Ini cerita pertama yang ane buat
Sebelumnya juga ane kaga pernah buat cerita bergenre Romance
Pertama ane mau buat Summary nya dulu
***
Termenung.
Untuk kesekian kalinya aku termenung di tempat ini. Memikirkan apa yang terjadi jika Nino —sahabatku—tau kalau ternyata sahabatnya ternyata seorang Gay. Dia pasti langsung menjauhi dan menghinaku. Aku juga mencintai kakak senior ku. Tapi yang aku tau dia mencintai sahabatku sendiri. Aku tau itu karena tatapan nya berbeda dengan tatapan yang dia berikan kepada yang lainnya. Walaupun aku tidak terlalu takut untuk hal itu, karena aku tau kalau Nino itu straight. Aku hanya takut jika dia akan terluka jika tau kalau cintanya bertepuk sebelah tangan. Sama dengan ku.
Untuk cerita pertama minta kritik tentang tulisannya please xD
Comments
Mention ya klo update
Ini bakalan happy ending kok
ane juga paling nyesek kalo Sad ending -_-
cuma jalan cerita nya aja yang agak mellow
Belum bisa kasih saran n kritik masih awal n terlalu dikit
@3ll0
@Gabriel_Valiant
@alvaredza
@d_cetya
"Rio!"
Refleks aku menengok ke arah orang yang memanggil namaku itu.
"Lagi ngapain? kok ngelamun?" tanya nya yang disertai senyum manis seperti biasanya.
Aku hanya terseyum ketika melihat wajahnya itu. Wajah yang sempurna untuk orang yang sempurna juga. Apalagi kalau dia tersenyum, senyumnya seperti cahaya matahari di pagi hari yang membuat orang disekitar nya makin memuja wajahnya. Ditambah lagi sifatnya yang selalu baik kepada orang lain. Siapa yang tidak tertarik untuk menyukai sosoknya? Siapapun—laki-laki atau perempuan— pasti akan tertarik terhadapnya.
"RIO!!" serunya kencang.
"Ya?" sambut ku, ku kerjapkan mataku beberapa kali.
"Kamu denger ga sih tadi aku ngomong?" serunya lagi. Bibirnya sengaja dimonyongkan, tanda dia sok ngambek.
"Engga. sorry emang nya tadi ngomong apa?" jawabku sambil nyengir tak berdosa.
Dia menghela nafas sesaat.
"Tadi-aku-bilang-kamu-lagi-ngapain-disini? Kenapa-ngelamun?" Bibir nya bergerak lambat dan penuh jeda ketika bertanya. Nada nya seperti seorang kakak yang bertanya pada adiknya yang berusia lima tahun.
Ugh! Dia pikir aku anak kecil apa! Sehingga dia bertanya dengan nada seperti itu? Aku tau dia sudah menganggap ku sebagai adik nya. Walaupun kita lahir hanya berselang satu hari saja. Menyebalkan bukan?
Biar kujelaskan tentang dia dan bagaimana dia bisa mengenalku. Namanya Nino, awal kita bertemu itu pada saat kita akan masuk SD. Sudah lama bukan? Waktu itu aku sangat takut untuk masuk kelas di hari pertama sekolah ku. Alasannya karena orang-orang sering menceritakan hal-hal buruk yang terdapat di sekolah. Seperti guru yang galak, teman akan mengajak berkelahi, kakak kelas yang akan memalak mu, dan yang lainnya. Namun, pada saat aku bersembunyi dibalik Mama ku, ada seorang anak yang mengajak ku untuk masuk masuk kelas. Awalnya aku bimbang, Antara mau masuk atau tetap berada dibalik mama ku. Tapi pada saat dia tersenyum, ketakutan ku pada sekolah hilang sudah. Ajaib bukan?
Hubungan kami pun semakin dekat. Dari awalnya teman menjadi sahabat. Kami akan selalu membantu satu sama lain jika terjadi masalah. Kami pun sudah berjanji akan masuk SMP dan SMA yang sama pula agar kami akan selalu berhubungan satu sama lain.
Pada saat SMP, keberuntungan masih menyertai kami karena kita dapat satu kelas yang sama. Pada saat itu pula dia semakin populer dikalangan murid. Setidaknya, pasti ada orang yang menyatakan cinta—dari laki-laki maupun perempuan—untuknya—dia yang menceritakannya padaku. Walaupun aku tau kalau dia pasti akan menolaknya dengan alasan 'Ingin berlajar serius dulu'. Alasan klise bukan? Aku juga tidak tau alasan pasti nya dia tidak menerima perasaan orang yang menebaknya. Mungkin dia punya alasan tersendiri. Aku tidak mau mempertanyakannya. Kalau untukku? Syukurlah karena masih ada yang tertarik dengan ku.
Pada saat SMP inilah aku menyadari Orientasi Seksualku. Aku tidak tertarik dengan yang namanya kaum Hawa. Aku hanya tertarik dengan kaum sesamaku yaitu kaum Adam. Dan aku tau kalau Nino tau dia pasti akan segera menjauhi dan membenciku. Itulah alasan kenapa aku tidak mau membicarakan hal ini padanya.
Tapi pada saat SMA. Sayang nya keberuntungan sepertinya menjauh. Karena sekarang kami berbeda kelas. Tapi kami tidak mempermasalahkannya karena masih bisa bertemu pada saat istirahat ataupun saat pulang sekolah.
Dan sampai sekarang dia masih belum tau Orientasi Seksual ku. Entah kapan aku akan memberi tau nya. Aku tidak mau dia tau karena kecerobohanku.
"RIIOOO!!!" Teriaknya disamping telingaku
Aku hanya bisa terkaget-kaget di tempat ku. Kulihat dia sedang menunjukan ekspresi marahnya—walaupun aku tau hanya akting. Aku hanya bisa mengeluarkan ekspresi nyengir tak berdosa padanya.
"Engga ngelamunin apa-apa kok" jawab ku sekenanya.
Dia menghela nafasnya—lagi. Dia sudah tau kalau harus banyak bersabar jika berhadapan denganku.
"Ke Cafe yuk!" Ajaknya ceria. Mood nya sudah berbeda dengan yang tadi.
Di sekolahku memang ada Cafe didalamnya. yang dijualnya pun lengkap—dari berbagai snack sampai makanan berat.
"Ayuk" Jawabku sambil menarik lengannya.
Diperjalan ke Cafe, kami hanya membahas tentang pelajaran yang baru diselesaikan. Kadang kami memang membicarakan tentang hal tersebut sesekali. Mungkin itu juga yang membuat kami selalu mendapat ranking pertama dikelas masing-masing.
Tepat sesudah masuk ke Cafe. aku dikejutkan dengan salah satu orang di dalamnya. Dia. Ya, orang yang aku cintai. Yang sedang melihat Nino dengan tatapan penuh cintanya.
***
Eh, Bersambung dulu dah. Haq haq haq :P
selebihnya biar yg lain yg lebih ngerti aja yg ngeritik, karna aku bingung yg mau ngejelasin
semangat ya buat lanjutannya
@d_cetya nulis nya keburu buru
di HP pula -_- jadi agak ribet
Udah agak dibenerin kok ^^
Tebak aje gendernya