BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Life of Vini

edited October 2014 in BoyzStories
Halo nama gw Vini! Cerita ini tentang hidup gw yang hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. hahaha... :)>-

---------------------------------------------------------

Chapter I: YESSSS! I GOT A JOB

"A harmonious aspect is likely to make you feel comfortable and respected this week. People are reaching out to communicate with you about all sorts of things, including your work and the money you're being paid to do it. Look to your career sector for new inspiration and ideas"

"Career? Karir paan! Kuliah aja gw belum kelar" gumam gw yang sedang menikmati baca kolom ramalan bintang di majalah Cosmopolitan milik teman gw. Gw menghela napas dan berhenti membaca sejenak untuk menenangkan pikiran gw sambil melihat sekeliling ruangan cafeteria yang ada di kampus. Saat ini jam makan siang dan tempat ini sudah mulai penuh dengan para mahasiswa. Gw duduk ditempat favorit gw, pojok dan dekat dengan jendela.

Gw melihat pantulan diri gw di kaca jendela. Pantulan seorang pria sawo matang bertubuh ramping dengan tinggi badan hampir 180 cm terlihat agak samar di kaca jendela. Alis gw lumayan tebal seperti T.O.P tapi mata gw lebih mirip Julianne Moore, bedanya bola mata gw berwarna hitam dan warna rambut gw hitam gelap ala hipster. Wajah gw berbentuk Oval dengan rahang yang tegas, hidung mancung dan gw selalu merasa bibir gw mirip Nicholas Hoult. Setelah mengagumi fisik gw melalui pantulan kaca jendela, lalu gw pun termenung dan memperhatikan beberapa mahasiswa yang duduk di kursi luar cafetaria.

Ada seorang cewek yang lagi serius banget baca buku. Dari jarak yang lumayan jauh, gw mencoba melihat cover buku dengan gambar pohon yang sedang dia baca. "The something writings of Ralph Dildo something Emeron?" tanya gw dalam hati. Gw gak tau itu buku tentang apa, tapi anggep aja dia lagi baca buku tentang bentuk-bentuk pohon. Di kursi sebelah cewek itu ada 3 orang cowok lagi ketawa-tawa dan membuat si cewek pecinta pohon ini merasa agak terganggu. Dia sampai melontarkan tatapan sinisnya saat ketiga cowok tersebut sedang tertawa terbahak-bahak. Yaa… mbak klo mau baca buku dengan tenang mah mending di perpustakaan aja.

"VINI!"

Ya… nama gw Vini. Umur gw 20 tahun. Saat ini gw tinggal sendirian di Milan dengan bermodal beasiswa di University of Milan jurusan European Economics. Gw asli penduduk Indonesia tapi bokap gw dari Curitiba, Brazil dan nyokap gw orang Bali – Padang. Gw lahir di Jakarta dan menghabiskan masa preteen gw di Bali. Nenek gw udah ngerawat gw dari kecil semenjak nyokap meninggal saat umur gw 5 tahun dan setahun kemudian bokap gw pindah tugas ke New York dan mengharuskan dia tinggal disana karena dia perwakilan dari perusahaannya. Dalam setahun bokap gw pasti menghabiskan waktu cutinya untuk ketemu gw di Bali dan sampai akhirnya gw pindah ke New York tinggal sama bokap gw. Lulus SMA gw coba-coba masukin aplikasi beasiswa ke beberapa Universitas. Beberapa tahun kemudian gw dapet beasiswa di Milan. Setahun lebih gw berhasil bertahan hidup disini. Bisa dibilang nasib gw disini melarat.

"dude, are you done?" tanya seorang cewek berkulit cokelat dan rambut ikal sebahu dengan poni ala belah tengah yang berdiri dihadapan gw. Dia menaruh dua gelas minuman Ice Caramel Latte dan Ice Chocolate diatas meja, lalu duduk didepan gw.

Cewek ini adalah sahabat gw namanya Vanessa Alvarez. Dia lebih tua dari gw, umurnya 21 tahun. Dia sama kayak gw berasal dari multicultural family tapi darah campurannya lebih membingungkan. Bokapnya berdarah Africa dan Venezuela, sedangkan nyokapnya campuran Vietnam dan Puerto Rico. Menurut gw Vanessa itu secara fisik unik dan manis dengan bentuk wajah bulatnya, round pillow-lips, warna kulitnya seperti caramel, dan tampang yang bikin orang gak bisa nebak dia dari negara mana. Vanessa memiliki bola mata berwarna cokelat dan mata yang berbentuk persis seperti boneka porselen. Tubuhnya hampir mirip kayak Sofia Vergara tapi lebih berisi dikit dan boobs-nya juga gak gede-gede amat kayak si pemain Modern Family itu.

Vanessa bisa bahasa Indonesia karena dia pernah tinggal dinegara gw. Bokapnya kerja di kedubes Venezuela yang berada di Jakarta. Tuntutan dinas Mr. Alvarez jadi mengharuskan Vanessa dan nyokapnya ikut kemanapun dia tinggal. 2 tahun lalu Vanessa dan keluarganya pindah ke Roma karena bokapnya pindah tugas di kedubes Venezuela yang ada disana. Vanessa satu kampus sama gw tapi kita beda jurusan. Dia ambil jurusan IT. Gw dan Vanessa sama-sama tinggal sendirian di Milan. Apartemen dia tepat ada diatas apartemen gw.

"Ice Chocolate kamu jadinya €5 yah" kata Vanessa sambil memasukkan sedotan kedalam gelas minumannya. "oh iya kemarin makan Mcd kamu masih hutang sama aku €8, lalu hutang yang €20 juga belum kamu bayar" lanjutnya dengan aksen bulenya itu.

Gw cuma bisa memandangi Vanessa sambil mikirin gimana cara gw bayar nih utang. Gw dapet beasiswa disini belum termasuk biaya hidup jadi gw masih bergantung sama duit bulanan dari bokap dan duit bulanan itu udah termasuk sama biaya apartemen. Kalo duit jajan gw diluar itu bisa dibilang ngepas abis. Jangan kan buat jajan, beli celana dalem aja gw masih harus ngumpulin duit.

"geez… please don't tell me you turned into MC Hammer" sindir Vanessa

"bulan depan yah abis bokap gw kirim duit" kata gw dengan wajah memelas. "tapi gw bingung kok utang gw ama lo banyak yah?"

"makanya jangan suka hutang" sindiran Vanessa semakin bikin gw terpuruk.

"yeee… namanya juga gak punya duit. Ngutang hal manusiawi tau" kata gw sewot. "kayaknya gw harus cepet-cepet cari kerja sampingan deh" lanjut gw sambil menghela napas.

"gw kerja apa yah Van?" tanya gw sambil kembali membaca majalah. "I think you need to stop reading horoscope and start to read job vacancy" tiba-tiba Vanessa mengambil majalah yang ada ditangan gw.

"kemarin kamu dapat tawaran magang dari dosen kamu?" tanya Vanessa sambil melihat-lihat kolom majalah. "aw Chris Hemsworth!" cetusnya excited dan wajahnya langsung terpaku dengan foto candid si pemain Thor itu.

"oh magang dikantor finance itu" kata gw dengan wajah lemas. "untuk saat ini kayaknya engga deh abis duitnya dikit buat nutupin ongkos juga gak sampe dan lagi pula bentrok sama jadwal kuliah" lanjut gw.

Tiba-tiba bunyi hp Vanessa membuat pembicaraan kita terhenti. Dia merogoh tasnya dan mengeluarkan hpnya dari dalam tas. Sambil menikmati minumannya, dia mulai mengutak-ngutik smartphone dengan case warna ungu itu. "ah shit!" teriaknya yang membuat gw dan orang-orang di sekitar melihatnya. Vanessa langsung menutup mulutnya sambil tersenyum miris kepada orang-orang yang memandanginya.

"nape lagi?" tanya gw. Vanessa memandangi gw dengan wajah memelas. Gw tau banget ini anak kalau mau minta tolong apa pasti tampangnya kayak anak kucing minta makan.

"aku min…"

"Sorry I can't" kata gw yang langsung memotong pembicaraannya.

"ih… dengar dulu… I want you to go to Uncle Adriano's house. I still have football practice after this class dan kamu sudah tidak ada mata kuliah lagi"

"aduh Van bukannya gw gak mau, tapi gw belom nyetrika terus abis itu gw pengen nonton rerun Vampire Diaries" kata gw

"you can watch that later"

"gw belom ambil uang dan gak ada ongkos untuk naik bus" kata gw merengek

"you can use my car" balas Vanessa sambil mengeluarkan kunci mobil dari dalam tasnya dan menaruh di atas meja

"aduh… it's so fucking hot out there" gw menambahkan alesan biar gak pergi

"hutang kamu lunas!"

"OKE SIP!" gw langsung berdiri semangat dan mengambil kunci mobil milik Vanessa.

Gw berjalan meninggalkan Vanessa yang duduk manis sambil melanjutkan membaca majalah dan menikmati minumannya. Setelah beberapa langkah gw kembali menghampiri Vanessa.

"gw ketempat om Adriano ngapain yak?"

***

<p><i>Heartbreaker you've got the best of me</i></p>
<p><i>But I just keep on comin' back incessantly</i></p>
<p><i>Oh why…</i></p>
<p><i>did you have to run your game on me</i></p>
<p><i>I should have known right from the start</i></p>
<p><i>You'd go and break my heart</i></p>
<p><i>Gimme your love… gimme your love…</i></p>
<p><i>GIMME YOUR LOVE!</i></p>

Gw bersenandung udah kayak orang gila. Heartbreaker-nya Mariah Carey menemani kesendirian gw di dalam mobil Prius milik Vanessa. 15 menit sudah gw mengendarai mobil Hybrid berwarna putih ini. gw mendapat misi dari Vanessa pergi kerumah salah satu teman nyokapnya Vanessa. Karena gw sahabat yang baik gak ada salahnya kan bantu sahabat gw yang lagi kesusahan. Kesusahan? Tepatnya gw kali ya si anak susah dan demi hutang lunas juga sih sebenernya. Emang Vanessa sahabat yang baik…

Akhirnya sampai juga gw dijalan Giuseppe Meda. Tempat yang gw tuju untuk menyampaikan amanat dari nyokapnya Vanessa, tepatnya ngambil sebuah tas yang dititip oleh Mrs. Alvarez. "I can't live a lie, running for my life. I will always want yooouuu…" Mata gw mulai memperhatikan rumah-rumah disepanjang jalan sambil bersenandung lagu Wrecking Ball-nya Ms. Cyrus yang diputar di radio. Gw mengikuti petunjuk yang Vanessa berikan ke gw lewat iMessage. Setelah melewati sebuah taman gw melihat ada pohon besar dan tepat disebelahnya ada rumah dengan cat berwarna merah. Persis seperti petunjuk yang Vanessa kasih, akhirnya gw menemukan rumah bergaya abad ke-19 itu.

Setelah gw memakirkan mobil, gw berjalan menuju pintu dan menekan bel. Tidak berapa lama seseorang membuka pintu. Seorang pria dengan setelan hitam rapi melihat gw dari atas sampai bawah. Pria itu bertubuh tinggi dengan badan yang tegap dan rambut pirang klimis. Gw menebak pria dengan usia kira-kira 50 tahun ini adalah butler.

Mampus gw kalau ini orang bener-bener butler. Gw kan gak bisa bahasa Italy! Setahun gw tinggal di Italy tapi gw terlalu ignorance untuk belajar bahasa negara ini. Bukannya gw gak mau belajar juga sih tapi gw udah terlalu pusing dengan mata kuliah gw dan lagi pula semua pelajaran gw beserta dosen-dosennya pakai bahasa inggris.

"Mi skuzi signor…" gw memecahkan keheningan dengan bahasa Italy yang gw tau sebelum ini orang ngelempar gw ke jalan.

"posso aiutarla?" tanya pria ini menanyakan bantuan.

"parla lei Inglese?" Gw bertanya apakah dia bisa bahasa Inggris. Ya kali aja dia kepala pelayan yang ekslusif. Dia hanya memperhatikan gw dengan wajah seakan-akan pengen bilang "menurut situuu?"

"emmmm…" gw bingung mau bilang apa. "Io sono Vini" kata gw menyebutkan nama gw.

Gw mengeluarkan hp dari dalam kantung celana dan buru-buru buka galeri foto. Gw inget punya foto gw dengan foto Om Adriano yang diambil saat ultah bokapnya Vanessa. "emm… Voglio incontrare.. emmm.. il signor Adriano" lanjut gw dan jari gw menunjuk ke foto Om Adriano.

Pria itu langsung mengizinkan gw masuk dan menuntun gw sampai keruang tamu. Gw duduk diatas sofa berwarna cokelat. Tanpa basa basi, pria itu langsung pergi meninggalkan gw yang duduk manis dengan tampang cengo kayak anak hilang. Gw agak heran sama ini orang kok gak ada manner-nya? Dia kan kepala pelayan. Seharusnya dia nawarin gw minum dong. Gak tau apa dia tamunya kehausan!

Gw melihat sekeliling ruang tamu ini sambil menunggu batang hidung si pemilik rumah. Rumah ini gede banget dan arsitekturnya klasik tapi ada sentuhan modern. Kondisi di dalam rumah serapih halaman depan yang dihiasi dengan berbagai macam tanaman. Kayaknya si kepala pelayan gak seburuk yang gw kira. Mata gw terpaku dengan sebuah foto yang lumayan besar. Foto Om Adriano dengan keluarganya menjadi pusat perhatian diruangan ini.

Adriano Ambrogio nama lengkapnya dan dia itu gay. Dia sudah punya partner hidup namanya Daniel Ricci. Om Daniel keturunan Inggris-Italy. Dia seorang pengacara sukses dan memiliki kantor pengacara yang namanya tidak asing dikalangan masyarakat Italy. Kalau Om Adriano sendiri seorang pengusaha. Dia memiliki sebuah agency entertainment. Mereka berdua mempunyai seorang putra berusia 10 tahun bernama Zion Cesare Ambrogio dan seorang putri berusia 7 tahun bernama Violet Charoenkul Ricci. Violet sebenarnya adalah anak Om Daniel dengan sahabatnya yang berasal dari Thailand. Gossipnya dari si Vanessa sebelum Om Daniel ketemu sama Om Adriano, dia mabok sama cewek Thailand itu sampai akhirnya mereka have sex dan sahabatnya jadi 'eating for two'. Sedangkan Zion, gw gak begitu tahu banyak tentang dia. Yang gw tahu dia di adopsi oleh Om Adriano 10 tahun lalu.

Biar bagaimanapun asal usul Zion dan Violet, mereka dikelilingi orang yang sangat menyayangi mereka. Di dalam foto itu Om Adriano, Om Daniel dan Zion kompak sekali memakai jas berwarna biru, dan Violet yang kira-kira masih balita memakai dress warna pink duduk dipangku Om Adriano, sedangkan Zion duduk dipangkuan Om Daniel dan mereka tersenyum bahagia di foto itu.

Mereka berdua orang-orang baik dan ramah pula. Gw sudah beberapa kali ketemu Om Adriano dan partnernya. Pertama kali ketemu saat dinner ulang tahun bokapnya Vanessa. Lalu gw ketemu mereka lagi saat gw dan Vanessa belanja bulanan di Carrefour dan terakhir di Via Montenapoleone pas gw dan Vanessa nemenin nyokapnya belanja. Mereka berdua sudah seperti keluarga bagi Vanessa, karena satu-satunya orang yang Vanessa kenal di Milan sebelum ketemu gw adalah mereka dan mereka juga menjaga Vanessa ketika dia jauh dari keluarganya.

Suara pintu membuat gw berhenti memandangi foto super besar itu. Seorang pria dengan gaya rambut keriting berwarna brunette memasuki ruang tamu. "VINI HONEY… Thank you for coming!" sapa pria dengan accent Italy berjalan menghampiri gw.

"good afternoon Mr. Ambrogio" gw membalas sapaan Om Adriano sambil tersenyum kepada pria berkulit putih pucat itu.

"how are you Vini? How's Vanessa?" tanya pria bertubuh tinggi dan skinny.

"both of us are good" jawab gw singkat

"Anyway just yesterday Daniel told me that you look more handsome everytime we met and I totally agree with him" kata Om Adriano memuji ketampanan gw. "I agree with him too" canda gw yang sebenernya memang kenyataan gw ganteng.

Tanpa gw sadari si butler berdiri disamping Om Adriano. Tangan kanannya memegang kantung belanja berwarna putih bertuliskan Dior dan tangan kirinya memegang sebuah telepon. Dia menyerahkan telepon berwarna hitam itu sambil berbisik ke telinga Om Adriano. "un momento, this is important" kata Om Adriano kepada gw. Om Adriano berbicara sambil berjalan menuju jendela. Pembicaraan Om Adriano terlihat serius sekali. Entah karena dia berdiri sambil melihat keluar jendela atau raut wajahnya yang memang dramatis.

Mata gw mulai melihat lagi sekeliling ruangan sampai akhirnya tanpa sengaja gw memergoki si kepala pelayan terus memandangi gw dan tiba-tiba kita langsung buang muka. Tidak berapa lama gw curi-curi pandang melihat si kepala pelayan itu lagi. Si kepala pelayan melihat gw balik dan gw refleks langsung buang muka. Setiap kita saling melempar pandangan, pasti langsung buang muka. Ini udah kayak adegan klasik drama korea tapi bedanya kalau di drama-drama abg kelihatannya unyu, sedangkan situasi ini udah kayak polisi siap-siap mau nangkep maling celana dalem.

"Oh my GOD! What should I do?" selesai menelepon Om Adriano kembali duduk dihadapan gw dengan raut wajah panik.

"is there something wrong?" tanya gw

"that was from Nanny Agency. We need a nanny to take care Violet and Zion, and a new nanny supposed to come tomorrow but they cancelled it because she need to go back to her hometown" Om Adriano menjelaskan dengan bahasa tubuh yang dramatis. "I really need a nanny as soon as possible but they said it will took more times" lanjut Om Adriano.

"I'll do it!"

"what?!" Om Adriano dan si kepala pelayan terlihat kaget sekali dengan kata-kata gw itu.

"what's wrong?" tanya gw heran

"are you sure?"

"yeah I'm freakin' sure. I mean I will take care of them before I go to campus and after that I will come back here until you and Mr. Daniel come home" kata gw meyakinkan Om Adriano

"is that ok for you if they causes trouble?"

"seriously trouble is my last name and also I'm desperate for money… I still get paid, right?" tanya gw dengan wajah polos.

Tiba-tiba situasi menjadi hening. Om Adriano dan si kepala pelayan melihat gw dengan raut wajah penuh ragu. "Ok you're in!" kata Om Adriano tersenyum sambil menjabat tangan gw dan membuat si kepala pelayan kaget sambil melotot ke Om Adriano. Gw rasa si kepala pelayan pengen banget teriak di depan mukanya dan bilang "LO GILE BROH!?"

"is it possible if you start tomorrow? Don't worry Viola is a smart kid. She won't be burdensome for you. But maybe… Zion a little bit… you know… kid" kata Om Adriano sambil menepuk pundak gw.

"well… Ok! I don't mind" jawab gw santai. "we can get along" lanjut gw tanpa memikirkan akan seperti apa nasib gw nantinya.

"let me introduce you to Alfred. He's the butler in this house and he's going to help you" Om Adriano akhirnya memperkenalkan gw sama si Alfred the But... "wa… wait… Alfred?!" tanya gw dalam hati setelah mendengar nama si kepala pelayan yang tidak asing di kuping gw.

Sambil menjabat tangannya tiba-tiba Om Adriano bilang "oh by the way he's from Newport, UK"

"whaaaaaatttt?! HE IS NOT ITALIAN?! DAFUQQQ!" kata gw dalam hati sambil melihat tampang si Alfred yang puas banget udah bikin gw kebingungan tadi gara-gara ngomong bahasa Italy.

"nice to meet you… SIGNOR" sindir Alfred yang buat gw ketawa miris.

"Ok now let's talk about your salary" kata Om Adriano menuntun gw keruang kerjanya.

***

Sejam kemudian gw sampai di apartemen Vanessa. Gw duduk di samping Vanessa yang sedang asik nonton Law & Orders SVU sambil menaruh shopping bag berwarna putih itu diatas meja. "you know what?" kata gw yang membuat Vanessa mengalihkan perhatiannya dari serial criminal tersebut.

"I just got a job"

"what?! Awesome! How?" Vanessa kegirangan mendengar berita dari gw hari ini. "don't tell me you're going to be a man whore now?" raut wajah Vanessa berubah menjadi datar.

"yeee… you think?!" jawab gw kesal. "I'm a manny now" lanjut gw tersenyum

"Manny?" tanya Vanessa heran

"Male Nanny"

"is that a slang word for male prostitution?" tanya Vanessa dengan wajah polosnya.

"I'm a nanny now. I will take care Viola and Zion starting for tomorrow and since I'm a dude some people call that Manny, Male-Nanny… got it?!" kata gw menjelaskan Vanessa dengan nada sewot.

"chill… I'm just messing with you" Vanessa tertawa sambil menepuk pundak gw. "memang kamu bisa jaga anak kecil?" tanya Vanessa

"I worked as dog walkers back then in New York. I guess it's going to be fine"

"dude, they are kids not dogs!" kata Vanessa dengan raut wajah heran dicampur kesal.

"Potato.. potato" kata gw memejamkan mata sambil menyenderkan kepala gw di sofa

"geez… man whore sounds better for you now" canda Vanessa

"ah udeh ah gw pulang! Dari tadi omongan lo pelacuran mulu!" gw langsung berdiri dari sofa dan siap-siap untuk balik ke apartemen gw. "Udeh utang gw lunas ya…" kata gw sambil meninggalkan apartemen Vanessa.
«1345

Comments

Sign In or Register to comment.