It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
apa jgn2 si fikri ????
semangattttttttt rusli jemput cintamu wxwx
sapa lgi nih yg muncul bro @turney
sapa lgi nih yg muncul bro @turney
duuuuuummmm byuuuuuuurrrrrrrrrrrrrrrrrr sssssssrrrrrrrrrrrrrrrr
duuuuuummmm byuuuuuuurrrrrrrrrrrrrrrrrr sssssssrrrrrrrrrrrrrrrr
duuuuuummmm byuuuuuuurrrrrrrrrrrrrrrrrr sssssssrrrrrrrrrrrrrrrr
Itulah irama yang indah dari hempasan ombak di pinggir pantai. Aku mengejar lari ombak maju dan mundur.
Hari itu tanggal 17 Februari 2015, hari Selasa. Hari libur di jurusan kami karena semua dosen terlibat dalam rapat kerja nasional yang berpusat di jurusan kami.
Aku sempatkan pagi sekali ke Bungus Teluk-Kabung ini.
Ada orang yang mengaku cakep sedang terduduk menghadang ombak. Dia menggunakan celana training bewarna hitam yang sudah basah full. Tidak berbaju, badannya demikian bagus. Dia berteriak-teriak manggil namaku agar segera menemani dia basah-basah di pinggir pantai ini.
Dulu aku berimajinasi akan menikmati hal yang paling berkesan dengan orang yang paling berkesan, dari tanah yang paling berkesan, yaitu tanah Padang Panjang, daerah pegunungan !
Ternyata takdir berkata lain, di laut barat Sumatera ini ! aku akan melihat kekuasaan dan keadilan Tuhan semesta alam ....
Sebenarnya aku tidak terlalu memuja cinta ! namun jika cinta itu sudah datang, dia akan datang dengan sendirinya !
Jika belum, dipaksapun malah terpuruk yang kurasa.
Iyalah, selamat datang Cinta ......
Bukan cinta yang apalah apalah gitu om tante kakak abang dan mas.
Ini ada seorang bernama lengkap Cinta Karolina adik satu-satunya dari Bang Fikri si ketua BEM. Namanya seperti itu berdasarkan sebuah pantai di daerah ini yaitu Pantai Karolina, bang Peter Will, bang Ularuskasurius atau bang Sasadara mungkin pernah ke daerah ini. Besok pagi adik bang Fikri ini akan melangsungkan pernikahan. Dia tidak kuliahan, hanya ambil kursus program komputer bisnis. Si Cinta Karolina ini samalah hobinya sama kakaknya sastra-dan-sastra serta menari. Adik dan kakak sama-sama cakep. Kakaknya cakep iya tapi menyebalkan, si Cinta Karolina ? yeaahhh ga tahu ! biarlah suaminya yang menilai. Baru saja pantai berkata selamat datang cinta, Anduang (nenek pihak Bapak) berteriak memanggil si Cinta, lah ka balaki masih gata ! (lah mau bersuami masih getel lihat cowok) hahahah kita juga gata keles, melihat cowok. Anduang---Anduang, ado-ado sajo.
Sekuat apapun imajinasiku yang akan bahagia di Padang Panjang, takdir merenggut badan ini untuk berlabuh di daerah Bungus Teluk Kabung. Ada sebuah pantai diantara puluhan pantai yang lain, pantai ini dinamakan Pantai Karolina. Karo bahasa Padang artinya Monyet, Lina itu nama anak perempuan. Tolong diartikan sendiri hahahahah. Nama pantai lainnya juga aneh-aneh dan ga perlu aku berpanjang lebar disini.
Keluarga bang Fikri asli dari daerah ini.
Aku turuti kata hati, setidaknya nenekku bahagia pernah menginjakkan kaki di daerah ini. Itu adalah pertanda bahwa aku lebih baik disini.
"Apa ketawa-ketawa !" ketika bang Fikri mulai misinya anehnya
"Ayo kita susul orang gila tuh ! senang benar dia main ombak" ajak bag Fikri ketika melihat kawan sekosannya. Masih ingatkan ? Bang Fikri ini menggantikan kamar bang Syahrial. Ini kawan kosan yang semua anak sastra, lihat deh main ombak saja masih dengan jiwa seni, hahahahahah di toilet saja yang tak berseni, karena ..... heeem
Abang yang pemalas ke mesjid itu masih ketawa-ketiwi bersorak-sorak.
"Ayo Rusli, Ayo...." soraknya
"Ayo ah ! seru nih ! kamu akan senang karena diterima di daerahku" kata dia
"Aku pernah kesini sama nenek dan om ku" informasi dariku
"Oh...... pantesan ! aku tidak salah pada perasaan ini" kata dia
"Perasaan mau ngibuli dompetku ? coba saja !" ancamku
"Tenang ! aku siap untuk itu hahahah, ayo ah Rus" kata dia lagi
"hehehh mau sih bang, tapi orang di rumah abang terlalu rame ! kamar mandi jadi tempat cuci daging ayam daging sapi, ohhhhhh" umpatku
"hahahah gitu adatnya Rus, kalo ada pesta di sini. Bisa numpang mandi kok di rumah Inyiak" kata dia Inyiak (lebih tua dari nenek, apa itu ? serem ah masih hidup setua itu ? hahahah)
Akhirnya kami mandi ombak pagi hari itu
Lumayan asik menghempaskan tubuh ke perut bang Fikri lentur bagaikan springbed hahahah, tapi bang Fikri curang, hobby benar narik tali celana boxer yang kupakai. Untung masih makai CD jadi ga kelihatan tititku. Agak malu karena tititku ukurannya kecil dibanding titit mereka yang mekar oleh air laut, hahahaah... ah
udah ah ! ini malah mikir ke Pornografi
Habis itu kami menuju rumah Inyiak, aku lari sekencangnya dan masuk kamar mandi nomor satu, ciiiiihaaaaa
Dah lengket rasanya garam air laut di kulit ! Aku byur-byur dah !
Pake Rejoice, pake Lux cair, pantang ketinggalan, hahahahhaha heeemmmm wangiiiii
"heeemmmmm wangiiiii" rasa suaraku bergema, oh ? ternyata ada orang yang menirukan kalimatku
aku cuci muka yang bersabun
oh ?
"Aiihh bang Fikri ? masuk dari mana ?" aku kaget, Alhamdulillah untung mandi masih pakai boxer, masih terlindungi si aurat pusaka dari yang bukan muhrim hahahah
"Tuh dari pintu yang tembus ke dapur" kata dia dengan seenaknya akan mandi telanjang
Pas dia akan membuka celananya
"Ahhhhhh bang Fikri, miring kesana, hohoho" aku agak keget
"Kok kaget ? lihat saja lah, nanti juga biasa !" kata dia, kurang ajaaaaarrrr
Aku sudahi mandi itu, sambil mengumpat keluar
Bang Fikri ketawa kesetanan
Adeeeeehhhhhh
Tiga jam setelah itu, jam makan siang, namun masakan belum ada yang ready
Lagian aku ga mau lah makan dilihat orang, emang cowok apaan ? hahahha
Kami bersiap untuk mencari RM kebanggan bang Fikri
"Kamaa ang tu ????" kata abang se kosan dengan bang Syahrial dulu
"Makan" jawab bang Fikri
"Pakai oto si Rusli yo, aden numpang" sergah dia
Bang Fikri menstar motor ayahnya greeenngggg dan semaput nih motor
"Ndak ado ! aden rindu motor ko ! Awak buek susah si Rusli ko" kata bang Fikri
"Hahahah taruihlah ! aden cari yang lah masak di dapur" kata abang itu
Sekitar 15 menit kami menyusuri pusat keramaian daerah Bungus. Disanalah banyak Rumah Makan yang enak-enak berlokasi.
Om tante mas kakak dan abang, aku katakan nian gulai kuning ikan segar, dengan sari kelapa berbumbu khas, sweeedaaap sekali, mereka bilang gulai masin, atau pangek masin.
Bedaaaaaa dari resto minang besar tingkat nasional. Kata bang Fikri, penyebabnya karena ikan disini begitu segar, dan bungus merupakan salah satu daerah tempat perahu penangkap ikan berlabuh dan melelang hasil tangkapannya.
Sebenarnya pembaca tahukan, adat minang tuh semua pihak mama yang ngatur dan garis keturunan adalah garis mama. Namun menjelang acara pernikahan, pihak BAKO (pihak papa) diminta besar andilnya. Menjelang !
Saat pernikahan dan setelahnya termasuk bergulat di ranjang membuat anak, itu pihak mama yang ngatur.
Jadi yaaahhh berdatanganlah pihak Bako bang Fikri. Aku katakan nian, orang Padang nih langsing-langsing dan Atletis jarang yang gemuk perut buncit, meski papa-papa sekalipun. Kebetulan ini pihak Bako dari bang Fikri. Mungkin juga ada yang gembrot, namun iya aku jarang melihatnya.
Panggung telah didekor, rumah sudah ditata, yang kerja terbungkuk-bungkuk iyalah ibu-ibu. Yang Babap-Bapak asiiiiikkkk merepet dan merokok, segala topik pembicaraan yang ga perlu telah dibahas. Hahhahaha kebiasaan yang bagur, meski demikian pihak ibu-ibu ga merasa letih, kenapa ? karena sambil kerja mereka bergosip, ohhhhh.
Para tamu yang sangat akrab hubungannya termasuk tetangga, biasanya mereka datang malam ini segedar turut bergosip di dapur atau sekedar mengiris buncis atau nangka untuk gulai toco dan gulai nangka, atau mengupas kentang untuk perkedel dan gulai korma.
Beribu-ribu adat dan kebiasaan yang menarik aku rekam dalam memoriku, bedaa sekali dengan daerahku.
Propinsi ini adat istiadatnya sudah zaman dahulu kala, selain itu mereka sangat cerdas, gemar menulis, jadi adat kebudayaan ini lesatari tersimpan dalam buku sastra.
Selain itu masyarakatnya lebih malu dikatakan Tidak Tahu Adat ! ketimbang dikatakan tidak tahu agama, hihihihihi
"gimana Rus ?" tanya bang Fikri
"Gimana apa ?" aku tak bergeming
"Menarik ga keramain ini bagimu?" tanya dia
"Iya aku suka bang" kataku jujur
"Kalau begitu aku suruh datang Gani yo" kata dia
"TIDAK, aku tidak mau guru abang kesini, diaturnya semua orang" aku sangat tegas, ga akan main-main
"Iya, jangan galak begitu hahaha" katanya
"Bukan galak! tapi aku punya pertimbangan sendiri" kataku
Dia diam
"Ini bukan untuk main-main kan bang ?" kataku mulai merendah
"Aku tahu mana yang kubutuh, jadi tidak pernah main-main" kata dia
"Sudah banyak yang seperti Abang ini, taunya juga main-main" jawabku
"oh ya ? tapi aku bukan mereka" kata dia
"Pemikiran bisa sama walau tubuh berbeda" alasanku
"hahaha Tau ang ? aden alun pernah dipermalukan urang, alun pernah tangango mananti anak ketek manyanyi" kata dia berbahasa planet (aku belum pernah dipermalukan orang, belum pernah ternganga menanti anak kecil menyanyi)
"Kenapa ?" tanyaku
"karena aku Ketua, aku bisa menari" katanya
"Aaa tuhh, tapi ndak bisa mengaji" balasku
"hahahah makaonyo den cari yang pandai mangaji, ang lah lancar baso minang hahaha !" kata dia (haa makanya aku cari yang pandai ngaji, kamu lah lancar bahasa minang hahah)
Aku diam dan menimbang-nimbang kata-kata dia
Dalam kedaan tidak romantis, penuh curiga, mata tidak buta, aku bisa simpulkan dia ada maksud pada diriku dengan kuat. Mirip situasinya di Jambi dulu dengan orang yang kebelet mencintai kebelet pula pengen putus, tapi untuk kejujuran aku letakkan semua hati untuk dia ini. Pemimpin dan tegas, setidaknya dia malu kalau nanti kata-katanya tidak terbukti.
Masih asik melihat-lihat koleksi lagu yang akan aku pilih sebagai maksud dia membawaku kesini, dia menatap halaman 21 yang aku hentikan.
"Itu lagu yang disukai penduduk ini" kata dia
Sapayuang Bajauah Hati = Sepayung Berjauh Hati aku lamaaaa mengartikannya
"Tabiat yang aneh! ironis" dia merasa gimana gitu, seketika aku berpendapat
"Kenapa ? apa dengan satu payung harus satu hati ? tidak juga gitu keles" kataku datar, dunia gitu loh ga ada yang bisa dipercaya, cukup !
dia termenung dan down aku bisa mematahkan prosa nya hahahahaha
"Maaf bang, Jangan marah ! aku bingung sih ! semi otoriter, tapi satu sisi abang punya nyawa sastra" ungkapan hatiku
"Hidup dulu kamu disini puluhan tahun, baru ngerti makna Sapayuang Bajauh Hati" saran bang Fikri itu heeemmmm dan sekarang giliranku yang menekur.
"Aku ingin ngucapin diak oyyyyyyyyyy jadi bang oyyyyyyyyy" kataku
"Ucapkanlah dek" kata dia dengan suara agak gemetar
"hahaah malu disorakin Bako abang !" kataku
"Hahahha cuek sajo" semangat dari dia
"oke yo bang, itu maksudnya abang oyyyyyyyyy" kataku
Irama minang maimbau = memanggil talu bertalu dari organ tunggal itu, banyak sudah orang yang telah tampil. Inikan keakraban gitu. Ada emang 2 penyanyi, orang lain hanya memeriahkan suasana. Mereka ini dari pihak Bako bang Fikri.
Segitu suaranya sudah bagus bagi mereka
Aku tampil yah dengan percaya diri dong, bukan panggung kampus juga hahahah jadi santai saja. Aku ambil nada asli terjangkau oleh range vocalku InsyaAllah. Mengalunlah musik itu. Ini musik kesayangan mereka hahahahaha bertepuk tangan semua
Pihak mama bang Fikri mungkin mengira aku adalah pihak Bako bang Fikri hahaha serah deh. Aku pakai yang agak santai saja, termasuk semi jas agak slim dan tipis warna biru. Dalamannya T-shirt warna kuning, serta celana katun hitam press. Dilengkapi sepatu casual dasarnya hitam dan bagian atas serta talinya warna putih.
Suaraku yang tinggi mendayu-dayu meluncur juga. Suara ini aku buat pas dengan rasa Ratok = meratap, ini tipe lagu yang aku suka. Lebih leluasa mengeksplor rasa pedih. Lagu Sapayuang Bajauh Hati ini aslinya juga dibawakan dengan versi Ratok
Alun den pasang Cincin di jari
(Belum kupasang cincin di jari)
Tagak dek tukang Nan manyudahan
(Jadi karena tukang yang menyelesaikan)
Taun batuka Musim baganti Cangguang tak lapeh
(Tahun bertukar musim berganti, Canggung tak lepas)
Nan dari badan
(yang dari badan)
Lai den jariang Si bada karang
(Sudah juga aku jaring si ikan kerang)
Jalo den rapuh Apo ka dayo
(Jala ku rapuh apalah daya)
Lai sa ayun Indak sa gamang
(Sudah juga se ayun, tapi tidak se gamang)
Mangko Uda kanduang Balain raso
(makanya Uda kanduang berlain rasa)
Antah dek dendang Salah sampaikan
(entah karena dendang salah sampaikan)
Mangkonyo sayuik Galitiak saluang
(makanya sayup gelitik seruling)
Antah dek rendo Nan sasek sulam
(entah karena renda yang salah sulam)
Mangkonyo kusuik Banang saguluang Uda oy
(makanya kusut benang segulung Uda oy)
Kalau aku resapi, alam dan kondisilah yang membuat mereka suka lagu ini. Selagi sikap merendahkan orang lain, ya akan begini. Bolehlah orang kita rendahkan tidak bersuara, tapi dalam hatinya siapa yang tahu ? dendam ini akan diturunkan dari generasi ke generasi, khas sekali ! aku pernah baca tentang ini
Masuklah pada reff yang ditunggu oleh bang Fikri, aku agiaaaaahhhhh istilahnya = beri. Meliuk-liuk, tinggi rendah, bergelombang-gelombang dengan sentuhan falseto, dan satu ujung terakhir aku kasih vibrato. Menggigilah yang merasa pedih oleh lagu yang reffnya bersyair seperti ini
Alah Sapayuang Bajauah hati
(Sudah sepayung berjauh hati)
Alah sarumah oyyyyyyy Uda kanduang Balain raso
(sudah serumah oyyyyy Uda berlain rasa)
hahahha oyyyyyy Uda kanduang
Dia lagi senyum meringis setelah kuberi Reff
Kalau di panggung-panggung resmi mereka semaput dan bertepuk tangan, tapi audien yang ini setelah terdiam meringis, langsung berlari ke panggung pengen pula bernyanyi unjuk kebolehan hahahaahah
Ini yang unik kalau boleh ku bilang
"hahahah keren dek ! pas logat Padang ang. Mokasih yo" kata bang Fikri yang duduk memojok di pegangan tangan ujung tangga rumahnya. Sementara semua orang berkerumun di depan panggung itu atau dari dapur. Posisinya agak tinggi dan dari sini dia bebas menatapku bernyanyi. Aku kemudia mendekatkan diri ke samping dia
"mokasih bang" jawabku
"hahahha tangan ang dingin ! hahah" sambil meremas tanganku (hahaha tangan kamu dingin)
"aku kalau habis teriak-teriak gini bang, mendingin" jawabku
"Dek, abang ndak pintar gombal, tapi abang ingin danga suaro yang saroman tadi tiok hari" kata bang Fikri menusuk akal sehat (adek, abang tidak pintar ngegombal, tapi abang ingin dengar suara yang seperti tadi setiap hari)
"Abang ucapkan ini pada berapa orang ?" tanyaku santai saja, tapi berbeda benar cara dia meyakinkan hatiku
"Belum pernah" katanya pasti
"Iya abang, aku percaya. Kalau nanti dapat cerita dari kampus abang, maka aku akan menjauh dari abang" kataku dengan akal sehat, tidak juga bersikap yang terlalu berharap gimana gitu.
Bang Fikri bercerita dengan nada penuh logika, jauh dari kesan mulut manis. Kalau dia mau pasti bisa, karena dia jagoan prosa.
"Aiiiiiiiiyayaiiii abang bahagia dek, mokasih yo" kata dia
terlihat wajah bang Fikri begitu mantap ! kalo ada air laut dia nih dah melompat hahaha,
stelah itu dia agak termalu ketika melihat orang tuanya menuju arah kami,
Dari jauh mereka senyum-senyum
"anak sia ko Uda" tanya mamanya sama suaminya tapi matanya melihat pada bang Fikri, hahahah aneh
"ahhh lupo, anak sia ko yo ?" kata papanya
"iko kawan kampus den ! baa pulo bunda samo ayah ko" seringai bang Fikri, oh dia panggil ayah dan bunda
"aiii kawan kampus Fikri, sia namonyo ?" kata bunda nya
"Rusli tante" jawab ku
"tante..." pancing bang Fikri ada aja
"girang" kata ayahnya hahahahaah benaran lucu dan aku agak syok
Muncul si Cinta Karolina
"Ondeeeeehhh ! nan ka balaki bisuak, masuak kamar" usir bang Fikri (aduuuh yang mau punya laki besok, masuk kamar)
"hahahah manga lo Uda ! da Rusli baguuuussss suaronyo" kata adik perempuan bang Fikri ini (ngapain Uda ! da Rusli baguuuuu suaranya)
"Iyo Rusli Tambuah ! Tambuah" kata Ayahnya
"Ntar ya tante, aku minum dulu" jawabku
Berdatangan cowok cewek teman-teman konco-konco bang Fikri. Langsung mereka ngajak ke pinggir laut, gitu kebiasaan anak muda kalau ada yang pesta malam hari. Pacaran pasti
Hahahah
Mereka terlihat bernafsu, dari matanya saja sudah kelihatan
dan bang Fikri, sejauh ini tidak punya kekuatan seperti mereka. Aku percaya pada hati bang Fikri. Kalau gay-dar ku tajam, aku akui iya, selama waktu ini ke kampus sastra bersama bang Syahrial dan teman-temannya aku selalu bertatapan dengan bang Fikri. Dia juga menjagokan FE dalam musik kampus karena hanya ingin mendengar suaraku.
Ada yang sudah sradak-sruduk dalam semak-semak dengan rintihan ketawa cewek yang dibawanya. Ada juga yang lebih jauh ke tepi pantai di bawah pohon kelapa, duuh pacaran, adoh jatuh kelapa pas lagi mesum, gimana ya ? hahahah alangkah malunya
Aku dan mas Fikri serta 5 orang kawannya hanya duduk di pinggir jalan dekat pantai, ga ke semak-semak, lagian aku agak kawatir, karena belum pernah malam-malam ke pinggir pantai.
so lebih aman disini.
Wajah bang Fikri tak henti-hentinya berbinar, tampak dia memang menginginkan ini secara natural tanpa intrik tertentu.
Tapi kenapa abang seganteng ini tidak punya cewek ? kenapa begitu ?
Aku akan jalani sampai dimana ! sebulan, seminggu, atau hanya 3 hari ! aku akan saksikan apa yang akan terjadi.
Makanya kusut oyyyy abang, benang segulung
bro @balaka , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @cute_inuyasha , bro @Urang_Tap1n , bro @yadi212, bro @kim_juliant27 , bro @ken89 , bro @sky_borriello , bro @NanNan , bro @PeterWilll , bro @chioazura , bro @Ndraa , bro @ularuskasurius , Bro @RereLiem28 , Bro @SteveAnggara , Bro @Asu12345
Apa kabar Bro Balaka, hehehe malu lah Rusli bertanya itu, tapi pak Ridwan pernah cerita sudah puas semalam, maka saat Wiji jalan sama Ulzam dan Hendri, pak Ridwan santai saja di kosan Rusli
Iya begitulah Bro Wita
Masih Abang Bro Balaka belum om-om
Manusia itu banyak ragamnya Bro, waspadalah