BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

The Antonius : Cause im know

edited October 2014 in BoyzStories
THE ANTONIUS

Ini cerita gua yang terinspirasi dari berbagai film bertema ; Romance, action, sad, and Ending yang membuat penasaran (Gua benci ini)

Sedikit memberi tahu, bahwa cerita ini bukan seperti cerita senior yang sangat bagus di sini -Forum ini-, Cerita ini gua janji gak akan ngalur ngidul gak jelas alurnya, karna sketsa Alur sudah di buat secara pasti...dengan Chapter akhir 20 + Epilog. Jadi, kalau ada yang khawatir cerita ini gak akan TAMAT atau THE END, kalian jangan berpikir demikian, gua janji bakal -The End-

Karakter juga gak bakalan terlalu banyak, hanya 6 orang, dan selebihnya pemeran pembantu.

Penyusunan cerita gua agak bertahap, Jadi kalau Chapter one tidak suka, tidak apa-apa. Karna Emang ini cerita Murahan, gak sebagus senior. Maklum masih new bi, masih perlu di ajari sama beberapa sesepuh BF hehe.

®® The Story of Together, By Reyhan ; Fours ®®©
«134

Comments

  • di tunggu ceritanya ya mas @fours...
  • mention first :
    @admmx01
    @lulu_75

  • edited July 2014
    Together : Chapter one

    ~ The Antonius ~
    #First

    Setelah membereskan semua pakaian dan hal yang penting buat gua, akhirnya tiba waktunya buat gua dan Martin berkemas menuju tempat tinggal baru. Sebenarnya ini yang gua benci, harus lari-lari dan lari. Dia bahkan tak pernah ingin menetap di suatu tempat lebih dari satu bulan, selalu ada masalah yang akhirnya harus membuat kami kembali lagi mengulang ini, Lari.

    "Kalau kau sudah menyiapkan semuanya, cepatlah...," Ujarnya setengah berteriak, gua lihat dia sedang membereskan barang-barangnya ke dalam mobil.

    "Yess...wait!" Balas gua, Okey...Ini adalah tempat yang akhirnya akan menjadi kenangan lagi, sama hal nya dengan tempat-tempat yang lalu.

    Setelah menarik nafas panjang, gua membawa tas beserta barang-barang penting milik gua menuju mobil, untuk gua masukan ke dalam bagasi. Setelah semua barang gua susun, gua masuk kedalam mobil, tepat di samping Martin.

    "Kau seharusnya tidak melakukan kesalahan itu lagi, jika tidak ingin kita pindah..," Katanya sambil meng-gas mobilnya. Bersiap untuk perjalanan panjang.

    "Gua ngerti!"

    "Selalu itu...selalu itu," Martin menghelan nafas sebentar, dia masih fokos terhadap lalu lintas. "Aku sudah mengatakan ini kepadamu puluhan bahkan ribuan kali, kenapa masih saja kau tidak mengerti!!" Sambungnya lagi.

    "Gua ngertii!!"

    "Apa yang kau mengerti?" Tanyanya lagi."Sudah kubilang, kau harus...,"

    "Tidak terlihat dan pandai berbaur dengan orang sekitar, tanpa mencolok dan membuat perhatian orang banyak!! Betulkan?" Sambung gua memotong kata-kata Martin.

    "Okey..kau ingat, kenapa masih saja kau lakukan!?"

    "Maaf,"

    "Heh? Sebutkan berapa kali kau minta maaf?" Tanyanya dengan nada mengintimidasi, huft..Lagi?

    "Banyak,"

    "So? Kau masih menggunakan kata itu? Sebaiknya kau terapkan apa yang aku perintahkan, baru kau meminta maaf!" Ujarnya tanpa menoleh ke arah gua.

    "Iya," Jawab gua lirih. Selanjutnya dia tak berbicara lagi, akhirnya gua bisa lebih tenang.

    Perjalanan sepertinya akan memakan waktu panjang, jadi gua mengambil headset untuk mendengar beberapa lagu, itu sudah menjadi kebiasaan gua. Sangat menyenangkan jika mendengar lagu disaat kalian tertimpa masalah, karna pada dasarnya musik bisa saja mengubah perasaan kita. Okey gua menikmatinya.

    Cukup lama dan sepertinya jauh perjalanan yang akan di tempuh kali ini, sampai-sampai gua tertidur dengan headset masih terpajang di telinga gua. Gua gak tau kapan pastinya gua tertidur pulas, yang jelas gua sangat mengantuk karna terlalu lama duduk saja, dan hanya mendengar musik slow yang agaknya membuat gua kosong.

    ***

    'Dresssss...dresssss!!' Tiba-tiba saja mata gua terbuka, akibat suara yang di timbulkan derasnya hujan. Entahlah...Headset gua sudah tidak mengalunkan musiknya lagi, sepertinya batrai gua sudah habis.

    "Kita akan kemana?" Tanya gua ke Martin, yang sebelumnya gua sudah membenarkan posisi duduk dan mengucek mata.

    "Sangat jauh, kau tak harus tau segala hal kan?" Ujarnya tanpa menoleh, jawaban yang sangat berbobot dan menyenangkan. Menyenangkan jika gua bisa meludahinya.

    "Yeahh..." respon gua.

    Gua menatap setiap jalanan yang kami lalui, tak lepas dari tetesan-tetesan di kaca yang agak membuat pandangan gua kurang jelas. Hari sudah sangat gelap, karna waktu sudah sangat malam. Orang-orang berlarian menyelamatkan diri dari hujan, ada yang menggunakan payung, berteduh di sebuah cafe atau malah membiarkan hujan membasahi tubuhnya. Dan.... seorang ibu yang melindungi anaknya dari derasnya serangan hujan, Gua iri itu.

    Oya... gua Joenathan Antonius, memiliki perawaakan tinggi, dengan badan yang hampir mencapai kata -Perfect- , itu karna gua selalu berolah raga. Jika kalian bertanya tentang wajah gua, kalian akan bayangkan gua sebagai orang yang tampan. Ya.. gua Joenathan, terlahir dari percampuran darah korea dengan kanada. Jadi tak heran bukan kalau gua berkulit putih bersih, berambut coklat, bolat mata biru aqua dengan alis tegas dan bibir mungil tipis...dan juga gua seorang anak yang belum dewasa. Kenapa begitu? Karna itu yang selalu di katakan Martin ke gua. Memang benar gua belum dewasa, gua masih 16 tahun. Tidak salah bukan Martin selalu mengatakan itu?

    Gua rasanya sudah benci harus hidup dalam kebohongan, kepalsuan dan selalu berlari dan berlari. Kenapa gua menyebut ini sebagai kebohongan? Ini memang kebohongan, gua selalu hidup dalam kepalsuan. Palsu akan identitas, hidup, tempat tinggal, asal sekolah bahkan tentang Martin. Ya... setiap kali orang melihat gua dengan Martin, mereka pasti selalu menganggap kami bersaudara. Nyatanya Martin adalah paman gua, adik dari ayah gua. Martin Antonius lah yang selama ini menjaga gua. Dia yang selalu melindungi dan menjaga gua sejak gua masih sangat-sangat kecil. Bagaimana dengan ayah dan ibu gua? Kalian tidak perlu bertanya tentang itu, karna gua bahkan tak pernah melihat foto mereka, apalagi bertemu langsung. Martin selalu bilang, mereka mati saat menyelamatkan gua. Mereka mengorbankan nyawanya, lalu menitipkan gua ke Martin, paman gua.

    Nyatanya keluarga Antonius adalah seorang buronan besar, bahkan seluruh angkatan kepolisian mencari kami. Ini semua karna keluarga Antonius di tuduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap 1678 masyarakat kota Indonesia. Gua tak pernah mengerti akan hal itu, karna sejatinya gua memang belum terlahir pada saat kejadian itu terjadi. Martin selalu bilang, kami di fitnah. Dan tugas gua adalah menjernihkan kembali nama Baik keluarga Antonius.

    'Cittttt......' tiba-tiba saja suara rem mobil Martin membuat lamunan gua buyar sekaligus membuat telinga gua terpekik sakit. Lantas saja gua langsung melihat kearah luar, sepertinya kami sudah sampai. Gua melihat sebuah rumah kayu dengan cat silver yang masih apik. Cukup bagus.

    "Ini tempat tinggal kita yang baru?" Tanya gua, dengan pandangan masih memperhatikan rumah kayu itu.

    "Jika kau bertanya, maka jawabannya Yes!!" Ujar Martin seraya mencabut kunci dan membenarkan beberapa barang."Ada yang salah?" Lanjutnya lagi.

    "Kanapa gua gak di izinkan untuk memilih beberapa tempat yang menarik?"

    "Jika kau memilih, bisa saja kau memilih tempat hawai atau hotel yang sangat banyak akan kerumunan orang," ujarnya agak menyindir."Sepertinya kita harus bergerak cepat memindahkan barang-barang kita, jika tidak ingin semuanya basah di guyur hujan." Lanjutnya lagi seraya membuka membuka pintu mobil.

    "Ayoo!! Cepat," katanya lagi setelah melihat gua diam.

    "Okey..tunggu!"

    Gua turun dari mobil dengan mengenakan jaket, agar tidak terlalu membuat gua basah akibat derasnya hujan malam ini. Lantas gua dan Martin langsung menuju bagasi untuk mengangkat beberapa barang, tentunya dengan cepat. Kami tak menginginkan semua baju dan barang berharga lainnya basah terguyur hujan. Setelah semua barang terangkat, kami bergegas manuju teras rumah.

    Setelah membuka kunci rumahnya, gua dan Martin lantas langsung masuk untuk menaruh barang-barang. Gua menaruh barang di lantai sesaat setelah gua masuk. Mata gua lantas memperhatikan setiap sudut ruangan, Martin memang tak salah pilih, rumah ini memang benar-benar sangat cocok dengan kami. Semua perabotan sudah terpenuhi, ruangan yang bersih dan berlantai dua. Sangat bagus, dan sederhana.

    "Hey!" Tiba-tiba gua kaget dengan tepukan pelan di punggung gua.

    "Yeah? Apa?" Tanya gua setelah berbalik menghadap Martin.

    "Kamar mu di atas, sebelah kiri." Ujar Martin seraya menujuk sebuah pintu."Dan jika ada apa-apa, aku di kamar bawah!" Lanjutnya lagi seraya menujuk pintu kamar satunya.

    "Okey gua mau langsung tidur," kata gua setelah mengerti dengan penjelasanya. Gua beranjak langsung menuju kamar yang di maksud Martin. Setelah membuka pintu kamar, gua langsung meletakan tas yang gua bawa di samping kasur, dan gua tanpa aba-aba langsung menghempaskan tubuh di kasur. Ahhhh....Rasanya sangat nyaman, dari pada harus tidur seharian di dalam mobil. Itu sangat menyiksa.

    Dan tanpa gua sadari, mata gua sudah terpejam. Gua tertidur sangat-sangat-sangat pulas.

    ***

    'KRINGG!!! KRINGG!!'

    'KRINGG!! KRINGG!!"

    Oh shit, mata gua lantas terbuka setelah mendengar suara jam yang telah gua atur sendiri alarmnya. Perasaan baru satu detik yang lalu gua tertidur, sekarang sudah terbit matahari. Begitu cepatkah waktu berjalan.

    Gua menghela nafas.....yeah gua akan mendapat suasana sekolah baru, alam dan lingkungan sekolah baru lagi. Ini bukan hal yang tidak biasa, gua sudah melakukannya ratusan kali. Dan semuanya berakhir dengan sendirinya, tanpa kenangan. Huftt....

    "Joe, biasakah kau mematikan Alarmnya!!" Tiba-tiba Martin teriak dari bawah, gua lantas terbangun dari lamunan gua.

    "Yeahhh!!" Jawab gua setengah berteriak, lalu mengambil jamnya untuk di matikan suara berisiknya itu. Setelah mematikan suara Alarm, gua menuju kamar mandi. Sepertinya dengan mandi pagi, dapat membuat tubuh gua lebih bersemangat. Gua mandi dengan sangat fokus, entah karna terlalu senang atau memang sangat menikmati mandi pagi, yang jelas hingga sekitar 10 menit kemudian barulah gua keluar dari kamar mandi.

    Setelah mengeringkan tubuh dengan handuk, lantas gua mengambil beberapa pakaian SMA lalu mengenakanya. Pakaian yang berasal dari sekolah gua sebelumnya, semoga saja di sekolah baru ini gua bisa lebih lama dari pada sebelumnya.

    Okey... gua selesai mengenakan seragam lengkap dengan tas, lalu gua beranjak kebawah menuju dapur, untuk mendapatkan sarapan pagi. Setelah di dapur, Martin langsung natap gua kaget, aneh dan penasaran. Entahlah?

    "Kau ingin bersekolah? Kau tidak bosan?" Ucap Martin sambil meletakan roti panggangnya di meja, matanya menatap gua intens.

    "Gua harus punya teman berbicara, gua makhluk sosial!" Jawab gua, lalu duduk ikut menyantap roti panggang di atas meja.

    "Kau bisa ngobrol dengan ku!!"

    "Are you kidding?" Tanya gua memastikan, apa ngobrol dengannya? Bukanya sama saja gua seperti mengobrol dengan kucing.

    "Okey, terserah mu. Tapi aku mau tanya, kau pikir mudah masuk sekolah begitu saja?"

    "Hahaha....," gua lantas merogoh tas gua, lalu memberikan beberapa dokumen.

    "Apa ini?" Tanya Martin heran.

    "Ijasah, SKHU, rapor, akta kelahiran dan kartu keluarga!!" Jelas gua seraya mengunyah roti panggang yang terlihat enak ini.

    "Bagaimana kau mendapatkan semua ini?" Tanya Martin dengan raut wajah antara heran, tidak percaya dan takjub.

    "Bukan hanya lo yang bisa memalsukan dokumen, gua juga bisa!" Jawab gua santai.

    "Terus apa lagi?"

    "Beberapa kartu penduduk, dokument pemalsuan penduduk tetap, dan uang tunai." Jelas gu lagi, dan kini roti gua sudah habis.

    "Baravo!! Di mana kau mendapatkan uang tunai?" Martin bertepuk tangan melihat gua. Ada yang salah?

    "Gua membobolnya dari bank, kenapa?"

    "Nothing!!" Ujarnya lalu melanjutkan makan.

    "Okey..gua mau pergi dulu!" Gua lantas berdiri lalu beranjak menuju luar.

    "Wait...," Suara Martin menghentikan langkah gua." Hati-hati, ingat apa yang aku selalu kasih tau!!"

    "Gua bisa jaga diri, tenang saja."

    "I just..just khawatir dengan mu!" Lanjutnya lagi.

    "Tenang, lo bisa telpon gua. Kalau gua gak mengangkatnya, berarti gua dalam masalah..okey!! See you!!" Jelas gua lalu beranjak pergi meninggalkan kawasan rumah yang kami huni. Gua gak ingin obrolan ini terus berlanjut.

    "I love you!!" Ucap Martin setengah berteriak.

    "Love you to!!" Balas gua dari kejauhan.

    Gua berjalan dari rumah menuju perkotaan, tak lama. Karna jarak rumah yang kami huni tidak terlalu jauh dengan perkotaan. Cukup 15 menit, gua sudah sampai di pinggir kota, menunggu bus jemputan sekolah datang. Beberapa saat kemudian bus berhenti, beberapa orang masuk termasuk gua. Setelah menemukan bangku kosong, gua akhirnya duduk. Bus berjalan, beberapa siswa sibuk dengan urusanya masing-masing, dan gua juga.

    20 menit kemudian, bus berhenti dan seluruh siswa keluar dari bus. Sepertinya sudah sampai di sekolah, wow gua bakal dapat suasana baru. Sepertinya gua harus pandai berbaur dan menikmatinya.

    Setelah gua keluar, gua sudah di sambut dengan ribuan siswa yang berlalu lalang di aula sekolah. Gua lantas langsung menuju kantor kepala sekolah, untuk mengurus surat pindah sekolah yang gua buat sendiri.

    "Ini bu, surat pindah dari sekolah asal!" Ucap gua seraya memberikan semua dokumen ke seorang guru. Berperawakan agak gendut, dengan kacamata yang agak mencolok.

    "Adik tunggu dulu, silahkan duduk." Ucap bu Matiana, gua tau setalah membaca nama yang bertuliskan di baju bahunya.

    Gua duduk sambil menunggu ibu Matiana memeriksa semua dokumen, duduk manis sambil menunggu, semoga saja dia tidak curiga.

    Perlahan samar-samar terdengar suara seseorang dari ruangan sebelah, karna memang bersebelahan. Kalau tidak salah percakapan yang gua dengar seperti ini ;

    "Kenapa kamu tidak menulis sesuatu yang bermanfaat saja!!" Ucap seorang kakek dengan nada agak beremosi.

    "Ini saya pak, dengan gaya saya."

    "Ini sampah, ini bukan seperti kamu yang biasanya. Aku maafkan kali ini, besok jika masih terulang maaf, aku tidak akan memberikan toleransi lahi."

    "Iya pak!" Jawab laki-laki itu dengan nada agak lirih.

    "Heyy!!" Tiba-tiba suara ibu Matiana mengagetkan gua, sial.

    "Iya bu," kata gua beranjak dari kursi menuju ibu matiana.

    "Joenathan ya?" Tanyanya.

    "Iya bu,"

    "Okeyy....kamu di ruang, 11 f." Katanya seraya memberikan selembar kertas. Dan tiba-tiba juga seorang pria keluar dari ruang yang sempat gua kuping tadi, dia tampan. Putih, matanya coklat dengan alis yang tebal, bibirnya merah dan rambutnya hitam kecoklatan dan tubuhnya betul-betul terbentuk, setara mungkin dengan gua

    "John!! Bisa antarkan teman baru ini ke kelasnya!" Kata Ibu Matiana memanggil pria itu, ohh jadi namanya john.

    "Okey..ayoo," katanya melirik gua sebentar, gua lantas beranjak mengikuti dia dari belakang. Dia sangat tampan dan cool, betul-betul macho.

    "Bagai mana dengan tulisan sampah? Apa lo seorang penulis di sini?" Tanya gua mencoba bersahabat.

    "Lo nguping ya?" Tanyanya, masih berjalan.

    " bukan bermaksud, tapi..."

    "Yaa memang sekolah inilah sampahnya," jawabnya lalu berhenti berjalan." Itu ruang kelas lo," lanjutnya sambil menunjuk ke arah pintu.

    "Ohh..thanks!!" Jawab gua.

    "Umm...."

    "Ohh..sorry Joenathan," gua mengulurkan tangan.

    "John andersen," dia lantas menyambut tangan gua." Okey, gua kelas dulu bye!!" Katanya seraya beranjak ninggalin gua. Perlahan gua lihat bayangannya pun menghilang, ahh...menyenangkan.

    Baru saja gua hendak menuju kelas, sudah di halangi oleh segerombolan geng. Siapa mereka?

    "Hey man!! Baru di sini?" Tanya seorang laki-laki, sepertinya bosnya."lo berasal dari mana?"

    "Gua dari singapura," Jawab gua.

    "Gua Wilbert," katanya mengulurkan tangan. Gua menyambut tangannya.

    "Joenathan,"

    "Wow, pernah main bola?"

    "No,"

    "Tenis, bulu tangkis, atau basket?"

    "Tidak juga,"

    "Okey, haha itu menakjubkan haha," katanya sambil tertawa bersama anggota gengnya, dia tertawa meremehkan. Asal dia tau saja, gua bisa mematahkan tulang lengan mereka semua dengan mudah. "Kalau lo dalam masalah, minta bantuan saja dengan kami. Kami akan melindungi!" Lanjutnya lalu meninggalkan gua.

    'BRUGGG!!' Tak berapa lama mereka manjauh Seseorang terjatuh di tabrak dengan sengaja, oleh anggota geng itu. Jahat!! Dia pikir dia bos?
    Setelah mereka menjauh gua menghampiri pria yang di tabrak oleh Anggota geng Wilbert tadi.

    "Are you okeyy?" Gua membantu mengangkat beberapa buku yang berserakan. Hey? Wajahnya manis dan terlihat cute, tidak terlalu tinggi, putih dengan potongan rambut cute.

    "Thanks!" Ucapnya setelah semua buku terkumpul, gua menyerahkannya.

    "Mereka....," tanya gua menggantung.

    "Mereka anggotan gang Wilbert, anak pemilik sekolah ini." Jelasnya."Permisi!" Lanjutnya lagi meninggalkan gua, padahal belum sempat berkenalaan.

    Tak berapa lama, bel sekolahpun berbunyi. Tanda gua harus masuk kekelas segera.
    Setelah gua masuk kelas, gua duduk paling belakang.

    "Pagi semua!" Sapa seorang guru yang berperawakan agak kurus, wanita."Kita kedatangan siswa baru, Joenathan. Silahkan berdiri, perkenalkan dirimu." Lanjut ibu itu, lantas saja seluruh sorot mata memperhatikan gua.

    Gua bediri." Perkenalkan gua Joenathan!"

    "Hanya itu? Setiap orang punya hal berkesan, coba bisa di ceritakan?" Kata ibu itu lagi, sial!!

    "I dont have, ada yang ingin di tanyakan?" Kata gua basa-basi ke seluruh siswa.

    "Lo selalu menggunakan tas itu? Di mana kau membelinya!!" Celetuk salah seorang siswa, yang membuat siswa lainnya tertawa terbahak-bahak.

    "Okeyy..." gua mencoba membuat mereka tenang, tetapi mereka tetap saja tertawa.

    "PLEASE LISTEN ME!!" Ucap gua agak berteriak, gua menghela nafas."Biar gua perjelas, gua dan kakak gua selalu pindah-pindah-dan pindah! Kalian jangan repot-repot mengingat nama gua, gua pun gak akan susah payah mengingat nama kalian semua. Karna gua gak bakalan akan mengingatnya lama. Gua juga gak akan bertanya Bbm mu, facebook mu, twitter mu, atau email mu, karna gua gak punya samua itu. Percayalah, gua tau yang akan kalian lakukan setelah ini, karna gua sudah pernah mengalaminya, jauh dari ini...jadi jangan khawatir, aku gak akan dendam dengan kalian, karna gua sudah terbiasa dengan ini!! Okeyy... Thanks!"

    Semua siswa diam."Terima kasih Joenathan!" Kata ibu itu tersenyum ke arah gua." Mengesankan, silahkan duduk."

    Bersambung.....

    Mohon kritik dan LIKENYA juga...
  • Ini seperti film hollywood lupa judulnya antara number four, sama satu lagi horor yang tokoh utamanya cewek.. Yang ibunya disndera di kota setan, dialognya ada yang sama.. Lanjut ding :)
  • edited July 2014
    Seperti penggabungan dua film itu.. Ia gak TS?
    :)
  • yup, jadi jangan terkejut jika ada 5 jenis film lagi saya gabung jadi satu @farizpratama7
  • bagus ceritanya, aku suka...! maaf ts saya jarang nonton film jadi engga bisa nebak-nebak...
  • betul..tp usul nih kl mmg setting di indonesia akan lebih membumi kalo dialog dan hal2 yg juga berbau indonesia.. [IMG]http://eemoticons.net/Upload/Yoyo and Cici Funny Monkey/81.gif[/IMG] jadi tidak terkesan translate
  • edited July 2014
    memang bener untuk chapter pertama seperti film I am Number Four. Yang membedakan tidak ada anjing di rumah baru, tokoh John Andersen di filmnya kan seorang perempuan.
    Jadi penasaran dengan lanjutannya
  • Im number four sama silent hill..
  • Absen, belum bisa komen :D
  • edited July 2014
    LANJUT....


    Sekitar pukul setengah tiga gua sampai di rumah, setelah masuk gua lihat Martin tidak ada. Heh! Kemana lagi makhluk itu.

    Lantas gua melemparkan tas gua sejauh yang gua bisa, sumpah hari ini adalah hari yang menjijikan. Bagaimana bisa? Sekolah yang gua tempati adalah sekolah hina dan nista. Bukan hanya sekolah yang gua tempati saja, tapi kelas beserta gurunya pun begitu. Sebuah aturan dan tradisi yang membuat gua muak ; setiap kelas A selalu mendapatkan fasilitas terbaik, dan kelas B sampai F akan mendapat fasilitas semakin berkurang. Kalian tau gua kelas berapa? Kelas F, bahkan untuk dari sekian kelas, itulah kelas terburuk, siswa terburuk, wali kelas terburuk dan tak lengkap jika tidak dengan fasilitas yang buruk.

    Ahh...perut gua laper, makanan ada gak ya. Gua beranjak berdiri menuju dapur, gua lihat di lemari ada mie instan. Lumayan, buat pengganjal perut, nungguin Martin pulang.

    'Drettt...drettt.." Hp yang gua letakan di kantong celana belakang tiba-tiba bergetar, pasti Martin. Lantas gua rogoh Hp gua itu di kantong celana , gua lihat ke arah layar. Daam!! Gua betul, ini Martin.

    "Kemana? Gua lapar." Ucap gua setelah mengangkat telepon.

    "Mie instan di lemari, Atm serta uang tunai ku letakan di atas meja kecil di samping kamar mu!!" Tunggu dulu? Maksud perkataannya apa.

    "Ini maksudnya apa? Uang tunai? ATM?"

    "Aku tau kau sudah dewasa, kau sudah bisa membuat dokument palsu, membobol bank, membobol pertahanan akun internet. Aku tau kau sehebat ayahmu, dan..."

    "STOPP!!" ucap gua setengah berteriak."Lo mau ninggalin gua?"

    "Memang seharusnya begitu, kau akan semakin hebat dengan hidup sendiri. Ingat, keluarga Antonius adalah pembunuh serta penjahat terhebat yang sudah mulai di lupakan, jadi manfaatkan lah itu!!" Jelas Martin ke gua. SHIT! kenapa tiba-tiba seperti ini? Gua? Gua? Gua belum bisa hidup sendiri, rasanya seluruh tubuh ini lemas mendengar semua itu.

    "Okey, sekarang lo dimana?" Gua menghela nafas, mungkin memang takdir."lo seenaknya aja ninggalin gua? Emang lo siapa? Asal lo tau aja, gua juga bisa hidup TANPA LO!!" gua berteriak sekeras mungkin, Hp gua terlempar sejauh mungkin hingga hancur terhambur berai.

    Shit!! Sekarang gua tinggal sendiri, sekarang gua harus bisa menghidupi diri sendiri. Okeyy lo bangsat Martin!! Gua bersumpah lo nyesal ninggalin gua kaya gini!! Fucking!!

    Gua berjalan kembali ke ruang tamu, bernafass...bernafas....Perlahan gua berebahkan tubuh gua di sofa, manarik nafas lalu hembuskan....gua lakukan terus menerus, sampai akhirnya pandangan gua terasa gelap...suramm dan gua tertidur.

    ***

    'BRUGGG!!'

    "Awww!!!" Gua menjerit, gua lihat ke sekeliling.'Sudah gelap? Martin belum pulang?' Lanjut gua bergumam dalam hati. Apakah benar kalau Martin memang benar-benar ninggalin gua, huft...gua merasa ini terlalu cepat, bahkan untuk sebuah cerita pendekpun sangat cepat.

    Gua berdiri membenarkan posisi duduk, setelah sebelumnya tadi gua terjatuh hingga membentur lantai.

    'Grrrkk...grrkkk' ahh....perut gua tiba-tiba bunyi kaya anjing polisi, busett gua lupa dari siang gua gak makan-makan. Untung gua gak mati, kalau mati siapa yang ngubur.

    Lalu gua dengan energi yang seadanya, beranjak berdiri menuju kamar untuk mandi. Di kamar gua melepas pakaian gua satu persatu, hingga seluruh badan gua telanjang bulat alias bugil. Setelah itu barulah gua membawa handuk menuju kamar mandi untuk mandi. Gua nyalakan air keran untuk mengisi bathup, rasanya gua mau berendam supaya pikiran gua agak lebih tenang.

    30 menit berlalu, gua sudah selesai mandi. Gua keluar dengan menggunakan handuk yang melingkar di pinggang, hal pertama yang gua lakukan adalah mencari CD di lemari. Setelah itu gua mencari baju dan celana. Selesai, gua langsung mengenakan semua pakaian yang gua pilih tadi.

    Gua duduk di kasur sambil memikirkan Martin, maksud dia apa? Ninggalin gua? Ini sangat tiba-tiba, gua masih gak percaya dia begitu saja ninggalin gua. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Gua yakin ada masalah yang dia sembunyikan...

    'Grrkkk...grkk!' Shit!! Perut gua bunyi lagi, sepertinya ini cacing harus di kasih makan segera. Gua melirik ke arah meja kecil di samping gua, Atm dan uang tunai. Gua mengehela nafas beberapa saat, lalu mengambil kedua benda itu untuk di masukan ke dalam kantong. Setelah itu gua berdiri untuk beranjak menuju luar, sebelum keluar dari rumah gua melewati ruang tamu, hmm...biasanya Martin duduk di sini.

    Setelah keluar dari rumah, gua berjalan kaki menuju mini market terdekat. Tak lama buat gua menuju mini market tersebut, mungkin karna jaraknya terbilang cukup dekat.

    "Heyy Joe!" Seru seseorang memanggil gua, padahal baru aja gua masuk ke dalam mini market. Dia lari-lari kecil menuju gua. Siapa ini?

    "Hayy," Jawab gua agak bingung, setelah dia sampai di hadapan gua. Dia siapa? Gua gak kenal, tapi kenapa dia sok kenal.

    "Lo temennya Brian ya?" Tanyanya lagi yang membuat gua bingung. Siapa Brian? Ini kuntil berasal dari mana sih?

    "Brian? Siapa?"

    "Lo gak kenal?" Wanita itu mikir-mikir."Padahal dia nafsu banget nyeritain tentang lo, udah kaya emak-emak PKK nemu emas!" Lanjutnya menjelaskan nyerocos kaya bebek peternakan.

    "Gak tuhh! Sorry ya, gua lagi sibuk." Ucap gua seraya berbalik untuk masuk menuju mini market, ehh dia malah narik tangan gua. Kenapa lagi sih!!

    "Sorry, gua Melly," ucapnya mengulurkan tangan. Gua menatap dia sebentar, lalu gua menyambut tangannya.

    "Joenathan," Jawab gua." Udah ya, gua mau beli sesuatu dulu." Kata gua menjelaskan, lalu beranjak masuk ke Mini market.

    "Okeyy..."serunya dari luar. Huftt..mimpi apa gua kemaren sampai nemu makhluk goib kaya gitu.
  • lanjuutt..aku mnt mention ya mass :)
Sign In or Register to comment.