It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
by Ronin Samurai
Pertanyaan seperti judul di atas selalu mengganggu pikiran saya jika melihat fenomena yang terjadi di tengah – tengah masyarakat kita yang latah memuja memuji tokoh tertentu padahal sosok tokoh itu tidak layak diberikan puja puji.
Begitu bodohkan bangsa kita ini yang terlalu mudah terkecoh dengan pencitraan dan opini sesat yang direkayasa oleh pihak tertentu untuk memberikan kesan baik terhadap figur yang sesungguhnya tidak baik.
Begitu bodohkah bangsa Indonesia yang tidak pernah mau belajar dari pengalaman pahit ditipu para penjahat bertopeng malaikat. Banyak tokoh yang semula disanjung dan diteladani, kemudian terbukti tidak lebih dari seorang penipu. Ketika mereka kabur, tinggalah rakyat korban penipuannya menangis menderita meratapi kerugiannya.
Begitu bodohkah rakyat Indonesia hingga terlalu mudah percaya berita dan opini yang dibentuk pemberitaan media mengenai karakter, integritas dan kredibiltas seorang tokoh. Tidak adakah mekanisme check and recheck yang semestinya dilakukan sebelum memberi kepercayaan besar atas sebuah amanah yang sangat menentukan nasib dan masa depan seluruh rakyat Indonesia.
Tidakkah sesuatu pencitraan yang berlebihan semestinya membuat kita lebih hati – hati dalam menilai figur tersebut. Bagaimana mungkin kita mempercayai bahwa tidak ada udang di balik batu dari sebuah realitas pencitraan sedemikian banyak media terhadap seseorang tanpa terlebih dahulu kita menganalisa apa sebenarnya tujuan pencitraan tersebut dan siapa pelaku atau sutradaranya.
Begitu kasat mata rekayasa pencitraan yang dibangun secara sistmatis, masif, terencana dan pasti menghabiskan uang yang sangat besar untuk pencitraan Joko Widodo atau Dahlan Iskan. Bahkan untuk Jokowi, nama akrab Joko Widodo, rekayasa pencitraan dirinya perlu diwaspadai.
Pencitraan terhadap Jokowi dilakukan oleh sebuah tim pencitraan yang lengkap, berpengalaman, terdiri dari berbagai kelompok yang bertugas dan bertanggungjawab untuk membentuk citra diri Jokowi sesuai dengan keinginan rakyat atau target yang ditetapkan tim konsultan pencitraan Jokowi.
Berdasarkan pengamatan kami yang sudah lama mencurigai adanya maksud jahat terselubung dari pihak tertentu terkait pengorbitan Jokowi sebagai ‘tokoh nasional, tokoh terpopuler, calon presiden terbaik’ dan seterusnya, terlihat jelas rekayasa pencitraan Jokowi dilakukan melalui cara – cara sebagai berikut :
Ratusan media nasional dan lokal (koran, majalah, TV, radio, media online dll) dikontrak dan dibayar untuk setiap hari memuat berita positif tentang Jokowi. Pada media cetak yang dikontrak dan dibayar tersebut, disediakan halaman atau kolom khusus yang memuat berita positif tentang Jokowi. Pada media online, ditargetkan pemuatan berita Jokowi sampai sebanyak – banyaknya. Detik online misalnya, memuat berita tentang Jokowi bisa sampai 50 kali atau 50 judul per hari dan selalu ditayangkan setiap saat. Begitu tingginya target frekwensi menaikan berita tentang Jokowi, sampai – sampai semua aktifitas Jokowi dimuat dan diberitakan media.
Jokowi akan naik sepeda ke kantor, jokowi lari maraton, jokowi akan mudik ke Solo, Jokowi akan ke Pluit, Jokowi nonton film, Jokowi nonton wayang, jokowi makan banyak sebelum nonton, Jokowi antar makanan ke Megawati, Jokowi bertemu si anu, Jokowi hebat, Jokowi luar biasa, Jokowi berniat, Jokowi tertawa, jokowi dikawal, Jokowi bersedih, Jokowi disambut warga, Jokowi bagi – bagi uang, Jokowi blusukan, Jokowi bermimpi, dan seterusnya… Mungkin hanya ketika Jokowi buang angin, Jokowi buang hajat, Jokowi mimpi basah atau Jokowi sedang cebok, yang tidak dimuat oleh media massa – media massa bayaran dan kontraktor pencitraan Jokowi tersebut.
Sejumlah pengamat dan akademisi kampus disewa oleh sutradara dibalik pencitraan Jokowi untuk memberikan pendapat, penilaian dan kesan baik tentang Jokowi. Sesuai informasi yang diterima banyak staf pengajar dari Fisip UI Depok yang dibayar untuk mendukung pencitraan Jokowi. Mereka ini rutin memberikan pendapat atau komentar positif terhadao sosok Jokowi. Perilaku akademisi seperti ini dulu kami juluki ‘pelacur intelektual’. Menggadaikan rasionalitas dan keilmuannya demi rupiah.
Jaringan internasional digunakan untuk memberikan ‘legitimasi’ pencitraan positif tentang Jokowi. Bayangkan saja, seorang gubernur di Indonesia yang belum membuktikan kemampuannya sebagai pemimpin, belum ada prestasi kerjanya, tetapi sudah dipuja puji melalui pemberitaan berbagai media di luar negeri. Informasi yang kami terima, pemuatan berita tentang jokowi ini adalah hasil dari rekayasa James Riady, Stan Greenberg cs dan jaringan Arkansas Connection yang diduga sebagai otak dari semua rekayasa pencitraan diri Jokowi.
James Riady adalah tokoh konglomerat pemilik grup Lippo yang merupakan teman baik mantan presiden AS Bill Clinton selama puluhan tahun, sejak 1986 sampai sekarang. James memiliki banyak catatan buruk mengenai sepak terjangnya di dunia bisnis dan politik, baik di Indonesia atau pun di dunia internasional. Sejak menganut agama kristen evangelis, kedekatan James dengan tokoh evangelis AS Pat Robertson sudah menjadi pengetahuan umum. Hal tersebut menempatkan James sebagai sosok yang selalu dicurigai umat Islam mengingat Pat Robertson, Menton James Riady dikenal sebagai tokoh fanatik dan sangat membenci Islam/anti Islam.
Sementara itu Stan Greenberg adalah patner sekaligus pemilik konsultan politik terkemuka AS, Greenberg Quinlan Rosner, konsultan politik yang selalu digunakan Partai Demokrat AS dan berpengalaman menjadi konsultan ratusan politisi terkenal di dunia. James dan Greenberg keduanya adalah anggota utama Arkansas Connection.
Ratusan orang baik tenaga honor mau pun karyawan organik yang dipekerjakan di perusahaan – perusahaan Lippo Grup dan perusahaan para konglomerat tionghoa yang menjadi pendukung pencitraan Jokowi, dikerahkan untuk membentuk citra palsu Jokowi melalui sosial media (socmed). Ribuan akun di berbagai socmed (twitter, facebook, dll) dikerahkan untuk mendongkrak popularitas dan kesan positif tentang sosok Jokowi. Mereka juga bertugas melindungi Jokowi dari segala bentuk kritik, termasuk pengungkapan kebenaran tentang siapa sebenarnya Jokowi.
Rekayasa pencitraan Jokowi tidak hanya didukung oleh James Riady, Stangreeberg dan Arkansas Connection, melainkan juga oleh mayoritas konglomerat tionghoa Indonesia, jaringan etnis China dunia/internasional, segelintir tokoh dan konglomerat pribumi serta dari berbagai kalangan /lembaga / insititusi non muslim, gereja, mayoritas komunitas tionghoa Indonesia dan seterusnya. Benar – benar sebuah konspirasi tingkat tinggi yang dibentuk dan dijalankan dalam rangka mensukseskan Jokowi sebagai presiden boneka di Indonesia.
Pencitraan Jokowi yang luar biasa, menghabiskan sumber daya uang, waktu dan tenaga yang sangat besar itu, juga berhasil menutupi fakta – fakta yang sebenarnya tentang karakter, kinerja dan track record Jokowi. Masyarakat tidak lagi berfikir logis dan tidak skeptis dalam menilai sosok Jokowi. Begitu banyak catatan buruk tentang Jokowi yang diabaikan atau terlindas oleh tsunami informasi dan opini yang dijejalkan konspirasi tingkat tinggi ini. Fakta bahwa Jokowi sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) atau penilaian kinerja Kemendagri yang membuktikan prestasi Jokowi biasa – biasa saja, malah lebih buruk dibanding kinerja rata – rata kepala daerah se – Indonesia, tidak menjadi perhatian rakyat.
Fakta bahwa Jokowi patut diduga terlibat korupsi pelepasan aset pemda Solo (Hotel Maliyawan), korupsi dana KONI Solo sebesar Rp. 5 miliar, korupsi hibah dana rehabilitasi pasar dari Pemda Jawa Tengah Rp. 1 miliar, korupsi dana bantuan siswa miskin Solo, korupsi proyek pengadaan videotron Manahan Solo, korupsi renovasi THR Sriwedari Solo, dan lain – lain, diabaikan begitu saja oleh rakyat Indonesia. Belum lagi dugaan korupsi Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Program KJS dan KJP, KKN pada penunjukan pemenang dan pelaksana proyek MRT/Monorail Jakarta, korupsi pengadaan sumur resapan dan lain – lain.
Luar biasa hebat konspirasi James Riady cs dalam mengorbitkan Jokowi ke puncak popularitas demi terwujudnya mimpi mereka untuk memiliki seorang presiden Indonesia yang berada di bawah kendali dan pengaruh mereka. Seorang
Bagikan ini:
Twitter2K+Facebook7K+Google
demikian. Tidak mungkin seorang pemimpin disukai semua orang. Selalu ada alasan
untuk tidak menyukai seseorang, tergantung dari sudut mana kita melihat pemimpin itu.
Saya juga begitu, tidak semua pemimpin saya senangi, meskipun dalam beberapa hal,
saya setuju dengan keputusannya, saya senang melihat kepribadiannya, dan macam-
macam.
Adalah juga wajar bahwa seseorang itu mengidolakan seorang pemimpin tertentu,
terkadang gak masuk akal caranya mengidolakan. Pemimpin adalah seseorang yang
mampu mempengaruhi pengikutnya. Nah, terkadang para pengikut ini yang menjadikan
pemimpin seakan-akan luar biasa, bahkan seperti banyak orang katakan, bisa sampai
mengkultuskan pemimpin tersebut.
Tahun politik, digunakan pengikut untuk mempromosikan pemimpin yang diidolakan agar
mencapai tujuan yang diinginkan. Kita bisa rasakan, akhir-akhir ini, perang para
pendukung semakin terbuka, bahkan di luar nalar kita, sebagai orang awam. Para
pengikut bahkan diluar batas dalam hal menjelek-jelekkan pemimpin kompetitor.
Kita dipaksa untuk hanya melihat kejelekan mereka, bukan potensi yang dimiliki oleh para
pemimpin itu. Terakhir kita bahkan sampai mendapatkan beberapa julukan ada Jokowi
Lover, Jokowi Hater, Panasbung, dan macam-macam. Sepertinya hanya Jokowi yang
dijadikan sasaran, jika kita memperhatikan perdebatan, terkadang isinya tidak ada, yang
ada adalah seperti pertengkaran anak-anak kecil saja.
Saya teringat waktu kecil, jika kita bertengkar dengan sesama anak-anak, maka kita
cukup menjelekkan anggota keluarga lawan, itu sudah bisa membuat nangis lawan kita,
misal, "Bapakmu banci, mama mu jelek, dll" tanpa ada data tentang apa yang kita katakan
itu benar apa tidak, tujuan kita hanya biar lawan sakit hati, malu lalu menangis.
Begitu juga yang saya dapatkan terhadap perdebatan, khusus mengenai Jokowi. Para
hater hanya berusaha, yang penting Jokowi kelihatan jelek, kelihatan gak mampu,
kelihatan tidak layak dipilih, dll, tanpa dibarengi alasan yang kuat untuk menjatuhkan
Jokowi. Dan kita dipaksa untuk mencounter, sebab Jokowi hater saya rasakan hanya
ingin berbeda saja dan hanya ingin menjatuhkan Jokowi dengan harapan pemimpin yang
didukungnya mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Saya membedakan Jokowi Hater dengan orang-orang yang tidak mendukung
kepemimpinan Jokowi, baik sebagai Gubernur Jakarta maupun sebagai capres PDIP. Bagi
mereka-mereka yang tidak memberikan dukungan kepada Jokowi, itu sah-sah saja dalam
alam demokrasi, Sudut pandang kita akan
menentukan seperti apa pemimpin yang kita cari.
Secara khusus, para pembenci Jokowi, Siapakah anda sebenarnya? Bagaimana anda
bisa membenci orang baik seperti Jokowi? coba anda tunjukkan kepada saya, kejahatan
apa yang pernah dilakukan oleh Jokowi? Jika membenci orang baik, tidakkah layak
saya sebut anda orang jahat? sebab kebaikan tidak pernah bersatu dengan kejahatan?
coba lihat hatimu, bagaimana bisa sampai membenci Jokowi? Jika saat ini
mampu membenci orang baik, bukankah ada yang salah dengan dirimu? Bukankah
Kamu saat ini sedang sakit?kamu berkata diberbagai tempat, bahwa Jokowi Ingkar Janji dan Pembohong
dan kamu menginginkan Jokowi tetap pemimpin di Jakarta. Jika tidak beranggapan
bahwa Jokowi telah berbuat baik di Jakarta, mengapa memintanya untuk bertahan?
Bukankah orang yg tidak berbuat baik, disuruh bertahan untuk membenahi Jakarta
malah akan membuat Jakarta semakin aneh. Dimana logikanya? Kamu merusak logika sendiri, hati kecilmu sebenarnya berkata Jokowi pemimpin hebat, buktinya kamu
memintanya untuk memperbaiki Jakarta hingga tuntas. Setan apa yang merasukimu
hingga begitu membenci Jokowi yang telah bekerja keras memperbaiki Jakarta yang
notabene sudah rusak puluhan tahun. Coba renungkan, sakitkah kamu? sebab hati
tidak seirama dengan mulut?, Ada pemimpin yang kamu idolakan, yang dulu dengan gigih mengajak Jokowi
dari Solo ke Jakarta, karena tahu Jokowi adalah pemimpin sejati. Dulu dia berkata bahwa
Jokowi adalah pemimpin sejati yang berpihak kepada rakyat, kinerjanya bagus, tapi kini
mengatakan pemimpin Jakarta pembohong. Bukankah pemimpin yang seperti ini yang
mencla mencle, pagi bila tahu, sore bilang tempe, tetapi dia yang menuduh orang seperti
ini. Dulu dia bilang tidak apa-apa meninggalkan jabatan yang belum tuntas di Solo, tidak
apa-apa, tetapi kini, jika meninggalkan jabatan di Jakarta itu katanya pembohong, ingkar
janji. Bukankah pemimpin seperti idola kamu ini yang pembohong?
bertobatlah, mungkin kamu salah mengidolakan pemimpin. Bagaimana kamu katakan
Jokowi tidak mampu, sementara berderet deret penghargaan yang dia terima bahkan
sampai dunia mengakuinya. Kamu membenci Jokowi yang sederhana, bukankah pemimpin seperti ini yang
kita cari, sebab dia memberikan teladan hidup bagi masyarakat. Jika kamu membenci
pemimpin yang sederhana, bukankah itu menggambarkan bahwa kamu adalah orang yang
sombong, hidup bermewah-mewah? Kita rindu kesederhanaan, sebab sudah lama kita
terkekang oleh kemunafikan, kita munafik, karena orang yang tidak kaya berlagak kaya,
orang yang tidak berwawasan sepertinya ahli dalam segala hal, kita munafik, sebab kita
harus hidup tidak menurut kemampuan kita, kita munafik,...
para pembenci Jokowi, sakitkah kamu? Membenci pemimpin yang
memperhatikan nasib rakyat kecil, sebab Jokowi memperhatikan kesehatan warga nya,
Jokowi memperhatikan pendidikan warganya, Jokowi memperhatikan rumah-rumah
kumuh yang tidak layak huni dan dibangunkan kampung deret yang asri, nyaman dan
aman, sebahagian dipindahkan ke rumah-rumah susun yang lebih layak? Bagaimana kamu
mampu membenci pemimpin yang seperti ini? Coba sejenak merenung dan katakan jika
Kamu pada posisi yang diperhatikan itu, bukankah kamu bersyukur? Jikapun itu bukan
Kamu, bukankah seharusnya kamu terharu, jika rakyat kecil diperlakukan manusiawi dan
layak oleh pemimpinnya? Kamu mungkin membenci Jokowi jika kamu adalah mafia rumah
susun yang selama ini mengeruk rejeki dari persekongkolanmu dengan para preman
itu.
para pembenci Jokowi, sakitkah kamu? Jika kamu mampu membenci Jokowi
yang bekerja siang malam untuk rakyatnya dan tidak mengambil gajinya untuk
keluarganya, tetapi dibagi-bagi kepada kaum miskin. Dan kamu mungkin mengidolakan
para koruptor yang telah dikerangkeng oleh KPK karena mencuri uang rakyat. Bukankah
Kamu orang sakit jika lebih mencintai para koruptor dibanding Jokowi yang anti korupsi?
Negara kita Indonesia akan pelan-pelan pulih dan sehat, jika dipimpin pemimpin seperti
Jokowi yang anti korupsi. Berapa banyak penghargaan yang dia terima karena
keberpihakannya kepada keterbukaan? Coba kamu renungkan, mungkin kamu salah
mencintai pemimpin selama ini.
para pembenci Jokowi, kau berkata, Jokowi adalah pemimpin boneka.
Tidakkah sadari boneka disenangi dimana-mana? Jokowi berkata, ya! saya adalah
pemimpin boneka rakyat. mau bilang apalagi jika Jokowi sudah mengakui dia
boneka rakyat, kau pasti cari lagi alasan lain. Bertemu Duta besar Amerika, Jokowi
boneka Amerika. Nanti kalau tidak bertemu dengan perwakilan negara lain, anda akan
katakan Jokowi tidak punya kemampuan. benar-benar galau dan plin plan.
Bukankah kamu sakit dengan kondisi seperti ini? mengatakan bahwa Jokowi diback up cukong-cukong hitam, asal bicara,
datanya tidak valid. Dan tidak mengenal Jokowi. Kamu lah yang sakit. selalu dihantui oleh aura negatif, bisanya menuduh tanpa bukti.
jika kamu membenci seseorang, bukankah karena ada kejahatan yang dia
lakukan? Bagaimana membenci pemimpin yang tidak melakukan kesalahan?
sementara kamu disaat yang bersamaan mengidolakan pemimpin yang cacat moral karena
berbagai tuduhan kejahatan? Dalam hal ini, tidakkah kamu sadari bahwa kamu sedang
berlakon, maling teriak maling? Bencilah seseorang karena dia layak dibenci. Saya hanya
ingin satu contoh saja, yang layak saya jadikan soal, untuk membenci Jokowi, tolong
katakan pada saya....
Saya bukanlah Jokowi lover sejati, tetapi memang saya tidak bisa
membencinya, sebab saya tidak menemukan sesuatu yang bisa membuat saya
membencinya. Dan saya pernah coba, tetapi tidak ketemu, itulah sebabnya melalui tulisan
ini saya ingin mengajak Jokowi hater agar coba duduk merenung, jangan-jangan langkah
dan sikap kau selama ini sudah salah langkah. Saya ingin katakan disini, tidak ada kata
terlambat, pulanglah untuk Jokowi. Kita tidak sedang berbicara bahwa dia Dewa.....,
tidak!...., tetapi tidak ada alasan yang cukup kuat untuk membencinya.
Jika kita tidak sejalan dengan garis perjuangannya, kita boleh berbeda, tetapi janganlah
menjadi pembenci, sebab benci menimbulkan dendam, dendam akan sakit,
apakah kamu mau sakit? Hanya karena kamu salah membenci seseorang?
Saya tidak rela, menjadi sakit oleh karena tidak harus sakit.
berbeda boleh saja, tetapi perbedaan itu tidak boleh mengalahkan nalar kita.
Perbedaan kita kelola agar menjadi kekuatan.
Butakah anda? Banyak rakyat menginginkannya untuk memimpin Indonesia ini.
Di daerah-daerah rindu pemimpin seperti Jokowi. Kamu tidak perlu menjadi pembenci
Jokowi jika juga ingin memperjuangkan Indonesia yang lebih baik. Berikan solusi,
andalkan program kamu, agar rakyat memilih pemimpin yang kamu inginkan.
Berhentilah untuk membenci Jokowi, mari beradu program untuk Indonesia yang lebih
baik.
Berhentilah berpuisi menyindir biarpun santun, sebab kamu jauuuuhh tidak lebih baik dari Jokowi
Berhentilah memberi julukan kepada para pendukung Jokowi, sebab itu bisa menusuk
Kamu sendiri
Berhentilah memfitnah, sebab paling tidak kamu tidak memberi contoh yang baik kepada
anak cucu anda
Berhentilah mencari-cari kesalahan, sebab jika ada kesalahan, pasti akan terungkap
Berhentilah ....Membenci Jokowi...Sebab Benci mendatangkan permusuhan
Jokowi hanyalah satu keping puzzle untuk Indonesia yang lebih baik, kitalah
puzzle-puzzle yang lain. Mari kita beradu kuat untuk memperbaiki Indonesia agar kita
bisa bergerak maju dan diakui oleh dunia Internasional.
para pembenci Jokowi, saya tidak sedang membenci anda, saya hanya coba
saling mengingatkan, di saat yang lain juga, anda mengingatkan saya.
Tulisan ini, tidak untuk menyerang anda para pembenci Jokowi,
saya Bukan Jokowi lover sejati. Hanya seseorang yang ingin Indonesia lebih baik.