It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Mommy is Dolan's fifth film, and he's already working on another. He just turned 26 years old! He's also an actor. I've been wanting to see his latest acting performance in Elephant Song but haven't gotten around to it yet.
He's very confident--and so he SHOULD be. He's super talented, sharing the jury prize at Cannes last year for Mommy along with Godard's film. He's got a long career ahead of him. People said that he's Rainer Werner Fassbinder of our time. And I don't complain.
Anne Dorval's performance as the 'mommy' was terrific. The relationship between her and her difficult son (Antoine-Olivier Pilon) was highly charged yet filled with tenderness. Dolan's films are filled with life--from the high-energy performances to the high-energy soundtracks--as well as humanity. He also has a great ear for dialogue.
4/5
Semoga film ini bukan film trakhir naruto series, antiklimaks nget.
the fox exploits the tiger's might
Bahkan, saat menyaksikannya untuk yang kedua kali, saya masih saja shock, dan tak bisa berkata-kata beberapa menit setelah filmnya berakhir. Di tahun kemarin, film ini yang paling banyak membuat saya berkata 'holy shit' sepanjang penyaksiannya. 5/5
trailernya,
Don't Think I've Forgotten: Cambodia's Lost Rock & Roll (John Pirozzi, 2014, Cambodia)
Bagi mereka yang tidak familiar dg sejarah negara Kamboja, saya sarankan untuk menonton film The Killing Fields (Roland Joffé, 1984) untuk melihat gambaran kengerian rezim Pol Pot dan Khmer Merah-nya. Atau bisa juga film animasi The Missing Picture (Rithy Panh, 2014) yang efektif dalam menyajikan horor pembantaian dalam format unik dan cerdik. Bagi yang doyan baca, bisa baca buku A Cambodian Prison Portrait (Vann Nath) atau Pol Pot: Anatomy of a Nightmare (Philip Short).
Merasa terlalu ngeri untuk baca/tonton yang serius tapi penasaran dg horor macam apa yang terjadi pada masa Pol Pot? Coba film dokumenter Don't Think I've Forgotten: Cambodia's Lost Rock & Roll.
Semua tentang Kamboja selalu berakhir dengan kepedihan. Dan peringatan ini sudah saya rasakan sejak detik-detik pertama film ini. Menit-menit pertama filmnya, kita akan dibawa dalam nostalgia masa-masa keemasan musisi Kamboja era 60-80an. Muda-mudi yang memakan celana cut bray seperti di film Benjamin Sueb atau Warkop, semuanya serba penuh suasana hippie, suka cita, dan tentu saja rock and roll yang kental--yang secara mengejutkan banyak lagu-lagu rock 'n roll yang ear catching meski berbahasa Khmer.
Menit-menit sisanya, kita akan mendengar kesaksian para musisi penyintas horor rezim Khmer Merah--karena dianggap memiliki pengaruh bagi masyarakat, dg darah dingin, Pol Pot membantai para musisi, tak terkecuali penyanyi rock 'n roll. Diselipi footage-footage gemerlapnya kehidupan Phnom Penh pada masa kejayannya sebelum berubah menjadi kota hantu karena penduduknya yang menghilang meninggal karena kelaparan dan pembantaian. Ah.
Tontonlah! Tontonlah! Tontonlah! 5/5
trailernya,
Fedi
KATA HATI
Saya sebenernya tidak berniat menonton ulang film ini; saya baru saja turun gunung sehingga masih lelah, plus durasi panjang film ini bakal bikin penyaksian ulang film ini akan diisi dg kelopak mata yang terkantuk-kantuk.
Tetapi, dengan ancaman dan teror teman-teman saya untuk datang ke acara Europe on Screen, saya akhirnya menonton film ini. Dan secara mengejutkan, saya sama sekali gak ngantuk meski sudah tau ceritanya yang panjang.
Tiga jam lebih yang mengasyikan, saya benar-benar terjaga saat menyaksikan setiap momen film ini. Diskusi 'ngelantur' filmnya justru sangat saya nikmati. Saya nyaris tak berkedip dan memasang telinga supaya selalu awas. Adegan diskusi antara Aydın dan kakanya Necla, menjadi momen dialog terkeren sepanjang tahun kemarin.
Di perjalanan pulang, teman saya nyeletuk, 'kalau sudah tua nanti, kamu bakal mirip tokoh Aydın'. Errr... Saya sulit membantah. Haha.
5/5
Saw it last night at Europe on Screen.
I love the book, so I was very skeptical about this film. Especially because the book is very cartoonish. But yeah... the curiosity. I gave it a try.
The story has been explained by the tittle. And they all translate well onto film. Herngren's humor stems from letting those characters interact predictably but creatively and with perfect timing, and this movie's makers managed to closely reproduce Jonas Jonasson's genius (the author of the novel).
The Forest Gump for adult (with great and bloody sense of humor). It's funny and escapist, nothing more. 3/5
Love, love, love the beautiful animation especially the fighting scenes, it was like Iron Man's warfarfe with a touch of Disney's magical glows. However, the film should have been made in trilogy, tho.
Poster:
Plot:
Di Norwegia, John baru saja putus dengan kekasihnya, Ingid. Ingrid datang ke apartmen John untum mengambil barang-barangnya. Mereka pun terlibat pembicaraan yang cukup serius, termasuk penyesalan john akan kandasnya hubungan mereka dan Ingrid yang sepertinya sudah punya kekasih baru.
Setelah kejadian tersebut, John masuk kerja seperti biasa. Saat pulang kerja, John berpapasan dengan Anne, wanita yg tinggal di sebelah apartemennya. Anne meminta bantuan John untuk memindahkan barang yg cukup berat, yg tidak bisa dilakukan oleh Anne. Disana John berkenalan dengan Kim, seorang gadis yang menurut Anne adalah saudarinya. Anne dan Kim terlihat menggoda John. Keduanya bahkan mencoba mencegah John untuk pulang ke apartemennya. Namun John berhasil menolak ajakan mereka dan pulang ke apartemennya.
Keesokan harinya, Anne mengetuk pintu apartemen John. Anne meminta bantuan John untuk menjaga Kim, karena dirinya akan pergi ke apotik. Pengalaman buruk dengan Anne dan Kim sebelumnya membuat john menolak. Namun saat Anne menceritakan bahwa Kim sedang diincar oleh seseorang, membuat John akhirnya bersedia menemani Kim. Ketika tiba di apartemen Kim, John harus melalui serangkaian kejadian menegangkan, termasuk goodaan Kim. John dan Kim akhirnya berhubungan seksual, disertai tindakan kekerasan karena Kim meminta John untuk melakukan hal tersebut.
Komentar:
Twist di akhir cerita cukup menarik, walau di awal-awal banyak adegan yg bikin gw mengernyitkan kening.
Gw rate film ini: 6.7/10
CLOUDS OF SILS MARIA (2014)
Poster:
Plot:
Ada sebuah drama berjudul "Maloja Snake" yang bercerita tentang hubungan terlarang dua orang wanita, Sigrid dan Helena. Helena yang seorang wanita dewasa berumur 40 tahun jatuh cinta pada seorang wanita muda berusia 18 tahun bernama Sigrid. Demi Sigrid, Helena bersedia mengorbankan apapun, walaupun Helena tahu bahwa Sigrid hanya memanfaatkan dirinya. 20 tahun yang lalu, Maria Enders (Juliette Binoche) sukses besar memainkan peran Sigrid, yang membuat namanya terkenal. Kini, Maloja Snake akan dibuat sequelnya dan sang sutradara meminta Maria untuk memerankan karakter Helena. Sedangkan tokoh Sigrid akan diperankan oleh aktris belia penuh kontroversi, Jo-Ann Ellis (Chloë Grace Moretz). Awalnya Maria menolak untuk peran tersebut, namun demi menghormati almarhum sang sutradara yang telah membuat namanya terkenal, Maria menerima peran tersebut. Dengan dibantu oleh Valentine (Kristen Stewart), asisten pribadinya yang super duper sibuk, Maria mencoba menghidupkan peran Helena.
Komentar:
Well, gw sama sekali tidak terhubung dengan film ini. Kehidupan aktris yang super sibuk dan glamour sangat gak gw pahami. Tapi gw dapet inti pesan ini bahwasanya waktu terus berlalu dan usia terus bertambah. Peran yang diperoleh pun tergantung pada usia sang aktris.
Gw rate film ini: 6.5/10