang kita kumandangkan, dari pada bagus yang dibuat-buat dan yang ndengar juga jadi neeeggg.
Dengan penampilan yang lebih tenang dan penuh perhitungan aku memang terlihat berbeda, makin cakep di mata mereka. Semua seudah berubah, semua tidak seperti dulu lagi, semua ulah dua orang yang semau gue salah satunya papa Ridwan. (kalau yang di semarang membaca ini, selamat idul fitri lah, siapapun kekasih mas hari ini, jadilah pacar yang baik, itu saja).
"ya Allah kau Rus, bagus nak ! kencang nian perkembangan kau! berhasil Buya mendidik kau" kata nenek seusai sholat maghrib saat makan bersama Buya
"Buya kenal nenek ?" tanya gue datar sambil mengamati mata Buya
"almarhum uda nenek kau ini dulu jamaah mesjid ini jadi kenal sama angku" kata Buya
"angku itu guru Buya ? aku manggilnya apa ?" tanyaku
"sudah meninggal" kata nenek
mereka tertawa
"Nah kalau anak yang dari tadi senyum-senyum tuh adalah keluarga ipar nenek ang" kata Buya sambil beradu senyum dengan bang Ulzam
pantesan dia pede amat mendekatiku setelah apa yang dilakukannya padaku dan pada bang Fikri.
"heeemm Buya tahu nian segala seluk-beluk" komenku ga tertarik dengan sisilah mereka karena aku adalah anak Bapakku. Dari dulu aku pengen tahu, keluarga Bapak yaitu nenek Muaro Tembesi juga dari Pd Panjang, berarti Bapak dan papa Ridwan seduluran , kalau seduluran kok pacaran ? kali ini hatiku tertawa.
Esok subuh nya ....
mereka datang lagi, senyum-senyum penuh harap, karena ingin makan sahur dengan menu yang kubantu menyiapkannya
heemmmm .....
"kalau di Jambi uda, amanlah, salasai oleh Rusli dan Uwonyo, lemaaakkk......" kata nenek, lemak itu = enak.
"oh si rusli memasak juga di rumah ya nek ? di kosan dia tidak pernah masakin gue" kata seseorang anak Jakarte jiaaaahhhh.....
"ngapain juga aku masakin abang ?" jawabku
Papa dan Buya berpandangan
"jaga tali kerabat lah, bentar lagi dia tamat rus dan kawin, maka kerabat ang tambah kuat" kalimat Buya, bukan bentar lagi kaleee, kemaren-kemaren saja suka kawin malah ngajak ke kamar kosku.
aku diam
Setelah sholat subuh, setelah mereka mendengar apa ayat yang kulantunkan pada sholat, jujur itu hanya ayat-ayat biasa, tidak khusus, kalaupun mereka datang ke Padang malam ini, maka mereka akan dengar yang belum pernah mereka dengar :
"Masih ada sedikit waktu lagi untuk latihan yo rus" kata Buya
mereka mengamati
"Buya jadikan ke Bukittinggi malam nie ? aku lebih nyaman kalau Buya ga ada di padang, takut salah, hihihi" kalimatku
mereka ketawa
"Pa, nenek, aku ga bisa menemani kalian ya, karena aku berkerja di perguruan ini, dan ini hari yang penting untuk perguruan" permintaanku
"iyo Rus, isyaAllah kami ada di mesjid itu nanti malam, lagian ado Ulzam yang menemani kami" kata papa Ridwan, aku ga boleh berfikir yang macam-macam, berdosa sama papa sendiri.
Habis praktek terakhir pada sholat ashar aku dapat SMS dari bang Fikri
"Abang datang malam ini, selamat bertugas yo dek" kalimat sebuah SMS, kali ini mataku berbinar, dari kemaren kaliamat ini yang kutunggu, makasih ya Allah ...... langsung kubalas
"Makasih abang, pasti semangat" balasku
lalu kuterima lambang smile si kuning hahahahah......
SMS itu berhenti
dan aku jadi lebih mantap menatap Padang dan bergerak menurun hingga ke daerah pesisir, itulah kota Padang.
Mesjid besar tepi Pasar Raya ini masih rame, padahal sudah akhir-akhir ramadhan,
pada sholat magribnya, aku azan untuk melatih pita suara, ini kali ke dua aku azan dimesjid besar ini. Kali kedua aku sumbangakan suara untuk memanggil orang sholat, dengan alunan nada Hayyaalassholaaahhhhh......
semua jamaah berdiam dan tertunduk, menanti nada yang lebih tinggi
seketika aku kasih apa yang mereka tunggu
tambah diam
dan pada pemiminan rakaat, aku lihat sesosok guru yang paling baik maju, guru yang paling mnegerti diriku ketika susah hidup terbuang dari dusun bahkan melarikan diri hingga ke Kerinci, dialah Buya. Beliau senyum padaku, ohhhhhh Buya katanya tidak datang, aduuuhhhhhhhhhh
kuatkan atiku ya Allah, hihihi harusnya aku bahagia lah didampingi Buya, ga boleh gugup dong. Aku ambil positifnya saja.
Lalu terfikir juga dimana orang tuaku duduk ? dimana bang Fikri duduk, sungguh aku tidak tahu, jamaah begitu banyak berjubel, namanya juga Pasar Raya dan puast mesjid orang kota Padang sholat.
Tidak ada keinginan makan sedikitpun, malah bapak-bapak pengurus sini membuatku tambag gugup dengan maksud bercanda, aku tarik nafas panjang.
..... dan
santri yang lain, aku tidak kenal, bukan yang dididik Buya, tadi sempat aku kasih dan share irama sesuai tipe suaranya, dia yang azan untuk sholat Isya, lumayan. Jamaah wajahnya mengalih kiri dan kanan, mungkin merasa akan dapat suguhan irama waktu sholat magrib tadi..... hahahha mereka belum tahu kalau aku malah akan memberi mereka irama dalam ayat-ayat yang super banyak pada sholat Taraweh.
Sholat Isya berakhir
Naik pengurus mesjid ke podium membacakan perkembangan neraca keuangan mesjid dan kegiatan keagamaan di kota Padang, rapi sekali dan sangat terorganisir, lalu terakhir dia mengatakan nama pembaca acara sholat Taraweh dari Perguruan Pd Panjang, langsung terdengar gemuruh suara Jamaah,
pembaca khotbah pendek jelang sholat adalah saudara Jamain Efendi dan yang memimpin sholat Taraweh adalah ananda Rusli Mansur mhs Fakultas Ekonomi kampus Limau manis,
kali ini aku mulai gugup, namun Buya mengedipkan mata ke arahku, seketika aku jadi tenang, hihihi.
decak kagum lebih keras, karena aku tahu beberapa dosen kampusku sholat disini dan sivitas kampus Ilmu Alquran juga berada di Padang sini, aku pernah degar selama ini mereka yang menguasai mesjid ini wajar emang ilmu Alquran yang mereka pelajari setiap hari di kampus,
kali ini mereka mendengar anak dari Fakultas Ekonomi kampus besar di lImau Manis unjuk kemampuan di kampus besar Pd Panjang.
Naiklah pak Tutorku, namnya jangan diejek ya hihihi yang penting ilmunya. Buya tidak ada waktu share namun aku tunjukkan semua ayat-ayat yang dipilihkan Buya untukkku, hingga jadi inspirasi namun Topiknya sudah dimintakan panitia jauh hari, pak tutor akan lancar aja.
...dan, ada yang terkesan berubah, kalau khutbah dia ini ramah sekali, hehehehe kalau ngajar aku dia kejam minta ampun, masih ingat aku diujinya pada kitab ke-17 dulu.
Seketika suasana jadi rilex dan ilmu tersampaikan dengan cara sederhana, intinya tidak banyak, lebih ke konsep cara menerangkan pada orang-orang yang sedang kenyang habis berbuka, heheheh.
Masuklah pada sholat Taraweh itu, ayat favoritku Al A'ala aku letakkan jadi ayat pertama saat ini menjadi ayat terfavorit yang ingin didengar orang dan diartikan orang. Buya memilihkan type-type ayat seperti itu sehingga aku bisa mengexplore makna dan alunan suara. Yang penting tidak pendek ! dan tidak pula kepajangan kasihan yang manula berdiri lama.
Aku buka dengan kalimat : "Jamaan sekalian, kita mulai sholat taraweh 8 rakaat, dalam 4 salam. Sholat witir 3 rakaat dalam dua salam. Tolong rapatkan barisan yang lurus dan matikan nada HP selama sholat berlangsung"
ada gerutuan ooohhhhhh ..........
suara ini yang cathing dengan mike ! inilah suara yang mereka dengar tadi di sholat magrib, aku melihat sekelebat orang-orang yang melongokkan kepala ke arahku, biarlah .... yang terlihat sedikit wajahku dan punggunggku yang entah apa yang mereka fikir mau dipeluk atau diapakan, yang penting sudah ada bang Fikri yang akan melakukan, dan bukan itu ! sekarang kita harus konsentrasi memulai sholat.
Allahuakbar ........
Aku mulai takbir pertama,
setelah itu meluncur alunan surat AlFatihah lalu diikuti oleh surat Al A'ala yang mereka tunggu-tunggu, rasanya entah dari mana keluar suaraku yang begitu mengalun dan berpadu dengan makna apa yang dimaui ayat itu, dingin san sejuk, semua diam, hening,.... sepi syukurlah jamaah berpadu dengan para malaikat yang memenuhi mesjid, masuk rakaat kedua dengan surat Adduha yang juga aku senang dan Buya mengerti kemampuan irama yang akan kubawakan, Jamaan serasa berbisik dengan ayat ku bawakan dan mereka hanyut dengan alunan suaraku. Takbir selanjutnya, .... dan beberapa ayat pilihan seperti Al Ma'un dan lain-lain dengan panjang ayat yang tergolong sama yaitu tidak kependekan tidak pula kepanjangan, mereka tunggu dengan senang hati, alhamdulillah ya Allah, Engkaulah yang mengerti segalanya, aku tidak berniat yang macam-macam pada rumahMu ini, aku hanya ingin mengajak mereka bersama-sama bertemu denganMu hingga sholat dan do'a bersama berakhir.
Aku serta merta dipeluk oleh Buya, terima kasih ya Allah
Kali ini aku tak dapat membendung air mata ketika melihat Buya yang menitik duluan.
"Syahdu dan Khusuk sekali nak" kata Buya sambil terus mengacak-acak rambutku
kemudian pengurus yang lain juga melakukan hal yang sama, untung aku bisa nanti pakai topi (kupiah) jadi rambut yang kusut tidak masalah.
Ada empat orang yang segaja menerobos barisan perguruan Pd Panjang dan mesjid ini, mereka juga seketika bersalaman denganku agak kaget aku ga kenal mereka
"kami orang kampus limau manis rusli" kata salah satunya, ohhh palingan dosen sana, ini bukan dosenku makanya aku ga kenal
"apak dari ilmu komputer, kalau apak-apak tuh dari keperawatan dan Peternakan" kata dia
"Oh Assalamu'alaikum Pak" sapaku seadanya
kemudia mereka asik berbincang dengan beberapa pengurus perguruan Pd Panjang, entahlah, dengan berita online kampus sepertinya mereka mengerti nama Rusli Mansur, lepas sekali tertawa mereka dengan wajah yang penuh ingin tahu dari perbincangan itu. Seketika aku dikelilingi oleh jamaah yang berdiri di barisan pertama dan kedua itu. Namun tidak kunjung kulihat nenek dan papa Ridwan, yang agak susah menerobos baris pertama dan kedua ini.
p. o. v. ULZAM
Gue baru kali ini menggil sepanjang sholat, ada suara Rusli dan ada rival terberat gue yaitu Fikri. Pak Ridwan sebarisan dengan famili gue yang dari Pd Panjang, dan nenek juga ditemani famili gue di barisan Ibu-Ibu.
Selesai sholat, aku lihat mata beberapa jamaah berkaca-kaca termasuk Fikri, mereka paham makna ayatnya, gue hanya sekedar menggigil.
Fikri menyalami tangan gue ... mirip lebaran aje
gue sekedar membalas salamnya dan berkata
"Kita disini dulu, biarlah famili gue yang menuntun pak Ridwan dan neneknya" kata gue
dia jadi shock dan melepaskan tangan gue
"kenapa ? elu gemetarkan kalau keluarga gue dekat dengan keluarga Rusli, sudah gue bilang gue itu sama-sama orang Pd Panjang dengan Rusli" kata gue
"terserah ang lah" balasnya yang mengumpulkan sisa-sisa kepercayaan diri
"Fik, kali ini gue minta sekali lagi kesempatan, gue tahu elu orang baik dan seorang pemimpin" kata gue
"Iyo Zam, ambilah ! setahu den si Rusli yang suko samo den, itu tidak bisa ang paksa. Buktinyo Rusli yang menyusul den" kata dia masih dengan nyali meski terseok-seok
"suka apa kasihan ? gue masih yakin dia kasih gue kesempatan terakhir" kata gue
"selama ang masih berjalan dengan cewek, manalah Rusli percaya sama ang Zam Ulzam" nasehat dia
"jadi elu setuju nih kasih gue kempatan terakhir" kata gue
"gunakanlah kesempatan Zam, lagian aden ado orang tua yang diurus lebaran ini dan nanti Rusli akan balik sendiri" kata dia yang tampak semakin percaya diri
Apa dia tahu ya karena Rusli emang akan ikut neneknya balik ke Jambi, jadi guepun sebenarnya ga ada kesempatan.
Habis tuh gue ga melihat Fikri lagi, pak Ridwan dan famili gue sepertinya bergerak ke depan ke kumpulan orang-orang perguruan Rusli, tapi kok si Rusli ga kelihata ya ?
Jangan-jangan dia mojok dengan si Fikri, ya Allah ...
apapun kesempatan untuk gue
kemana harus gue cari untuk memergoki mereka berdua ?
sudah gue putar-putari lapangan parkir, terlihat sih Brio si Rusli tapi ga ada orang, gue kempesin ga ya Brio ini ? biar si Fikri kurang ajar tuh ga bisa balik !
hemmmmmmm .....
Jam 10 malam kondisi mesjid dah agak leluasa, tapi masih tergolong rame, ada yang mengaji ada yang berbincang,
Kebetulan nenek si Rusli dan rombongan masih berbincang dengan orang perguruan Pd Panjang, termasuk si dia, baru jam 10 muncul kemana saja pacaran berdua ?
aku urungkan niat masuk rombongan itu aku kembali pelataran parkir, dan mobil Brio itu sudah hilang, NYESEL gue kok ga gue kempesin ????? halus mainnya biar ga ketahuan pacaran dengan Rusli.
Jika gue ga diterimanya maka gue bilang sama neneknya dia iru pacaran dengan Fikri. Tunggu saja
Aku berlalu dan masuk dalam rombongan itu
"Eh ini si Ulzam, tadi dia dengan teman kampusnya sholat berdua, bersih dan berwibawa teman si Ulzam nih, badannya bagus" kata Familiku itu yang disambut dengan senyuman pak Ridwan
eh si kutu ini juga senyum, puas dia dengar pacarnya dipuji
"ada yang janji mau ngafal ayat paktuo, hingga hari ini ga hafal-hafal" kata dia, familiku terkekeh nenek dia juga terkekeh
"ya biarlah rus, itu saja elu sebut-sebut, belum sekarang nanti" kata gue, nanti kalau elu benar-benar kembali menerima gue kata hati gue
"kapan ?" tiba-tiba Buya bersuara
"kapan Buya mau ngajar" aku ga hilang akal hihihihi
"manga lo aden maaja ang, barajalah samo Rusli" kata beliau (Mengapa pula aku ngajar kamu, belajarlah sama Rusli)
aku terdiam
nenek dan papanya begitu bangga, terlihat mereka tulus menyayangi Rusli ! kalau Rusli takdirnya dengan gue pasti keluarganya tidak semarah kalau dia ketahun pacaran dengan orang lain ! karena gue masih sedulurnya dan tahu cara mengambil hati nenek peot ini.
Dalam perjalanan pulang ke Pd Panjang
Ada call dari mama
"Pak gue angkat telpon ya" minta izin karena gue yang supir, Rusli ikut sama Buya nya, dan satu lagi kalau Rusli dengan gue, akan sedikit waktunya untuk Buya ini... tunggulah
"Angkatlah" kata pak Ridwan
"jangan lamo-lamo bahayo kami nie" umpat si nenek peot
aku angkat
bla.... bla... bla..... ga jelas hingga kubarkan sesuatu, mata mama terbelalak
"Ma, ternyata keluarga Rusli itu ipar dari pak tuo Kandar" kata gue
"eeeiiittt, si Kandar ? oh iya itu dah lama mereka merantau ke Jambi" kata mama
"nih nenek Rusli ada dalam mobil, papa Rusli Juga" kata gue
"Rusli manaaa ????" ..... hahahah pasti ini yang ditanyanya
"Rusli lagi, mau bicara ga sama nenek Rusli ?" tanya gue
"mau-mau kalau Rusli ga mau bicara" kata mama wkwkwwk yang makin lucu
"bukan ga mau bicara, rusli ga ada, dia di mobil yang lain" kata gue
Mulailah mereka berterlponan, bla, bla, bla, ibu-ibu sosialita kelas uang ! apa saja dibahas ternyata keluarga Rusli ini emang sangat berkelas, mungkin saja rekan bisnisnya juga banyak yang dari jakarta kalau pak Ridwan punya rumah sebagus itu di serpong.
.... dan
"Si Rusli wan, ternyata menyusahkan anak orang, adik si Ulzam ini selalu menanyakan dia" kata nenek berdasar info dari mama
"mamak tuh ! anak tuh mungkin yang sayang samo Rusli" kata pak Ridwan
"Itu benar pak" kata gue gue juga dia sayang kok hihihihi ga terucap saja dari ulut gue
"Ulzam, H+3 Lebaran keluargamu mau silaturahmi dengan keluarga Jambi" kata nenek si Rusli
"aaa, aa aseeekkk" kata gue saking bahagia
"banyak nian aaaaaaa nyo" protes si nenek hihihihi
Alhamdulillah ya Allah sedikit saja mama ku pancing, mama bisa bertindaj lebih jauh
untuk kebaikan Tito dan Kaka saja, kami akan bahagia di kota Jambi, dan cita-cita Tito mandi di kolam renang keluarga nenek peot tuh terkabul juga, adduuhh maaf ya Allah dari tadi peot terus, sesungguhnya nenek ini masih sangat cantik sebagai orang kaya-raya.
Aku sungguh bahagia, tapi masih dag dig dug juga apa Rusli mau balik ke kota Jambi ?????? kalau Rusli ga mau, aku tetap akan ke kota Jambi, membuat gempar dan kekagetan.
hingga Rusli harus kesana untuk menjelaskan.
Energiku terlalu cukup untuk semua ini.
When you are searching for the light, but there was no hope inside
bro @balaka , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @cute_inuyasha , bro @Urang_Tap1n , bro @yadi212, bro @kim_juliant27 , bro @ken89 , bro @sky_borriello , bro @NanNan , bro @PeterWilll , bro @chioazura , bro @Ndraa , bro @ularuskasurius , Bro @RereLiem28 , Bro @SteveAnggara , Bro @Asu123456 , bro @boy , bro @andrean20 , bro @Raenaldi_Rere , bro @Rifal_RMR , mbak @Watiwidya40Davi , bro @kvnandrs6 , bro @nakashima , bro @j4nji , bro @abyyriza , bro @DItyadrew2 , @Mami100C , bro @raka rahadian , bro @alvin21 , bro @Sho_Lee , bro @Flowerboy , bro @rama_andikaa , bro @syafiq