It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
yaps. Cepet lanjut ya kakak \('o')/
@Tsunami @Unprince @eggbenedict sesuai request gw mention yah... selamat menikmati :-*
---------------------------------------------------------
Chapter II: Jazz!
"Vini" suara Zion memecahkan keheningan di dalam mobil.
Saat ini gw, Zion dan Violet sedang dalam perjalanan pulang kerumah mereka. Semenjak gw menjadi pengasuh mereka, jadwal gw setelah kuliah adalah jemput mereka pulang sekolah. Untungnya mereka satu sekolah. Mereka berdua sekolah di St. Louis School, salah satu sekolah swasta di Milan. Zion yang saat ini berusia 10 tahun duduk di bangku kelas 5 dan adiknya Violet yang baru masuk sekolah tahun lalu masih di kelas 2.
"yes?" tanya gw sambil memperhatikan Zion yang duduk di bangku depan.
"what do you wanna be when you were kid?" tanya Zion yang langsung melihat gw. "i mean when you were my age" Zion memperjelas pertanyaannya. Lampu merah membuat gw mengalihkan perhatian dari jalan dan langsung memandangi Zion yang menatap gw dengan wajah polosnya
"hmmm... When i was your age... Well..." pertanyaan Zion membuat gw kembali ke masa lalu.
Dulu saat gw masih seumuran Zion, gw lagi seneng-senengnya jadi banci tampil. Gara-gara demam Westlife, Backstreet Boys, 'Nsync dan boyband-boyband tahun 90an lainnya membuat gw kepengen jadi Boyband. Boyband favorite gw Backstreet Boys dan gw paling suka sama Nick Carter. Gw pernah ngintilin tante gw ke salon dan merengek minta warnain rambut kayak Nick. Tiap lomba nyanyi 17an, gw wajib nyanyi lagu "Larger Than Life"-nya Backstreet Boys atau "If I Let You Go"-nya Westlife. Kalau ditanya sama orang "Vini kalau sudah besar mau jadi apa?" dan gw pun menjawab "mau jadi Nick Carter dong!" Tapi semakin gw beranjak dewasa, gw jadi gak punya cita-cita yang lebih spesifik dan makin pasrah aja sama nasib gw di masa depan.
"hmmm Doctor.." gw menjawab pertanyaan Zion dengan cool dan kembali fokus ke jalan karena lampu sudah kembali hijau.
"woooaaahhh" gw berhasil membuat mereka berdua terkesima. "I don't know that you wants to be a doctor" celetuk Violet yang duduk dibelakang
"yeah... Me neither" kata gw yang langsung terlintas kata-kata Dokter karena gak mungkin kan gw bilang ke mereka kalau dulu gw pengen jadi Boyband. Kalau ketawan Alfred bisa dicengin gw.
"my friend Jimbo said to me he wants to be a Model" kata Violet
"why did you ask? Is something happen to you at school?" tanya gw dan tidak memperdulikan perkataan Violet
"It's just something that Mrs. Esposito said during the class" jawab Zion. "She asked all of us what do we want to be when we grow up and when it was my turn, i said i wanna be an Engineer or be Genius" lanjut Zion yang membuat gw terpana dengan kata-katanya.
"wow! Your dream is actually awesome" jawab gw excited dan membuat gw makin malu sama cita-cita Boyband gw gara-gara korban entertainment
"you know like Tony Stark... A genius, billionaire, playboy, philanthropist" lanjut Zion dengan gaya sotoynya
"oookey keep dreaming kid!" balas gw yang ternyata dia salah satu korban film.
"Jimbo is so annoying and then i ran to Barney and kissed him!"
"WHAAAT!?" teriak gw dan Zion bersamaan. "Who the heck is Barney?!" gw kaget tiba-tiba si Violet cerita abis cium anak orang.
"maaaan... I don't know that you are this agressive" Zion menatap adiknya dengan raut wajah keheranan.
"Barney.. My dinosaurs" Violet menjawab dengan wajah lugunya. Gw dan Zion langsung menghela napas dengan lega.
"oohh… your hella freaky purple doll" celetuk Zion
"WHAT!? FREAKY?!" teriakan Violet langsung membuat kuping gw pengang.
"I said your hella pretty purple doll" canda Zion. "Sometimes you need to listen carefully" tiba-tiba Violet mencubit pipi Zion dan membuat gw tertawa melihat tingkah laku mereka.
Akhirnya sampai juga gw dirumah mereka. Setelah memasuki gerbang, mata gw langsung tertuju pada mobil BMW 320i. "is someone here?" tanya gw sambil memarkirkan mobil Chevrolet Spark's berwarna biru milik Om Adriano dan Om Daniel yang selalu gw pakai untuk pergi dengan Zion dan Violet.
"JAZZ HERE!" teriak Violet kegirangan.
Gw memarkirkan mobil tepat disamping mobil Porsche Cayenne berwarna merah milik Om Adriano. Kedua bocah itu langsung keluar setelah gw memarkirkan mobil. Gw berjalan melewati mobil berwarna putih tersebut dan sambil memandangi mobil itu sempat terlintas di pikiran gw lagi "Who's Jazz?"
Setelah masuk kedalam rumah, gw langsung menuju ke dapur yang letaknya dekat dengan ruang keluarga. Alfred sedang sibuk menyiapkan makanan dan aromanya langsung membuat perut gw merespon dengan getaran.
"HI JAZZ!" teriakan Violet terdengar sampai ke dapur
"Who's Jazz?" tanya gw sambil membuka kulkas dan mengambil kotak minuman orange juice
"Daniel's assistant" jawab Alfred singkat dan gw hanya merespon dengan kata-kata "oh" sambil menuangkan Orange Juice kedalam gelas.
Sudah hampir dua minggu gw masuk ke dalam kehidupan keluarga Om Adriano dan Om Daniel, tapi jarang-jarang ada sosok wanita di dalam rumah mereka. Si Alfred bakatnya cewek banget. Dia senang menghabiskan waktunya masak, menanam bunga dan kadang gw suka melihat dia duduk di lounger pinggiran kolam renang sambil menyulam. Kalau Om Adriano memang yang paling petakilan, diva berasa doi Beyonce dan hobi banget selfie. Mungkin Om Daniel yang lebih manly diantara mereka, tapi Om Daniel seneng banget nonton drama. Gw pernah nge-gep Om Daniel lagi nonton re-run Breaking Bad sama si Alfred, dan pas adegan Jesse telepon almarhum si Jane cuma pengen denger suaranya, eh tiba-tiba Om Daniel dan Alfred nangis sampai ngelap air mata pakai tisu.
Oke… ternyata dirumah ini gak ada yang manly seperti yang gw kira.
Gw harap dengan adanya sentuhan wanita si Jazz dirumah ini bakal bikin mereka untuk jadi lebih jantan. Biasa lah harga diri seorang pria.
"Is Jazz always coming here? How old is that lady? Is she old?" tanya gw sambil melihat Alfred yang sedang mengeluarkan kue pie dari dalam oven.
"Excuse me... She? Old?" Tiba-tiba terdengar suara pria dari arah belakang gw dan membuat gw langsung menoleh kearahnya.
Seorang pria bertubuh ramping dan atletis dengan tinggi kira-kira 185 cm berdiri dibelakang gw. Pria ini terlihat masih muda apalagi dia memakai kemeja berwarna biru yang membuat penampilannya seperti eksmud. Wajahnya tampan dengan bentuk tulang pipi yang bagus, rahang tegas dan hidung mancung. Tarikan tulang pipinya dan bibirnya yang tipis merupakan kombinasi yang pas dan membuat dia mempunyai wicked smile.
"Who are you?" Tanya gw dengan wajah polos
"I'm the one who supposed to say that to you" tanya pria berambut keriting kecoklatan tersebut. "Who the heck are you?"
"I won't tell you until you answer me first" jawab gw dengan raut wajah kesal
"You already know who i am! Now i'm asking you and you have to answer" pria dengan bola mata berwarna hijau itu sudah mulai kesal dan menyilangkan tangan di dada.
"Who the hell are you? An oscar winner? Even Leonardo Dicaprio never win that one!" Kata gw kesal dan membuat pria tersebut melangkahkan kakinya.
"Maaan... you got guts! I can do this all day until you..."
"OKEY BOTH OF YOU STOP! I CAN'T STAND IT ANYMORE!" Bentakan Alfred memotong pembicaraan pria itu dan juga membuat kita tercengang.
"Vini, he is Jazz. He is a dude! And Jazz this is Vini, the new nanny" kata Alfred yang memperkenalkan kami sambil menggerakkan pisau yang dipegangnya.
"Pfff... aren't you too girly to be a nanny?" Sindirnya dengan senyum iblisnya itu.
"Pfff... at least my name is more masculine than yours! Is your actual name Jasmine?' Balas gw yang tidak mau kalah dari dia.
"It's Jasper! My name is Jasper!"
"Well... Jasmine is more suit on you" gw membuat raut wajahnya semakin kesal.
"Jazz... dove sei? " Tiba-tiba terdengar suara Om Daniel memanggil pria itu dari arah ruang kerja. "This is not over!" raut wajahnya kesal
"Oh my God, i'm scared!" Gw membalas dengan raut wajah datar.
Tidak lama setelah si sombong Jazz meninggalkan dapur, gw pergi ke ruang baca untuk membantu Zion dan Violet membuat PR sambil membawa semangkuk besar chocolate cookies yang dibuat Alfred. Baru saja gw duduk diantara Zion dan Violet, tiba-tiba Violet memulai pembicaraan yang membuat mood gw rusak. "have you meet Jazz?" Violet bertanya dan tersenyum kepada gw.
"Yap!" Gw menjawab dengan singkat
"He is so nice, right?" Kata Violet dengan girang.
WHAAAT? NICE? Do you know who is nice? ME! He is just a good looking devil! Even a devil is nicer than him! Si Violet dikasih apa sih sama makhluk itu kayaknya demen banget!
Gw hanya bisa membalas pertanyaan Violet dengan senyuman tapi dalam hati rasanya gw pengen banget jambak rambut keriting si Jazz.
Dua jam kemudian setelah gw membantu Zion dan Violet mengerjakan PR, gw berjalan menuju kolam renang sambil menunggu Vanessa untuk menjemput gw pulang. Vanessa sering banget jemput gw sekalian dia silaturahmi dengan Om Adriano dan Om Daniel. Bahkan kita juga sering diajak makan malam dirumah ini. Eheem... tujuan kita sebenarnya sih itu.
Saat gw merebahkan tubuh gw di lounger yang berada di pinggir kolam, Jazz berjalan menghampiri gw "why are you still here?"
"Oops sorry since when this is your house?!" sindir gw sambil memejamkan mata. Jazz juga merebahkan tubuhnya di lounger yang letaknya persis di sebelah gw.
"Do you know that he is my boss and i'm the only one who he trusted in the office" Jazz mulai menyombongkan diri
"Maybe you already forgot what you said before about my-oh-so-girly-job! Geez both of us are their ass but please you have to remember i'm the one who handle their children. So... I win!" Gw gak mau kalah menyombongkan diri.
"Well... let's see" kata Jazz. "Soon we will know who is going to cry first" lanjut Jazz sambil melontarkan senyum seringainya.
"Oh yeah really!?" Kata gw
"Fine!" Balas Jazz
"Fine!" Gw mengulangi perkataan Jazz
"Good!" Balas Jazz lagi
"Good!" Gw mengulangi perkataannya lagi.
Suasana pun tiba-tiba menjadi sunyi sampai tidak lama kemudian...
"JAAAAAZZ!" Teriak Vanessa sambil berlari kearah kami berdua.
Jazz pun langsung bangun setelah mendengar teriakan Vanessa. Vanessa langsung memeluk Jazz sampai-sampai Jazz menggendong dirinya dan mencium pipinya.
"Oh my God... it's been so long! How's Massachusetts?" Kata Vanessa kegirangan.
Gw melihat mereka berpelukan dengan raut wajah keheranan. "I miss you soooooo much!" lanjut Vanessa sambil melepaskan pelukan Jazz dan membuat adegan ini sudah seperti tali kasih tapi sayangnya gw malah mau muntah melihat adegan ini.
"I miss you more sunshine!" balas Jazz sambil mencubit pipi Vanessa.
Okey... can i throw up in here!?
"Vini, i didn't see you there" kata Vanessa sambil merangkul tangan Jazz.
"Oh great. What now" gumam gw. "You knew him too?!" Kata gw dengan nada suara kesal
"Of course! He is Jasper Costa. We've been known each other since we were kids and he's like family to uncle Daniel" wajah Jazz semakin terlihat ngeselin di mata gw. Gw membayangkan si Jazz tertawa puas sambil teriak "EAT THAT SUCKER!" hmmm... oke... ternyata gw yang nangis duluan.
"I thought you already know him" lanjut Vanessa dengan raut wajah heran
"You think i'm a psychic?!" Jawab gw kesal
"Sorry beb... maybe he only know people who won Oscar" sindir Jazz.
"OK THAT'S IT! I'M OUT!" Jazz semakin membuat gw kesal. Gw bangun dari lounger dan berjalan meninggalkan mereka.
Vanessa berlari mengejar gw. "Bye Jazz! Call me okay!" Teriak Vanessa sambil melambaikan tangan kepada Jazz.
"Ow yeah I will!" Balas Jazz. "this is gonna be fun!" teriak Jazz
Gw berjalan menuju mobil Vanessa yang ternyata parkir tepat di sebelah mobil Jazz. Kalau aja gw anaknya nekat tapi pada kenyataannya gw anak baik-baik gak kayak si Jazz, mungkin gw udah coret-coret nih mobil pakai spidol permanen!
Vanessa membuka kunci mobil dan tanpa pikir panjang gw langsung masuk ke dalam mobil. Vanessa menyalakan mesin mobil sambil bercerita tentang si Jazz yang tak kunjung habisnya.
"Kamu tahu Jazz pintar?! He took Law School in Harvard"
"O yea a ha.." gw membalas dengan nada suara tidak peduli
"Why he didn't tell me that he already come back" kata Vanessa
"He shouldn't come back" gumam gw
"Jangan jahat! His life already tough. His parents died, he spent his childhood in orphanage until he got new family and fortunately his new parents kinda rich and uncle Daniel is his guardian" kata Vanessa yang menceritakan kisah hidup Jazz kurang dari 1 menit dan suatu saat gw bakal menulis buku tentang dia berjudul "Jazz the lucky bitch!"
"Oh my God, this is so sad! Look I have goosebumps" sindir gw dengan raut wajah datar
"Dia baik Vini! Give me one reason you don't like him" tanya Vanessa
"It's just..." kata gw
"What?" Tanya Vanessa yang menanti jawaban gw
"I HATE THAT GUY!"
ceritanya bagus, mengalir lancar...
ikut nyimak storynya yaa..