It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Tepuk tangan dan perasaan yang campur aduk memandu yang hadir untuk bernafas sejenak. Padahal tidak lebih dari empat menit lagu yang dibawakan Rusli, nafas hadirin serasa tidak lancar. Ufffffffff ...
Lain halnya dengan Tito dan Kaka, meski tidak hafal dan dengan pronounsiasi hihihihi, mereka berusaha mengikuti uda nya bernyanyi, dan tawa si kecil berdua tak henti-henti ketika Rusli ke bangku dimana mereka berempat duduk.
Tepukan pada bahu diberikan Ulzam dan paham bahwa suara Rusli makin matang setelah terasah sebulan dalam pengajian di Pd Panjang.
Kemudian Uwo bergabung pada meja mereka
p. o. v. dari RUSLI
Aku terhempas duduk untuk mengumpulkan nafas yang kuterbangkan bersama nada-nada sulit dan rapat.
Lain tekhnik, lain pula kesiapan dada dan otot perut dalam bernyanyi atau mengalunkan irama Ayat Alqur'an. Asal dilatih InsyaAllah bisa, tergantung bakat dasar yang dibawa dari lahir. Yang ga mau bernyanyi atau berdendang sampai kapanpun tidak akan membuka suara di sebuah panggung atau membaca Al Qur'an larus saja begitu tanpa irama yang jelas.
Bhuuukkksss satu tepukan di pundakku seraya mendengar kalimat seperti ini:
"wadoh Rus, semua terasa dingin dan terpana mendengar suara elu, kirain lagu berbasis rock saja yang elu suka" kata bang Ulzam
"uh uh abang, dalam suasana silaturahmi orang ga suka lagu rock, semacam pop-festival ini lebih dihargai dan aku juga biasa membawakannya" kataku sambil tetap bernafas dengan teratur.
"hohoho lebih lapeh kau tadi Rus, biasonya takut-takut ado nenek" kata Uwo
"heheheh" kata Rusli
"emang nenek ga suka Rusli nyanyi ?" tanya bang Ulzam
"ya kira-kira begitu" kata Uwo
"Tadi aku nyanyi-nyanyi di kamar nenek, ga marah kok ?" Kaka menyerobot pembicaraan
"hihihi dulu... sudah tahu bakat uda Rusli berdendang, maka sekarang nenek ga marah lagi" kata Uwo
"heheheh" wajah bang Ulzam dan adik-adiknya berbinar serasa mendengar hal baru yang agak lucu
"yo gitu, terbukti uda Rusli jugo banyak melafazakan ayat di depan umum, kami yakin dia anak baik" kata Uwo
"hahahha Uwo, emang anak yang lagu rock dan lagu jazz bukan anak baik ?" aku sedikit bertindak
"kebanyakan begitu, dandanan nya aneh-aneh" kata Uwo
"wkwkwwk itu dulu Uwo, sekarang orang yang bawain lagu rock pakaiannya sungguh enak dipandang mata" kata bang Ulzam
Naik lagi si pembawa acara
"aduh aku mohon sekali ini agar bang Ulzam sekarang yang disuruh nyanyi" harapanku untuk buat dia panik wkwkwk
"apaan sih Rus ? elu mau bukin gue malu seumur hidup ?????" dia begitu cemas
"hahahahahahahhahahaha" kami tertawa apa lagi Uwo terpingkal-pingkal
"itu uda Ulzam jangan remehin orang, hahahah" celoteh Kaka
begini kata si pembawa acara :
"Tadi barusan kita dengan suara Rusli yang begitu indah suara kebanggaan Jambi yang bergema sampai ke Padang sana. Sekarang Pak Ridwan mau menyampaikan sesuatu untuk pada kerabat, karyawan, dan orang kampung sebagai kata sambutan, silahkan Pak Ridwan" .............................
Naik juga papa Ridwan ke Panggung itu, dengan nuansa pakaian keluarga seperti yang ku pakai. Warna dan modelnya kebetulan malam ini begitu padu dengan tata-cahaya di ruang pertemuan hotel Aston Jambi ini.
"Terima kasih Rus.., aku mengerti rasa dari lagu yang kau nyanyikan. Di hadapan para karyawan, kerabat, dan orang kampung: aku Ridwan minta maaf pada anakku yang dalam bulan-bulan terakhir sempat berbeda pendapat. Ini masalah orang tua dan anaklah. Yang kuasa maha mengetahui, bahwa aku khilaf saat itu. Dengan banyak saksi hari ini melihat bahwa aku tidak akan jatuh pada lobang yang sama.
Untuk semua karyawan dan kerabat: atas nama mamak, saya juga mengucapkan mohon maaf lahir dan bathin"
Ya Allah.... ga nyangka papa Ridwan akan berkata seperti ini, bagus sekali kalimatnya, dan orang makin mengerti bahwa masalah sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik-baik. Aku saksikan ini adalah langkah kemajuan di lembar baru setelah Ramadhan dari Papa, amin ya Allah ...... semoga ke depan papa Ridwan lebih hati-hati dan menjadi pimpinan yang patut diteladani oleh anak buahnya, sekali lagi amiiinnnn.
Semua yang hadir berdiri dan memberi tepuk-tangan pada papa Ridwan.
Kami juga berdiri sambil bertepuk-tangan tak terkecuali Tito dan Kaka tentunya.
Langsung disambut oleh alunan musik yang manis setelah itu dan pembawa acara demikian cepat mencairkan suasana sehingga tidak terkesan kaku :
" ......Alhamdulillah moga ke depan kerjasama Rusli dan Papanya lebih kompak lagi memajukan perusahaan ini dan jangan khawatir kata maaf selalu hadir di bulan Syawal.
Kalau tadi kita sudah mendengar suara penyejuk jiwa dari Rusli dan kata sambutan dari Pak Ridwan, sekarang nikmatilah suguhan tarian daerah Jambi yang telah kami persiapkan.............."
Terlihat bang Ulzam begitu asik dengan alat rekamnya, setahuku apapun even tarik suara yang kulalui bang Ulzam selalu merekamnya, tapi untuk apa merekam kata sambutan papa segala ?
Bakat dokumentasinya sungguh sangat menonjol.
"sudah jelas galo-galo yo Rus" kata Uwo dengan hati-hati
"terserah papa lah uwo, banyak juga yang menyaksikan dan mengingatkan" kataku
"itu maksud uwo, itu papa kau serius, uwo paham nian prilaku papa kau tu" kata uwo lagi, bang Ulzam dan adik-adikku serius mendengar dari tadi juga ingin bertanya sepertinya
"uwo, uda Rusli diapain om ?" tanya Tito
"marah-marah saja kerjanya maka uda Rusli ke padang panjang" kata Uwo dalam hal bercanda biar si kecil ga banyak tanya lagi
"ohhhhh" mereka berfikir
"sudah ya Tito Kaka, orang tua marah tanda sayang" nasehatku
"ga salah napa marah om nya ?" tanya Tito lagi
"mungkin ada salah uda itu papa yang tahu" kataku
.....................................
Menjelang tidur, papa nenek dan orang tua bang Ulzam masih terus berbincang tentang tali kerabat dan peluang bisnis yang cukup menarik.
Kami asik melihat hasil dokumentasi bang Ulzam, beberapa dari kamera Uwo dan kameraku. Dari pertama datang hingga kami pulang, komplit
beberapa komentar yang lucu dan lugu dari Uwo. Adik-adik ini jadi akrab sama Uwo, entah mereka ga da nenek, setahu gitu, ga pernah dengan cerita mereka punya nenek hehehe.
Lalu tiba-tiba saja Tito menuju papa Ridwan yang duduk berdekatan dengan orang tua mereka
"om sudah marah-marah sama uda Rusli baru minta maaf !" kata Tito serta merta
semua terdiam
"siapa yang bilang gitu ?" kata papa Ridwan yang menyikapi dengan cara Tito tentunya, wkwkwkwk
"uwo" kata Tito lagi
"ah Uwo kurang ngerti masalahnya" jawab papa Ridwan
"kalau ga marah-marah, ngapain om minta maaf pakai pengeras suara" Tito ga mau kalah dengan apa yang disaksikannya
"hahahahah iyo tingkahnyo mirip Rusli kecil" kata Papa Ridwan
Ini yang kedua kali orang berkata begitu, kemaren Uwo, apa iya, aku ga ingat lah karena masih kecil. Kelihatan emang Tito cerdas dan baik hati.
...........
Keesokan harinya, kami sholat Shubuh berjamaah. Namun bang Ulzam, Tito dan Kaka belum bangun karena bukan jam bangun mereka, duh ... bang Ulzam.
Aku ingin melihatkan sisi hidupku yang lain pada bang Ulzam dan adik-adiknya
Sehingga setelah Subuh aku utarakan keinginan untuk menjenguk mamak. Kalau nenek dan etek muaro tembesi aku belum mau ! yang ini agak susah dikasih tahu kalau ga nenek sendiri yang meralat omongannya.
"Berhubung nenek dan orang tua Ulzam ada perjalanan hari ini, maka Uwo dan Papa kau yang menemani" kata Uwo
"Alhamdulillah" kataku
"Kalau Uwo yang menyertai aku percayalah ! tapi jaga tingkah lalu, jago budak kecik tu yo Rus" pesan nenek
"iyo nek" kataku
"Rusli lah biaso ngajak anak-anak tu jalan-jalan Bu" kata papa bang Ulzam
Kemudian papa Ridwan sudah asik dengan alat pompa ban untuk anak-anak mandi, asik juga nih dah lama ga mandi di tepian pemandian keluarga nenek ini
Belum juga selesai, mereka bangun dan menyerbu ban warna-warni itu dan bersorak pengen mandi pagi itu
"Gosok gigi dulu !" hardik mamanya, ...
Termasuk bang Ulzam, heheheheh karena air sungai itu tidak layak untuk menggosok gigi
Untuk keamanan Uwo mengamati dari atas yaitu tepat dari jendela kamar tidur nenek, orang tua bang Ulzam dan Papa Ridwan tidak tertarik untuk mandi segan samo Uwo yang mengawasi kali, hahahahha
Jadi yang mandi itu kami dan tiga orang karyawan jaga malam yang sudah lama kepengen mandi di pemandian ini dan terhalang oleh bulan puasa.
Terlihat wajah Tito begitu gembira
Hingga ke dalam sungai, nenek membuatnya bertangga-tanga, jadi dari satu tangga kita bisa duduk dan menjuntaikan kaki ke sungai ga kawatir karena ada satu tangga lagi agak ke dalam jadi ga akan tenggelam meski anak-anak sekalipun apa lagi pakai ban begitu lebih menyenangkan bagi anak kecil ini.
dari atas Uwo selalu berkata begini :
"sudah ??" ....
"Belum Uwo"..... sorak Kaka dan Tito wkwkwkwkwk
"Ayo sudah ... kita mau jalan ke muaro tembesi " kata Uwo
Sekitar satu jam kami mandi, asik sekali. Mungkin di Pd Panjang kita masih berselimut, disini kurang dari jam 7 pagi yang agak sejuk, diatas jam 7 pagi sudah terasa hangatnya, bedalah dari padang dan Pd Panjang.
Di kamar mandiku mereka membilas tubuh dengan sabun kesehatan, sedangkan aku ke kamar mandi nenek.
Kami selesai berpakaian, nenek dan orang tua bang Ulzam malah sudah rapi dan segera berangkat.
"Mama Papa ga sarapan dulu ?" sindir bang Ulzam
"Aha bisa menyindir si Ulzam ? kami tuh mau makan spesial di luar" kata nenek
"daaa... daaa" kata mama Bang Ulzam
"yaaa ga apa, kami juga mau makan di luar sama om" kata bang Ulzam
"Ga boleh mandi di sungai di muaro tembesi itu" ultimatum papa bang Ulzam
"iya pa" kata bang Ulzam
Papa Ridwan mengarahkan Fortunernya ke Ps Angso Duo ke kantin makan pagi namanya setelah berdiskusi dengan Uwo (kalau Uwo ditanyo yo ke restoran Padang tu lah hahahaha). Beberapa kali waktu SMA dulu papa Ridwan mengajakku kesini, belum banyak perbedaan, dalam hal rame saja. Karena ini masih suasana lebaran jadi masih belum balik lagi ke kota-kota besar lain sehingga kota Jambi masih Rame. Diperkirakan dua hari lagi baru terjadi arus balik ke kota-kota besar.
Setelah menyantap makan pagi, kami segera bergerak ke Muaro Tembesi
Ini harapanku yang ku do'akan terakhir kali, setelah meluruskan masalah dan sekedar memberi jalan yang baik untuk papa Ridwan, aku ingin melihat kondisi mamak dan pak etek. Jika ada sesuatu yang bisa aku fikirkan untuk membantu mereka bahagia, kenapa tidak ? ini adalah hari bahagia semua orang berhak bahagia.
"Kita ke rumah mama uda ya ? uda masih ada mama ? kenapa ga tinggal sama om ?" tanya Kaka
"Mamak kawin sama orang lain, ya nanti Tito sama Kaka ngerti sendiri, lihat saja dulu ya kejadiannya" kata Uwo pada mereka berdua
"mama uda Rusli, ada adik dia sayang sekali sama adiknya" kata papaku
"Jangan ribut ya Tito dan Kaka, adik mama uda Rusli pemarah" kata Uwo lagi
"iya Uwo" jawab mereka
Telinga bang Ulzam berdiri, apa yang dia fikir ? sepertinya dia merasa tertarik
Kami sampai di halaman rumah yang sederhana, di sampingnya terlihat sungai Batang Hari yang sangat lebar.... indah sekali sedemikian tenangnya......
mata mereka terbelalak....
"Assalaamu'alaikum" kata Uwo
"alaikum salam, oh kau Wo, mari masuk" kata seorang Ibu-Ibu
Ya Allah, mamak, tidak ada yang berubah, mamak masih tegar,
dulu kondisi rumah ini agak kotor sekarang lumayan bersih, dengan beberapa bunga di pot yang tertata baik, artinya mamak ada waktu untuk mengurus diri dan rumah.
Kemana Pak Etek ?
Dari dalam rumah keluar seorang bapak-bapak, pakai sarung sholat dan peci,
dia sholat ? Alhamdulillah ......
Aku sekuat tenaga menahan perasaan tidak sok Akrab tidak sok peduli
"Aku bersama Rusli, awas kau jangan kau pukul lagi anak kau !" ancam papa Ridwan begitu tegas. Tamu Jakarta ini berfikir
"iyo, kami ngerti, selamat hari raya Rus, maaf lahir batin" kata mamak ku
"iyo mak" aku menyalami mamak dengan waspada
Uwo dan papa Ridwan sigap mengamati
"Pak Etek, selamat hari raya juga ya" kataku
"Iyo Rus" kata dia dan kami berjabat tangan dengan hati-hati. Tidak sok akrab dulu
karena aku juga belum paham apa kejadian setelah ini.
"Dimano kau kerja sekarang Rus ? Kaki kau lah kuat sekarang yo" kata mamakku seolah tidak tahu dia telah memukul pahaku hingga lumpuh
"Iyo, Allah maha kuasa ! Rusli tidak kerja, tapi kuliah di Padang" kata Uwo
"Di Padang ? oh baguslah rusli balik ke kampung bang Mansur" kata mamaku,
tapi aku ga terusik,
ngilu di kakiku masih membekas !
satu rasa ini akan kupendam demi laki-laki yang di hadapanku ini, pak etek.
"Iko siapo ?" tanya pak Etek
"Kerabat mamak yang dari Pd Panjang, iko Ulzam, Tito, dan Kakak" kata Papa Ridwan
"Selamat datang di rumah mamak Rusli" kata pak Etek
"iya" sambut anak-anak Jakarta ini
"Ndak ado apo-apo di dalam, tapi ayo masuk" kata pak Etek
"Kemano duit yang kukasih jelang lebaran ???" kata papa Ridwan
kami terpana
"Untuk modal dagang habis lebaran ini Wan, kami cubo-cubo buka warung di Pasar" kata mamakku
"Alhamdullah, kalau seperti ini dari dulu kan indah dunia" kata Uwo
"Iyo lah wo, sampaikan salam kami ka uni ! kemano uni ?" kata mamak
"ado acara urang rantau" kata Uwo
"itu perahu rame-rame di depan tuh ada apa om ?" spontan Tito bertanya pada pak Etek
"ada pasar hari Raya, silahkan ajak abang Rusli jalan-jalan" kata Pak Etek
"abang ????" mereka bingung
"Iya abang becak !" kata bang Ulzam
"hahahahahah" sorak mereka
"wwooohhh bang Ulzam ini, abang itu sama uda" kataku
"Iya om kami manggilnya uda Rusli bukan abang" kata Tito lagi
"heheheh" mamak dan pak Etek juga tertawa
Uwo menemani dan mengawasi kami ke keramaian itu
Papa Ridwan melanjutkan pembicaraan serius dengan mamakku dan Pak Etek
Tadinya aku dah siap-siap tutup hidung dengan bau alkohol mulutnya pak etek, oh Ya Allah banyak yang sudah terjadi, mereka ini juga menuju jalan yang lebih baik.
Bang Ulzam berkeringat dadanya sesak, kasihan juga.
"enak ya sudah buat anak lumpuh, masih juga diperhatikan papamu Rus" kata bang Ulzam
"itu dia bang, tidak hanya sisi kejayaan nenekku yang abang lihat, tapi inilah bang keluargaku sebenarnya, abang lihat alasannya mengapa kita tidak boleh sombong dan harus tahu diri" kalimatku
"sudahlah Rus, si Ulzam ini ga akan mengerti lah ! anak jakarta" saran Uwo
"iya gue bingung Uwo" kata bang Ulzam
Tapi Tito dan Kaka mengamati dengan seksama
Entah kecapekan atau apa, sepanjang perjalanan pulang Tito dan Kaka tidak banyak bicara, terutama Tito
Aku pegang keningnya takut mereka sakit, tapi perasaan makanan dan lingkungan semua bersih, nyamuk juga tidak menggigit, dan badan mereka tidak panas
Rencana makan siang batal, maka uwo masuk planning yang lain yaitu memasak dan kami makan jelang sore sambil nunggu orang tua mereka balik
Ternyata jam 15.10 saja, rombongan nenek sudah balik, saat masakan hampir selesai
Kaka terbaring di kursi sambil berdiskusi dengan Tito entah apa yang mereka diskusikan
Lima menit kemudian Tito mendekat pada mamanya
"Ma .... haus ma....." kata Tito
"Oh Badan Tito Panas !" kata mamanya
Aku dan bang Ulzam segera menghabur dari dapur
"Tadi ga panas kok ma, tapi iya sudah diam-diam dalam perjalanan pulang" kata bang Ulzam
"Ga usah pegang-pegang ma !" hardik Tito
"ehhh tito kok gitu" kata nenek ku
"Pa, tito ga ada nenek ! kalau mama pukul tito hingga lumpuh seperti uda Rusli, siapa yang ngobati Tito" sorak dia
"iya....." Kaka yang terbaring ikut protes
"loh kok gitu ? emang mama sejahat itu ?" kata papanya
Kami semua terdiam
Dalam sekali perasaan anak-anak ini, setelah mendengar kata bang Ulzam di pasar muaro tembesi tadi mereka bisa menyimpulkan aku lumpuh karena dipukul
"woooh harus beri mama kepercayaan dong, nih disaksiin nenek dan papa, bahwa mama kalian akan selalu menjadi mama yang baik" aku hibur mereka
"kirain apa ? manja amat kalian ! kalau kalian lumpuh dipukul mama, tinggal panggil ambulan, beres" kata bang Ulzam
"eeuuuuuuuuuuuuuuuuuu hiks hiks" makin jadi tangis anak kecil ini, hahahahah bang Ulzam
"Apaan kamu sih" kata mamanya sambil mencubit pantat bang Ulzam dan bang Ulzam memekik kesakitan
Sekarang keluarga bang Ulzam sedikit banyak mengetahui kondisiku waktu SMA, mungkin selama ini mereka termasuk yang sayang sama aku seperti aku menyayangi Putri Kaka dan Tito, tetapi mulai hari ini kadarnya bertambah sesuai dengan apa yang mereka fikirkan, silahkan saja. Yang pastinya esok usaha dagang orang tua bang Ulzam tambah sukses, mamak dan pak etek juga sukses dengan rencana barunya, bang Ulzam segera berfikir untuk menamatkan kuliah, serta Kaka dan Tito menjadi generasi cerdas yang tahu diri, amiiiiiiinnnnn.
Terus melangkah ...
bro @balaka , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @Urang_Tap1n , bro @yadi212, bro @kim_juliant27 , bro @ken89 , bro @sky_borriello , bro @NanNan , bro @PeterWilll , bro @chioazura , bro @Ndraa , bro @ularuskasurius , Bro @RereLiem28 , Bro @SteveAnggara , Bro @Asu123456 , bro @boy , bro @andrean20 , bro @Raenaldi_Rere , mbak @Watiwidya40Davi , bro @kvnandrs6 , bro @nakashima , bro @abyyriza , bro @DItyadrew2 , @Mami100C , bro @raka rahadian , bro @alvin21 , bro @Sho_Lee , bro @Flowerboy , bro @rama_andikaa
Wah, ada Bro Raka ! kangen nih. Selamat idul fitri juga Bro, maaf lahir dan bathin.
Masih ambil libur atau sudah beraktivitas Bro ?
Selamat datang Bro, selamat bergabung. Ada ranjau bahasa bro namun kalau dah ngerti dijamin bisa ngomong Jambi dan Padang. Selalu menarik Bro mengikuti cerita anak yang sederhana dan pedulu pada lingkungan nya. Namun hidup memperlakukannya secara tidak adil
Iya mba' Wati, kitalah yang mengerti diri kita sendiri, apapun itu, semoga mba' selalu mengetahui cara untuk bahagia dalam menjalani kehidupan
Dah mulai masuk kerja lagi nih Bro, makin dikit pula waktu luang. Ok deh Bro aku juga pernah dengar tapi yang jual di Bogor katanya, heheheh kejauhan
Iya Bro Lulu, selamat istirahat ya, tuh ada part terakhir, mungkin akan terkendala waktu menulis setelah ini, namun aku sempatkanlah.
Makasih Bro Rama gimana kabar Jakarta ? udah mulai aktivitas ? atau minggu depan ?
Pokok nya aku sllu setia tunggu lanjutanya.
Pengen bgt kenal sama rusli.
Salam buat rusli bilang dari veteran padang ya mas...
Makasih Bro Kim
Iya InsyaAllah dah dekat begitu jaraknya dg Rusli. Oh Veteran ? Aduuuh itu daerah elit. Pernah kesana dekat mesjid atau dekat ke bang BCA nya, ada pusat pertokoaan juga karena agak dekat ke Ps Raya serta tempat anak SMA 1 Padang berkumpul, Rusli pasti membaca yang Bro tulis
di deket rumahku ada kok yg jualan itu bang.
ulzam sembrono ngomong bgtu di depan adiknya, jd kepikiran kan jadinya
Aduuuh yang kumaksud ternyata Jl H Agusalim hahaha maaf Bro, Jl Veteran kata Rusli dekat Purus yang bisa tembus ke Jl Pemuda
Mata nenek agak memandang curiga pada tatapan yang beradu dengan mataku
"Rus, tolong jelaskan, apo yang terjadi ?" kalimat nenek
"Loh kok aku ? tanyain papa dan uwo tuh kalau iyo aku mengusik fikiran si Tito dan Kaka" keterangku apa adanya
"Mereka takjub saja kali Bu melihat pemandangan dan beberapa orang asing sesuai dengan pemikiran mereka" kata papa bang Ulzam
"betul itu, sepanjang jalan mereka tak henti mengamati pemandangan" kata Uwo,
kemudian papa Ridwan juga turut ngasih pendapat :
"Hingga di rumah mamak si Rusli iyo idak ado apo-apo, tapi di pasar aku idak tahu ! aku dah ikut ke pasar" kata papa
"uh papa ini malah ikut memanasi nenek " protesku
"yo dengar dulu lah" kata nenek
"Idak ado ah Rusli ngomong apo-apo di pasar, aku kan ikut menemani " keterangan uwo
"nah itu nek" jawabku
"Iyolah, Tito dan Kaka tidak boleh ya berkata sesuatu tanpa minta penjelasan" saran nenek pada dua anak kecil itu.
"Tito tahu kok mama uda Rusli yang mukul , Tito dengar di tepi sungai rumahtu" Tito membuka suara
"Iya, tapi Mamak Uda kan bukan mama Tito ! tidak perlu khawatir kan ? " aku kembali membujuk
Kali ini mereka diam
Akupun kemudian berinisiatif membawa dua adik kecil ini ke kamarku, sedangkan bang Ulzam masih meneruskan dialog.
hemmmmm Manusia kepala batu ini, dunia datar saja sama dia dengan segala tingkah ! Tidak pernah dia tahu bahwa adik-adiknya punya perasaan halus dengan pemikiran kemana-mana yang kadang kita tak sempat memikir, seperti kejadian sore ini.
"maaf aku sekedar tanya, kau suka mukul anak ?" terdengar tanya nenek untuk mama bang Ulzam
"suka lah nek sambil mencubit, sakit !" kata bang Ulzam
"kalau nakal awas saja" kata mama bang Ulzam
"hahahahha" suara dua papa-papa itu
"Tapi janganlah mukul-mukul anak ! kadang kita khilaf, jangan terulanglah" nasehat nenek
"Iya Bu" kata mama bang Ulzam
"Sekarang lah jauh berubah Bu, sejak Putri meninggal, Tito dan Kaka juga kelihatan jadi pendiam" kata papa bang Ulzam
dan aku ga konsen lagi sama perbincangan mereka, aku sedang membukan laptop untuk dua adikku ini, mereka akan kuhibur dengan foto-foto dusunku di muaro Tebo sana, melihat foto sungai, tebing yang memagari dusun kami, perahu Bapak, sawah di belakang rumah, mushola, serta lapagang tempat bermain orang dusun tentunya sambil bercerita, sehingga mereka bisa melupakan hal-hal yang tak seharusnya mereka fikirkan.
Menjelang jam 22.00 WIB mata kedua adik kecil ini baru terpejam. Masuklah bang Ulzam
"bang sholat Isya dulu bang" nasehatku
"iya Rus" kata dia tanpa nada protes seperti biasanya dan sekarang dia menuju kamar mandi dekat sudut ruangan ke arah jendela kamarku.
Akhirnya...... selesai juga kegiatan hari ini,
Ranjang di kamarku tidak bermasalah untuk menampung dua ank kecil dan dua orang dewasa. Tito di sudut sebelah kanan, setelah itu aku, ke kirinya aku di apit oleh Kaka dan di sudut kiri tentunya bang Ulzam. Dua adik kecil memeluk diriku. Ini adalah malam ke-dua mereka tidur di sampingku. Ada tangan bang Ulzam mengusap rambut Kaka dan rambutku secara bergantian.
Entah apa yang difikir bang Ulzam. Hatiku sulit menebaknya
Mungkin tidak perlu apapun untuk disalahkan bang , dulu abang yang pengen aku jauh dari abang dan kesempatan itu abang campakkan !
Begini lebih baik bang, dari pada menjilat air ludah yang telah terucapkan, kejar sajalah Sarang untuk burung abang,
aku juga akan berlalu di atas jalan ku sendiri.
Ketika asaku telah datang menjemput mimpi malam itu, akupun tertidur, tidak ingat apa-apa lagi. Ada perahu yang di cat dengan guratan biru tua dan garis-garis putih. Dayungnya lebar dan kuat ! Tito dan Kakak berada di tengah bagian kiri dan kanan, aku dari belakang mendorong dengan kayuhan kadang kiri kadang kanan. Perahu kami melaju ..........
kayuhan yang kompak dari kami bertiga berhasil membawa kami ke Tebing Seberang, kami berjalan menuju SMP ku dulu dan ada pohon kemuning yang wangi di depan rumah bang Jasri. Selamat pagi Tito dan Kaka mau berangkat sekolah ya ? .... tanya bang Jasri
Ada bang Jasri ada dalam mimpi itu,
selanjutnya mimpipun pudar, sebagai bunga tidur mekar dan layu tergantung kepada berapa banyak mimpi yang kita punya dalam tidur ....
Sebelum Subuh aku terbangun, aku tunaikan sholat tahajut.
Setelah itu aku buka HP dan ku balas semua SMS yang masuk dari bang Fikri, hanya dengan begini aku bisa perhatian sama dia saat di rumah nenek ini, saat semua mengawasi diriku tak terkecuali bang Ulzam.
Di Bungus sana, bang Fikri sehat-sehat saja, dan keponakan dia sudah berumur satu bulan sekarang ini, matanya sudah terbuka, namun masih dalam proses melihat ! Amak dan Apak dia juga baik-baik saja, sebentar lagi aku akan datang kesana, dan mereka menunggu,
aku rindu hembusan angin laut menyapa keningku, dan irama burung camar berebut ikan di tepi laut.
Saat azan Subuh terakhir dalam liburan kami , aku bangunkan nenek, uwo, dan orang tua bang Ulzam, untuk bersiap-siap balik dengan bahagia ke Jakarta.
Nenek dan keluarga akan mengurus rumah yang di Serpong dan melanjutkan pertemuan bisnis mereka dengan urang rantau di Jakarta.
Aku akan segera bertolak ke Padang dengan alasan urusan Perguruan Pd Panjang, padahal tidak sedikitpun, aku mau berkumpul dengan bang Fikri, apak, dan amak di pantai Bungus.
karena seperti yang kuceritakan, bahwa Buya sudah memberikan rincian kerja untukku 6 bulan ke depan, yaitu hanya sekali hari Minggu di Pd Panjang, minggu pertama tiap bulan aku membantu sholat jumat di mesjid pusat kota Padang, gitu saja ! lebih banyak tugas ku di depan laptop dalam kelancaran kegiatan organisasi umat tingkat nasional itu dengan guru terbaik yaitu Buya.
Lima belas menit kemudian, aku bangunkan bang Ulzam untuk sholat Subuh. Saat dia sholat Subuh, kedua si kecil terbangun langsung menggosok gigi dan mengejar ban untuk mandi, ohhhhh padahal tidak ada perjanjian untuk mandi di pemandian nenek si halaman belakang rumah ini. Untuk terakhir Uwo masih mau mengawasii untuk keselamatan dua adikku ini. Bang Ulzam datang menyusul dan sudah lengkap dengan pakaian mandinya. Jadilah kami berempat mandi melepas canda, sepertinya Tito dan Kaka sudah melupakan pukul-memukul dan lumpuh-kursi roda. Mereka lumayan mengerti dengan apa yang aku nasehatkan kemaren, Alhamdulillah ......
Kami sarapan bersama dengan bubur kacang ijo buatan mama bang Ulzam, lezaaaaaattttttttt sekali, dan jadi hidangan yang paling berkesan sebelum perpisahan itu.
Hari esok, rumah ini akan kosong lagi, kamar ku ini akan sepi kembali,
mungkin beginilah takdirnya,
meski sepi, nenek tetap membersihkannya untukku,
kamar yang banyak menyimpan cerita bagaimana aku menata hati dan perasaan dari kebohongan seseorang.
kamar yang banyak menyimpan cerita perkembanganku dalam kegiatan akademik dengan prestasinya,
selamat tinggal kamar yang senantiasa sepi !
..........
Tiada tangis dan air mata dari dua adik kecilku, karena mereka didampingi oleh nenek dan Uwo hingga Rawamangun.
Sehingga kaki ku bisa ringan melangkah berjalan ke ruang transit menuju pesawat biru tujuan kota Padang dari bandara Soeta ini.
Bang Ulzam, hari Senin 26 Juli 2015 (minggu-depan) baru sampai di kota Padang, karena aku juga punya kegiatan di kampus pada tanggal yang sama, maka diharapkan aku yang menguruskan kos bersama di Limau Manis seperti harapan orang tuanya dan orang tuaku.
Satu kos !, tidak menjamin satu hati !
aku akan waspada dengan permainan bang Ulzam, dan aku ga mau kalah dalam permainan yang sama (penyakit perasaan).
..........................................
p. o. v. dari Fikri ...
Apo kaba dunsanak semua ? (apa kabar saudara semua ?) Semoga bahagia dan sehat selalu yo.
Hidup itu kato ambo adalah susah-susah gampang !
Tapi indak seperti itu peristiwa : saat ambo memenangkan hati Rusli.
Ambo sudah rasakan, terlalu susah untuk mendapatkan Rusli dan ambo kira esoknya akan gampang TERLEPAS dari tangan ambo.
Nyatonyo, hingga hari ini Rusli masih jadi anak yang bisa dipegang omongannya, anak yang tidak sombong, dan anak yang berguna untuk orang banyak termasuk diri ambo dan keluarga ambo.
Rusli masih tetap memilih ambo, dan menyuport langkah ambo dalam ancaman orang kaya dan hebat seperti keluarganya dari Jambi, dan Ulzam tentunyo.
Saat ambo tulis kalimat ini, Rusli sedang memangku keponakan kami yang sudah bisa senyum-senyum ketika diajak bicara oleh Rusli.
Anak si Cinta ini menggunakan baju bayi yang dibawakan Rusli.
Ambo indak paham, dimana Rusli membeli itu, itu tidak penting, perhatian Rusli yang terlihat oleh ambo.
"ngeeee.. iikkk ikkkk haha' " suara keponakan kami mirip mau bicara sambil tertawa, sungguh senang hati melihat semua ini.
Oh yo, duo minggu yang lalu Si Cinta dan suaminya memberi nama Kurniawan
Pagi tadi Rusli menambah awalan : Muhammad Rizki
Jadi hari ini resmi kami gabungan jadi nama yang indah dan penuh makna : Muhammad Rizki Kurniawan
Tidak henti-henti keponakan itu bersuara : "ngeeee... iikkk ikkkk haha' "
dan dengan sabar Rusli mengajaknya berkata-kata. Ambo dampingi Rusli. Mudah-mudahan dia bisa merasaan sekarang sedang berada dalam keluarga yang nyata, meski hanya saat ini saja. Kalau esok kami bubaran, setidaknya kami pernah merasakan menggendong anak berdua dan pernah merasakan panik mencarikan rumah sakit ketika keponakan kami ini mau lahir.
Ambo simpan rapat-rapat, entah kemana pengalaman ini bisa ambo ulang kembali dengan orang yang lain, jadi ambo berprinsip untuk menikmati sajo apo yang terjadi hari ini.
Misalnyo nanti bisa terulang, orang itu tentunya bukan Rusli, pasti rasanya tidaklah sama.
Siang harinya, kami selesai dengan kepiting bakar berbumbu, dan ikan tongkol segar asam padeh. Ambo, Rusli, dan Amak yang bekerja. Si Cinta tentu dengan anakknya.
Jam 12.45 apak dan suami si Cinta pulang istirahat makan dari koperasi nelayan. Prinspnyo, masih dalam suasana lebaran ini tidak banyak transaksi yang dikerjakan.
Sebelum sholat zuhur, kami habiskan hidangan yang sangan enak ini tidak bersisa, dengan air minum hangat maka peluh habis makan serasa membanjiri tubuh kami.
Ringan rasa badan jika sudah berkeringat, itulah makan yang sehat.
selesai itu kami sholat Zuhur yang tidak bisa jamaah ! karena keterbatasan sajadah ! ini sudah dilihat Rusli dan tentunya dia sedang memikirkan besok kami bisa sholat berjamaah.
Seminggu yang akan datang ambo akan bekerja di percetakan dari perguruan kebangaan Rusli (perguruan untuk mengembangkan ilmu agama) karena percetakan itu akan resmi beroperasi di sekitar Pauh. Sangat profesional konsepnyo, para pekerja yang lain di datangkan dari Jakarta dan ambo juga harus profesional bekerja disana masa awal ini benar-benar mencetak,
walaupun Rusli menempati ambo dalam posisi pengawas.
Bukan masalah, ambo sudah biaso bekerja di percetakan.
Ambo akan tinggal di tempat usaha itu pastinyo sebagai strategi Rusli menempatkan ambo pada posisi kekasih yang aman, mengingat Rusli akan satu Rumah dengan Ulzam.
Rusli telah mengurus penyewaan satu rumah di pinggir jalan agak di atas dari pauh menuju Kampus Limau manis.
Kominikasi ambo dengan Ulzam hingga saat ini masih lancar, apopun kegiatannyo samo Rusli dilaporkan ! sebagai untuk panas perasaan, tapi tidaklah ! karena Rusli juga memberi laporan dalam versi yang netral. Ulzam ! dia anak baik walau sedikit labil. Kurang paham dirinyo apa sebenarnya yang mau dia cari,
tapi belakangan ini sudah agak berubah akibat berdekatan dengan Rusli.
Tidak semua yang harus ambo risaukan para pembaca semua, misal hari ini Rusli pergi dari ambo, ya hingga inilah peruntungan nasib ambo.
Yang terpenting bagi ambo adalah memperhatikan Rusli lebih dari hari-hari yang lalu. Karena Rusli juga sudah melakukannya pada ambo dan keluarga ambo selama ini.
Apopun urusan Ulzam, ambo harus berlapang dada, dan ambo tetap dengan senang hati mengasih sumbang dan saran karena ambo tahu, Ulzam adalah orang yang disayang Rusli, meski takdir berkata lain. Jadi tidak seharusnya ambo membenci Ulzam seperti Ulzam yang membenci diri ambo, alhamdulillah sajo, untuk kebahagian Ulzam.
Akhirnya, hingga ini dulu ya para sahabat ! Sudah lebih dari 6 bulan Rusli bercerita disini, ambo yakin para pembaca juga sudah pada bosan, dan ...
dari pihak ambo dan Rusli rasanya sudah lebih dari cukup bercerita.
Sekarang ambo serahkan samo nasib sampai dimana nasib ambo dengan Rusli, dan ambo akan tetap bersyukur bahwa ambo pernah mendampingi langkah Rusli.
Ambo dan Rusli minta maaf ya jika ada salah-salah kata.
Suatu hari nanti akan senang hati kam ini bila : bertemu dengan kawan-kawan seperjuangan yang di Padang sini.
Makasih untuk bang Eton dkk sudah mau membuang waktu memunculkan kisah ini demi eksisnya kehadiran LGBT di tanah air. Selamat berjuang ya bang Eton dkk.
Untuk para sahabat semua, tetap kembangkan prestasi ya dan semangat tentunya,
hanya dengan inilah kita bisa hidup dan dihargai di tanah air.
Senang bisa kenal dan berinteraksi dengan para sahabat setia pembaca kisah ini. Suatu hari nanti, jika ada kesempatan ambo akan bercerita lagi perkembangan kisah kami. Assalaamu'alaikum para pembaca semua, dan selamat tinggal .......
Ketemuan di scene masa tamat kuliah ya ! Lebih seru