It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Gak ada penggambaran fisik karakternya ya?Rio n Nino seperti apa?
Dari 3 orang itu. Walaupun ane kaga pinter menggambarkan Fisik orang. Tapi bakalan ane coba
tx
izin mention yaa.
horee bakalan hepi end...... saya jg dimention yaa
@3ll0
@Gabriel_Valiant
@alvaredza
@d_cetya
@animan
@raharja
@Beepe
@bladex
@Wook15
@trio_shfly17
@blackshappire
Maaf masih banyak kekurangan O:-)
Minta komentar nya mastah
"Kamu mau pesen apa?" tanya Nino yang sudah duduk santai di tempatnya.
"Orang Juice aja"
"Makanannya?" tanya Nino lagi.
"Udah itu aja" jawab ku balik.
Nino mengerut kan dahinya.
"Tumben. Biasanya jam segini kamu lagi laper-lapernya"
"Ga tau" jawabku sambil menaikan pundak. Aku tidak tau kenapa sejak melihat dia melirik Nino nafsu makanku langsung hilang. Aku terlalu memikirkan hal ini.
Biar kujelaskan siapa dia ini.
Namanya Fabian. Aku tidak tau kenapa aku bisa jatuh hati pada orang ini. Apakah karena fisiknya? Mungkin. Dia tampan—menurutku. Dengan mata yang tajam dan alis tebal nya dia dapat membuat para gadis disekitar nya menghirup nafas dalam-dalam. Apalagi jika dia melihat seseorang dengan begitu dalam—seperti yang sering dilakukan nya kepada Nino— pasti akan membuat orang menjadi salah tingkah. Hidung nya pas. Tidak mancung, tidak juga pesek. Juga bibir nya. Bibir tipis yang membuat wajah nya sempurna. Sayang nya dia jarang—atau tidak pernah—tersenyum. Tapi aku tau jika dia tersenyum wajahnya akan seperti angin di musim panas. Yang akan selalu menyejuk kan hati seseorang. Wajah yang tampan itupun ditambah lagi oleh postur tubuh yang tinggi dan atletis dalam balutan kulit yang putih. Siapa yang tidak terpikat? Akupun tidak tau apa yang sebenarnya terjadi padaku. Waktu pertama kali melihatnya aku langsung tertarik padanya. Sampai sekarang pun aku masih mengaguminya. Dan juga mencintainya.
Aku bodoh bukan? Cinta pada pandangan pertama sampai seperti ini.
Setiap hari aku selalu melirik nya tanpa ada niatan untuk menyapa nya atau berkenalan dengannya. Tapi aku pikir itu cukup. Mengagumi dan mencintai nya dari jauh.
Tanpa diketahui nya.
Tapi pada saat pertama kali aku melihat nya sedang melirik Nino dengan tatapan penuh cinta nya, Tubuh langsung lemas. Tak mengira kalau dia, Orang yang selalu aku cinta—walaupun aku tau dia tidak mencintaiku—ternyata mencintai Nino. Ya, sahabat ku yang sudah ku anggap saudara sendiri.
Wajahku dan Nino terbilang hampir mirip. Bahkan tidak sedikit yang bilang kami saudara. Hanya bentuk rahang , hidung dan alis saja yang berbeda diantara kami—aku dan Nino. Mata kami sama-sama bulat. Bibir kami sama tipis nya. Tapi bedanya jika dia mempunyai Alis yang tipis, punyaku tebal. Jika dia mempunyai hidung mancung, aku tidak. Bukan berarti aku pesek ya. Hidung ku ini ukurannya pas kok. Dan satu lagi. Dia mempunyai lesung pipit. Yang dikala dia tersenyum akan membuat kadar kemanisan wajah nya bertambah.
Dan satu lagi persamaan kami. Kami sama-sama bertubuh kecil. Aku selalu kurang suka jika orang lain selalu menganggap kami orang yang harus dilindungi. Ugh! mereka terkadang menyebalkan. Kami hanya bertubuh kecil—tinggi kami mungkin sekitar 165cm. Tapi kami bukan orang yang mempunyai penyakit. Jadi, daya tubuh kami sama dengan orang sehat kebanyakan.
Walaupun banyak kesaaman diantara kami. Tapi satu yang aku tau. Fabian lebih menyukai Nino dibanding denganku.
Sampai sekarang aku tidak tau harus bagaimana. Aku bimbang. Jika aku mendekati Fabian. Nanti dia akan tau jika aku menyukainya dan pergi menjauh dariku. Dan jika aku memberi tau jika Nino itu Straight, dia pasti akan menganggapku telah mencampuri urusannya dan itu sama dengan aku bunuh diri. Tapi jika aku membantu Fabian untuk mendapatkan hati Nino, itu akan membuat ku semakin terpuruk. Membuat hati ku bertambah sakit. Melihat Fabian sedang melirik Nino dengan tatapan itu juga sudah membuat hatiku seperti ditusuk ribuan jarum yang tak kasat mata, Tapi membuat kesakitan yang begitu dalam. Apalagi jika melihat mereka sudah berpacaran. Pasti hatiku sudah hancur tidak dapat merasakan apa apa lagi.
Jadi lebih baik aku tetap untuk menjadi orang yang selalu memperhatikannya dari jauh saja.
Jika aku melihat wajahnya. Aku seperti berada dalam kedamaian. Tapi jika aku melihatnya sedang melirik Nino. Jarum-jarum itu kembali bersarang kehati ku.
Apakah aku bisa menghilangkan rasa ini untuknya?
Apakah bisa aku hidup biasa seperti dulu?
"Kok sekarang-sekarang ini kamu banyak ngelamun ya?" Tanya Nino sambil menyuap pasta kemulutnya.
"Kamu lagi sakit?" lanjutnya
"Engga kok" jawabku seadanya.
"Lagi ada masalah ya?"
"Engga" jawabku sambil tersenyum getir.
"Kalo ada masalah ceritain aja. Jangan dipendem sendiri. Kamu kan udah aku anggep saudara sendiri. Siapa tau aku bisa bantu" katanya dengan raut wajah khawatir. Setiap melihatku murung—seperti sekarang, dia pasti selalu khawatir denganku. Aku selalu bersyukur punya sahabat—ralat, saudara—seperti Nino.
"Aku engga ada masalah kok. Jadi kamu engga usah khawatir" Aku membuat wajah seceria mungkin dan tersenyum.
Nino hanya tersenyum memerkan lesung pipitnya.
Bel pun berbunyi. Tanda kalau semua murid harus memasuki kelas untuk pelajaran berikutnya.
Ketika aku berdiri dan melirik tempat Fabian tadi. Aku melihatnya. Tapi bedanya sekarang dia tidak melihat Nino lagi.
Dia melihatku.
***
To be continued.
Haq haq haq )