BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Hurt

1246

Comments

  • :(( :(( :(( :(( :(( ayo move on Rioo
  • duh itu jleb banget :(

    wew Nino setia bgt! salut!^^)b

    btw, maksud mas bukan magsud hihihi

    lanjuuuuttt><
  • Njirr.. Si nino setia nya kelewatan, gak segitunya juga kale ==a
    ato jangan2 sebenernya yg di maksu itu si................
    Ria lg broken heart neh, ampe kedenger kesini retakan hatinya *lebeh*
    lanjut! Lanjut!
  • Ada cerita bagus.....tarik @TigerGirlz
  • Tingkiyu @dafazartin disimpen dulu, bacanya entar :D
  • Sesuai dengan judulnya.. It's hurt
  • hurt, yap it's really hurt. keren. titip mention ya kak ;)
  • Minta saran.

    Mendingan buat character baru atau kaga buat selingannya si Rio? :/
  • banyak typo. maksud aja, magsud ga enak dibacanya.
    penyampaian critanya udah bagus, ga lebay ga alay.

    ga usah kebanyakan tokoh.. br awal pun.. fokusin aja dulu konfliknya ini..
    tp terserah sih, ada jg yg demen byk drama, kan katanya bukan binan kl ga drama, lol
  • —Chapter 4: Hope—

    Kenapa dengan diriku?
    Seharusnya aku tau konsekuensi jika aku memberikannya nomor Nino.
    Tapi kenapa aku terus saja menangis?

    Bodoh.

    Aku benar-benar bodoh.

    Untuk apa aku menangis hanya karena
    orang itu. Orang yang jelas-jelas tidak
    merasakan keberadaan cintaku. Tapi
    semakin aku menahannya, hatiku semakin sakit. Jarum-jarum itu sepertinya sudah mulai masuk kedalam ulu hatiku.

    Aku hanya bisa tertunduk berharap bisa
    meredakan tangis ku. Mencoba melupakan kejadian yang baru saja terjadi padaku.

    Forget it. Forget it. Forget it

    Tapi memang dasarnya aku bodoh. Aku
    malah tidak bisa melupakan kejadian itu.
    Pertama kali nya dia menyapaku dan
    langsung membuatku sakit hati—tanpa
    diketahuinya. Sepertinya itu tandanya aku harus mundur untuk berusaha
    mendapatkannya. Walaupun aku tau, aku tidak berusaha sedikitpun. Yang aku lakukan hanya berharap. Ya, harapan kosong.

    "Ekhmm..." Seseorang berdehem. Sepertinya ada orang yang ingin aku menanggapi keberadaannya.
    Aku mengusap kasar air mata dengan
    punggung tanganku sebelum melihat orang itu. Dan sedikit terheran ketika aku tau kalau orang itu adalah Fabian.

    "Kenapa nangis?" Fabian bertanya dengan raut keheranan.

    "Siapa yang nangis?"

    "Jangan bohong. Itu kenapa mata sama
    hidungnya bisa merah gitu?"

    Aku hanya diam. Aku tau jika aku selesai
    menangis hidungku akan memerah. Dan
    mungkin mataku ikut memerah karena
    terlalu sering mengucek tadi.

    "Engga kok. Oh iya, kakak mau ngapain
    kesini lagi? ada yang ketinggalan?" Aku
    berusaha mengalihkan pembicaraan. Aku
    tidak mau memberitahu kalau dia lah alasan kenapa aku menangis. Bisa-bisa itu menjadi bumerang untukku. Pasti
    menurutnya alasanku tidak logis.

    "Ehm... Boleh minta nomor handphone nya sekalian ga?" tanyanya kikuk.

    Aku membuat lengkungan tipis dibibir ku.
    "Boleh kok"
    Sepertinya aku masih punya kesempatan.
    Walaupun aku tau itu hanya sedikit.
    Sangat. Sangat sedikit.

    Fabian mengeluarkan handphone nya dan mengetikkan nomor ku saat aku mendiktenya.

    "Aku miss call dulu ya"
    Aku hanya mengangguk untuk
    menanggapinya.

    Seketika handphone ku bergetar
    menandakan nomor yang ia masukkan
    benar. "Dah ada kak"
    Aku me-reject nya dan segera
    menyimpan nomornya.

    "Namanya mau apa kak?" kataku mengulur waktu. Aku tidak mau moment berdua kita berakhir begitu saja.

    "'Kak Fabian ganteng' aja" katanya narsis diselingi tawa kecil. Aku baru tau kalau dia mempunyai tingkat kenarsisan yang tinggi.

    Aku memasang wajah horror. Dan saat itu pula Fabian tertawa lebar melihat ekspresiku.

    "Narsis amat" sungutku. "Ntar gimana kalo ada yang liat? Mereka bakal nganggep kita apa?" tambahku.

    "Hmm..."
    Dia pura-pura memasang ekspresi berpikir. Dengan jari telunjuk diketuk-ketukkan di dagu dan mata yang memandang ke atas.
    "Pacaran mungkin" ucapnya enteng.

    Kata-katanya sukses membuatku
    tersentak kaget. Kontan saja wajahku
    memanas. Bisa ku tau kalau wajahku
    sekarang memerah. Tawanya semakin lebar ketika melihatku berekspresi seperti itu.

    "Kamu itu lucu tau ga?" Pujinya sambil
    mencubit pipiku gemas.

    Ini buruk. Sepertinya wajahku kian
    memerah karena pujiannya itu.

    Tapi aku harus sadar diri mengingat kalau Fabian menyukai Nino.

    "Kak" sapaku setelah tawanya berhenti.

    "Iya?"

    "Ehmm..." aku menjadi kikuk untuk
    membicarakan hal ini. Aku seperti
    menghancurkan perasaanku sendiri untuk hal ini. Tapi aku lanjutkan saja. Mengingat aku sudah terlanjur membicarakannya.
    "Kakak sebenernya suka sama Nino ya?"

    "Eh?" Sepertinya dia terkaget-kaget
    karena aku bicara langsung to the point. Badannya menegang dan kulihat didahinya terdapat sedikit keringat—yang kuyakini itu keringat dingin. Hal yang sering terjadi jika seseorang sedang gugup.

    "Gapapa kok kak. Bicara aja. Aku juga
    sama kaya kakak kok" responku santai. "Eh?"Aku tersentak kaget karena pertanyaanku sendiri. Aduh! bisa-bisanya aku keceplosan bicara.

    Kulihat juga Fabian makin tersentak. Aku merutuki diri sendiri karena bisa-bisanya kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.

    Awkward moment pun muncul diantara kita. Kita sama-sama terdiam sampai Fabian membuka percakapan kembali setelah kondisinya sudah normal.

    "Sama gimana?" tanya nya meminta
    penjelasan.

    "Ehm... Engga kok. Lupain aja" Sumpah! aku benar-benar kikuk sekarang. Aku sudah tidak mau membicarakan hal ini lagi. Tapi dilain sisi aku sangat—amat— ingin mendengar ceritanya.

    Tapi sayangnya suara bell harus
    menginterupsi pembicaraan kami. Mau tidak mau kami harus memasuki kelas untuk memulai jam pelajaran selanjutnya.

    Saat aku memandang Fabian. Ternyata dia sudah memandangiku sebelumnya. Setelah hening beberapa saat karena aksi pandang memandang tadi, aku memutuskan untuk membuka—atau menutup—pembicaraan terlebih dahulu.

    "Ehm... Aku duluan ya kak" kataku sambil
    memasang senyum tipis.

    "Barengan aja. Kelas kita juga satu jalan kan?" Dia membalas senyumku dengan mengelus rambutku. Sesaat kemudian dia mengacak-acaknya.

    "Oke" jawabku singkat.

    Sesaat kemudian kami berjalan beriringan menuju kelas masing-masing. Tak jarang pula canda tawa menyelingi jalan kami.

    Kami berjalan berlawanan arah dikarenakan perbedaan letak kelas. Saat ditengah perjalanan, handphone ku bergetar dua kali menandakan ada yang mengirim SMS. Saat aku mengecek nama pengirimnya, refleks aku tersenyum
    melihatnya.

    From: Kak Fabian Ganteng

    Nanti malem ada acara ga?
    Kalo ga ada, Boleh ga kakak culik? :P


    Aku hanya mengetik 'boleh' untuk
    membalasnya.

    To be continued :)
  • @yuzz wrote: »
    banyak typo. maksud aja, magsud ga enak dibacanya.
    penyampaian critanya udah bagus, ga lebay ga alay.

    ga usah kebanyakan tokoh.. br awal pun.. fokusin aja dulu konfliknya ini..
    tp terserah sih, ada jg yg demen byk drama, kan katanya bukan binan kl ga drama, lol

    On di HP jadi agak susah buat benerin :((
    ngetik magsud itu dah jadi kebiasaan -_- //Brb ganti kebiasaan

    Efek penulis pemula masih banyak kekurangan :)
Sign In or Register to comment.