It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Cinta..
Cinta itu diotak apa dihati sih?
Konflik.. Konflik itu apa. Apakah semacam bumbu penyedap masakan, penyedap cinta. Sahabat saya mengatakan saya harus sabar. Lalu saya bertanya " sabar itu apa, bagaimana?". Sahabat saya juga bungkam dengan pertanyaan itu.
Lalu muncul istilah "down to eart", harus realistis.. Yah kalo itu sih kata-kata Mario Teguh yang belom tentu cocok dengan situasi yang kita alami.
Lalu kita harus bagaimana menyikapi konflik yang timbul disuatu hubungan. Kadang saya berfikir mungkin saya yang terlalu egois, mungkin saya yang terlalu manja, mungkin beda usia kita yang cuku jauh sehingga persepsi kita juga beda atau....mungkin..mungkin.. Dan banyak mungkin...
Kadang hati selalu tau, tapi kadang pikiran yang menolak. Lalu.. Cinta itu dihati atau diotak? Arghhhhhh capek berurusan dengan unsur astral bernama cinta. "Jalani aja", kataku dalam hati...
***
Hari berganti, bulan berganti. Semua berganti. Dia sibuk, saya sibuk. Cinta? Apakah cinta juga sibuk?.. Ini sudah satu tahun berlalu. Cinta, kencan, ml, semua hanya seperti rutinitas saja. Cinta ada, ml, ada, tapi semua hampa, eksis tapi tanpa rasa. Mungkin kita seperti orang yang terikat kontrak, mau ga mau, suka ga suka dijalani. "Komitmen" apa itu komitmen. Apa itu sejenis pemasungan hati, pemasungan sosial?...
"Saya sepi, tau ga sih?" Bentakku padanya saat dia baru membukakan pintu. Dia hanya diam, ya memang dia sudah lama membatasi berbicara banyak padaku.
"Kenapa" tanyaku sambil berteriak.
"Apa ada orang lain?".tanyaku kesal.
"Ga ada, cuma kamu saja".jawabnya.
"Trus, kenapa papa berubah?".
" Sudah lah jangan menambah masalah, saya pusing" jawabnya.
***
Hari itu kami hanya berkeliling keliling kota bogor saja, tanpa ada rencana yang pasti.
Ya pada akhirnya kita mampir ke Hotel untuk istirahat. Kali ini beda, kami lebih banyak diam. Saya memperhatikannya dalam dalam. Tampak kumisnya tidak begitu rapi, pertanda bahwa dia sudah tidak memperhatikan kumisnya itu. Rambutnya juga mulai sedikit kusut. Dia diam, tapi matanya tidak bisa bohong.
"Mungkin dia ada problem", dalam hatiku.
" Ada apa pah?, jujur sama ade!".
Dia diam, lama dalam diam.
" Papa habis ditipu", jawabnya lirih.
"Ditipu?" Rasa ingin tauku muncul.
"Iya papah ditipu rekan kerja papah". Jawabnya.
Ternyata dia habis mengalami penghianatan dengan rekan kerjanya. Ada projek yang dia handle sendiri. Tapi setelah projek berjalan, ada masalah dengan klien. Kliennya bangkrut dan melarikan diri. Dana sudah banyak keluar, tp projek berhenti. Mau tidak mau harus menanggung rugi. Singkatnya begitu.
Tapi yang lebih membuat saya sedih adalah bahwa keluarganya menyalahkan dia atas masalah ini. Mobil dan rumah sampai terjual.
"Bahkan kita ketemu ini, papah sampai berbohong untuk kerja lho dek". Dia berbicara haru.
Saya hanya diam.
" Mungkin kita akan sulit untuk ketemu, untuk kedepannya", dia berkata tanpa memandangku.
Saya tidak bisa berkata apa apa lagi. Suasana saat itu hanya dipenuhi dengan rasa haru. Kami berdua hanyut dalam pelukan, pelukan hangat nan haru. Saya hanya bisa mendengar, sedikit berbicara karena sadar akan kapasitas saya, sadar akan porsi saya. Saya tidak bisa berbuat banyak selain hanya pendengar sejati untuk dia. Tanpa sadar air mata saya tumpah juga. Saya melihat matanya tampak berkaca. Tangan kami saling menggenggap. Diam kami saat itu mungkin adalah percakapan paling lugas yang bisa kami lakukan. Hanya diam tapi banyak makna yang diungkap. Cinta.
" Saya akan setia pah".. Kataku dengan mesra.
" Papah tau dek", timpalnya. "Tapi apa kamu sanggup, kuat jika nanti papah ga bisa seperti yang kamu harapkan".
" Kita jaga saja pah, semampu kita pah. Cinta papah"..
Lalu kami saling terdiam.
****
Cinta, sekuat apapun cinta kita, kita tidak mampu memaksakan kehendak. Kita tidak bisa mengatur Tuhan seperti yang kita mau.
Jelas sekali berbeda, semua mulai terasa. Sebulan sekali, dua bulan sekali.. Kita jadi jarang untuk ketemu. Dia sibuk, dia tertekan. Saya harus berbuat apa?!!
Semua masih berjalan, tapi tidak normal lagi. Sama sama bertahan, tapi sebenarnya hanya menyakiti. Bukan menyakiti pasangan, tapi menyakiti diri sendiri. Ada kata-kata bijak " lepaskan, jika itu membahagiakan". Ah itu kata paling bodoh yang saya dengar saat itu. Saya mencoba menyibukkan diri, berharap lupa. Tapi tidak bisa. Di hp ada foto dia, ada chat dia yang dulu masih tersimpan rapih. Arghhhh. Mengapa harus seperti ini. Seandainya kalo dia selingkuh mungkin saya punya alasan meninggalkan, seandainya dia sudah tak suka, mungkin semua akan lebih mudah mengakhiri. Kenapa saya mesti lemah, bukannya dia yang menjanjikan kebahagiaan disaat saya kuat. Tapi itu hanya seperti simbo-simbol tanpa makna. Saya dikekang, dibatasi dengan rambu-rambu aturan baku. "Terlalu normatif", "saya lelah" teriakku dalam hati.
"Memandangi fotomu mebuat saya bahagia, lalu sedih, lalu bahagia.." Ah ini gila.. Ini sudah gila", kataku.
Saya mengangkat telpon dan menekan nomernya. Selang beberapa saat terdengar suaranya. Suaranya begitu lemah. "Mungkin dia sakit" pikirku dalam hati.
" Pah, kenapa?", tanyaku.
"Papah sakit", jawabnya. Papah lagi dirawat di RS... Bekasi.
Percakapan itu membuatku dilema luar biasa. Sebagai orang yang mencintai saya merasa harus datang disaat seperti ini. Tapi bagaimana denga keluarganya. Bagaimana mungkin seorang pria paruh baya memiliki teman anak muda, seusia anaknya. Makin bingung. Berdo'a saja, ah capek. Bosan.
***
Hari ini saya lemah, tidak ada nafsu untuk makan, melihat makananpun enggan. Setalh semuanya. Setlah percakapan telepon hari ini. Saya senang dia sudah sembuh. Tapi.., Ya Tuhan.. Mengapa kami berada dalam situasi seperti ini. Saya cinta dia Tuhan. Bagaimana mungkin saya dihadapkan dua pilihan yang sulit. Pilihan yang keduanya bukan menjadi pilihan saya.
"De.. Hubungan kita akan semakin sulit kedepannya. Ade bagaimana?".
"Saya akan bertahan pah". Jawabku.
"Tapi nanti kamu akan sakit, patah hati".
"Saya ga mau patah hati pah, saya mau kita seperti dulu lagi". Jawabku sambil terisak.
"Tapi kondisi ini memang sulit de.. Papah.. Sudah sulit"..
"Tapi pah..." Jawabku meyakinkan diri.
"Kamu cari orang lain saja de, nanti saat papah sudah bangkit lagi. Papah akan cari kamu lagi. Walau kamu mungkin sudah bahagia dengan orang lain".
"Tapi pah.. Papah udah ga cinta saya lagi?"..
" Bukan begitu de.. Tapi...
***
Percakapan itu sangat membekas. Saya mungkin sudah lupa kapan rasa ini tumbuh, dan akankah berakhir seperti ini. Mengapa tidak ada solusi lebih baik. Ini memang solusi bijak, tapi tidak baik menurutku. Saya lelah..lelah..
Beberapa hari saya sudah tidak komunikasi dengannya. Sejak percakapan itu sudah tidak ada pesan singkat yang saya terima. Biasanya kalo saya diamkan, mungkin dalam dua hari dia langsung menghubungiku. Tapi ini beda, sepertinya dia sengaja menjauh. Mungkin dia sudah mantap dengan keputusannya. Tuhan.. Mengapa begitu singkat semua ini.
Dihari ketiga kami tanpa komunikasi, akhirnya saya memberanikan diri untuk mengirim pesan padanya.
"Assalam pah..
Pah, saya tau papah sangat mencintai saya. Saya tau ini semua bukan keinginan papah. Mungkin benar kata papah, jika kita bertahan mungkin akan sangat menyakiti hati kita. Mungkin kalau kita masih saling mengirim pesan juga akan membangkitkan kenangan dan kita akan tersiksa dengan rindu yang tidak bisa tersampaikan pada akhirnya. Pah, kehadiran papah dalam hidup saya memberikan makna, mengajarkan saya, memberi tau saya bahwa cinta kaum pelangi itu memang ada. Saya berterimakasih untuk semua itu, untuk semua yang tidak bisa saya balas. Untuk itu saya ingin undur diri dari hidup papah. Saya minta papah fokus, tak perlu tergesa, tak perlu mengingat janji papah akan mencari saya lagi. Janji itu sudah cukup bagi saya tau bahwa papah memang mencintai saya. Tapi tolong, papah cintai diri papah juga. Tetap sehat ya pah.
Orang yang mencintaimu "S*k*i".
Pertemuan, kemudia perpisahan. Itu hukum alam. Saya tidak bisa menolaknya. Saya tidak mungkin mengingkari keindahan cinta yang datang. Tapi apakah saya harus menderita hanya untuk hidup dengan cinta. Mungkin tidak juga. Saya akhirnya menemukan jawabannya. Cinta itu ternyata sebgian ada diotak (logika) dan sebagian ada dihati (rasa). Tapi entah, porsi yang mana lebih besar. Saya tidak punya kesempatan untuk membuktikan sampai tahap itu.
Yah.. Ini mungkin akhir kisahku dengan pria gagah berkumis itu. Tapi ini juga mungkin awal dari kisah saya yang selanjutnya. "Down to earth". Realistis boy.
Seperti judul kisahnya, ini mungkin cinta pertama saya dan juga cinta terakhir saya. Karena saya tidak yakin, jika nanti saya bisa jatuh cinta lagi.
Yuk ah. Move..
sebagai sesama pencinta gadun bukankah harus saling membantu? ;;)
update guys
Terus, balikan lagi, cari yang lain or ngejomblo nih mas Sukoi*ehpesawatkalisukoi* S*k*i?
Tamat apa bersambung nih?
ini masih lanjutkah?
pm nya jangan lupa ya ^^
sekarang sudah ada penggantinyakah?
Mau?
*ngarep*