It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
maksih bro!
Kami telah sampai dirumahnya
Rumahnya rifal besar dan asri, aku dan Rifal melewati pagar rumahnya kemudian aku dapat melihat halaman rumahnya yang luas dan ditumbuhi berbagi jenis tanaman.
Udara disekitar rumahnya sangat sejuk
Kemudian kami masuk ke dalam rumahnya, aku duduk di atas sofa ruang tamu ketika rifal menyuruhku menunggunya ganti baju
Oh sial, aku lupa aku belum bilang nenekku kalau aku tidak langsung pulang !
Kayaknya aku pulang dulu aja deh, soalnya nenekku itu galak nanti aku bisa dimarahi
"lho siapa ini ? " ujar seorang wanita yang kuduga adalah mamanya rifal, wanita itu berperawakan kecil dan berambut lurus panjang, kulitnya kuning langsat dan wajahnya ramah tersenyum padaku
" aku temannya rifal tante" terangku balas tersenyum
Kemudian kami terlibat perbincangan yang seperti pada umumnya. Mamanya rifal ramah sekali, dia selalu tersenyum
Mamanya rifal menyuruhku dan rifal makan bersama, aku tak bisa menolaknya karena aku memang sudah lapar
Waw makanannya banyak betul dan enak enak, mamanya rifal pintar sekali memasak, makanannya enak sekali, belum pernah aku makan makanan yang enak begini. mamaku tak bisa masak dan nenek keseringan beli lauk matang
Aku makan dengan lahap tanpa malu malu, rifal sampai terbengong bengong melihatku, sedang mamanya hanya senyum senyum, dia menyuruhku untuk nambah, akhirnya aku nambah juga tanpa diminta dua kali, Rifal juga ikut nambah, kata mamanya, rifal makannya susah, makanya dia heran melihat Rifal yang ikutan nambah. Masa sih? Tiap hari disuguhi makanan enak begini malah tak suka
Tapi badannya Rifal tidak kurus kok,malah aku yang kelihatan lebih kecil
Setelah makan bersama aku berpamitan pada mamanya untuk segera pulang karena belum bilang nenek, hee agak tidak enak juga sih.. Masa habis makan langsung mau pulang, seperti hanya numpang makan saja
Rifal mengantarku pulang sampai kerumah nenekku, sekalian mau main juga katanya
Aku buru buru ganti baju dan berpamitan pada nenekku untuk main lagi bersama Rifal
Kami akan pergi kelapangan basket yang di belakang kejaksaan, mau main sepatu roda. Padahal aku sudah bilang kalau aku tak bisa main sepatu roda tapi rifal terus memaksa dan berjanji akan mengajariku sampai bisa dan menjadi atlet sepatu roda. Lebay betul...
******
Rifal memegangi tanganku dengan hati hati, aku masih canggung pakai sepatu roda ini. Kakiku masih tak mau menurut padahal aku sudah jatuh beberapa kali
Rifal tidak menyerah untuk terus mengajariku, yang membuat aku malu adalah saat tadi aku akan jatuh untuk yang ke 9 kalinya Rifal menarikku kedepan dan akhirnya aku jatuh menimpa tubuhnya. Wajahku merah sekali saking malunya. Tapi Rifal terlihat biasa saja. Dia bilang dibelakangku ada pup anjing makanya dia menarikku
Sampai akhir latihannya pun aku tetap tak bisa main sepatu roda, akhirnya Rifal menyerahkan dan bermain sendiri menyusuri lapangan, wajahnya jengkel sekali, mungkin dia sebal padaku karena diajari tidak bisa bisa
Huh...kan tadi aku sudah bilang
Akhirnya kami pulang setelah agak lamaan, aku hanya duduk bengong meihatnya bermain sendirian sejak tadi dan memang sudah jenuh
Kamipun berpamitan, kemudian pulang kerumah masing masing
Aku rasa Rifal marah padaku, yah...seprtinya memang begitu, ya sudahlah, lagian aku tak terlalu butuh juga berteman dengannya
Ku kayuh sepedaku hati hati, karena saat bokongku menyentuh jok sepeda serasa agak gimana gitu...
Mataku menyipit melihat dua sosok beberapa meter di depanku sedang berbincang bincang
Rifal dan Arif
Huh, jadi malas aku pergi ke sekolah, aku lupa kalau mereka telah duluan berteman
Ku kayuh sepedaku secepat mungkin melewati mereka berdua
Shurr
Ketika aku benar benar melewati mereka, Arif memanggilku
"Frans!" ujarnya, sedang Rifal hanya diam seperti tak peduli. Ntah mengapa dari lubuk hatiku yang paling dalam aku ingin Rifal yang memanggilku tadi..
Aku membalas sapaan Arif dengan tersenyum tanpa melihat Rifal dan tetap melanjutkan kayuhan sepedaku lagi
Di kelas seperti biasa juga ada anak yang menangis akibat ulah Rifal
Dasar Rifal tidak dimana mana sikapnya selalu seenaknya
Arif juga, dia kan orang terdekatnya Rifal, dia juga baik sekali orangnya. Tapi kenapa dia tidak melarangnya berbuat jahat. Malah terkesan tidak peduli begitu
Saat itu ada fian anak tionghoa itu akan menjadi korban kenakalan Rifal selanjutnya, si fian itu memang bodoh dan bergaya seprti pahlawan tanpa memikirkn konsekuensi yang akan terjadi pada dirinya sendiri
Sekarang yang terjadi adalah Rifal yang sedang merengut kerahnya dan bersiap melayangkan bogem mentah ke wajah fian
Tepat sebelum bogem itu mendarat diwajah fian, aku sudah memegangi tangan Rifal dari belakang, huuf....ternyata aku tidak ada bedanya dari fian...bodoh dan belaga pahlawan
Sekarang apa yang akan aku lakukan selanjutnya ? Berharap ada orang yang menyelematkanku ?
Rifal menatapku dengan wajah bengis, tapi dia tidak mengatakan apapun, hanya mendorongku pelan dan pergi begitu saja.
Aku hanya terbengong dengan beberapa anak yang memberi ucapan selamat padaku
Sepanjang hari Rifal hanya diam di dalam kelas, jujur aku penasaran dengan anak itu, kadang pergerakannya tak dapat di duga duga, sesekali aku mencuri padang padanya...
Saat itu ada Arif yang menghampirinya, membawa berbagai macam makanan, dan meletakannya didepan meja Rifal, mereka terlibat perbincangan dan aku dapat menangkap perubahan pada raut wajah Rifal. Dia tersenyum...Rifal tersenyum pada Arif, senyuman yang sama yang pernah ditunjukannya padaku. Entah mengapa saat itu tubuhku panas dan timbul perasaan kesal yang tak dapat dilukiskan
Tubuhku bergerak sendiri menghampiri mereka tanpa ragu
"boleh aku ikut ?" tanyaku ketika sudah berada di hadapan mereka berdua
" tentu saja Frans " kata Arif, Rifal hanya diam dan membuang muka
Aku dapat merasakan kecanggungan diantara kami, tak ada pembicaraan apapun.
Hingga akhirnya mulutkulah yang lebih dulu terbuka
"apa kau marah padaku Fal ?" ujarku memecah suasana.
Rifal menatapku, begitu juga Arif
"ku kira... Kau yang marah padaku.." ucapnya hati hati, entah mengapa wajahku merona saat ia katakan itu, dan seperti ada ratusan kupu kupu dalam perutku yang membuatku ingin terbang, jadi dia peduli padaku ?
"tentu saja tidak!" kataku seraya memeluknya tanpa sadar dan tiba tiba Arif langsung berdiri darikursinya dan menarikku kencang sekali hingga aku jatuh tersungkur ke lantai yang keras
Wajah Arif memerah dan terlihat marah
"Rif !" ujar Rifal sambil menatap Arif
"APA !!" balas Arif dengan membentak
Aku hanya melamun sambil menatap mereka berdua
iya... bru dilnjtn
maaf jika mengecewakan
mksh. tp gaya ceritaku suka berbda2
ok
deg2an endingnya.. >.<