It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Saya kirim ini untuk kalian semua..
Kecup mesra tengah malam untuk yang dibuai mimpi kelam..
#CipokBasah semoga kalian mendesah ah aahh aaahhh...
***
BAD FEELING (I HATE MONDAY)
Aku tak pernah suka hari senin. Sangat sangat tidak suka.
Lagi, aku bangun kesiangan setelah subuh tadi. Emak sudah cerewet dari pagi sekali. Dengan keempat anaknya yang semuanya telah sekolah, dan satu lagi masih kecil, juga suami yang harus diurus membuat pagi hari senin sampai sabtu selalu saja ribut tak terkendali.
Tapi emak adalah wanita tangguh. Seluruh sarapan telah tersedia. Teh manis hangat telah tertata. Emak terdengar bertanya jika tak ingin dibilang memerintah. Mana baju seragamnya? Sekarang hari apa? Pakai apa? Semua anaknya yang mendengarnya segera menuju lemari dan mengambil seragam masing-masing. Kecuali aku.
Karena aku telat bangun. Selalu begitu. Emak sepertinya menyerah dengan kebiasaanku yang sulit kuubah itu. Tapi dia tak putus asa mencoba berbagai cara membangunkan aku dipagi hari. Mulai dari teriak kencang ditelingaku, mengguncang-guncangkan tubuhku hingga akhirnya menyiram mukaku dengan air. Untuk yang terakhir itu, aku menyerah. Aku kalah.
Aku segera menuju kamar mandi dengan santai. Karena aku tahu kamar mandi hanya akan tersedia untuk aku seorang. Yang lain telah rapih dan memulai acara makannya. Kecuali aku.
Aku terkenal lama jika sudah menyangkut acara mandi. Bukan apa-apa. Aku akan sejenak melanjutkan tidur. Menunggu ‘tabungan’ untuk segera disetorkan. Baru aku mulai mandi. Jika belum setoran, seperti ada yang kurang dalam pagi hariku.
Hari ini hari senin. Dan seperti kubilang diawal. I hate Monday. Sangat sangat tidak suka. Karena itu tidak kupercepat mandiku. Tapi hari ini upacara bendera. Aku tak mau dihukum berdiri dihadapan seluruh sekolah. Dengan terpaksa acara mandi kuperpecat dengan gerakan super kilat. Aku hanya perlu menggosok gigi dan jebar jebur alakadarnya. Selesai.
Kunikmati sarapan nasi udukku secepat yang bisa kukunyah. Agak kelewat cepat sebenarnya. Tapi aku memang doyan sekali makan. Dan sangat doyan sekali dengan nasi uduk. Jadi jangan heran jika makanku kilat.
Upacara bendera setiap senin inilah alasanku benci dengan hari ini. Aku benci selalu berdiri di barisan paling depan karena aku paling kecil dan paling pendek. Heran. Padahal makanku banyak, tapi tinggiku tak juga beranjak merangkak tinggi tegak. Tapi tidak. Tinggiku bahkan sepertinya tak berubah sejak kelas 4 dulu.
Aku benci berdiri dibarisan paling depan karena tidak bisa bercanda dengan yang lainnya. Aku selalu mendengar sekilas suara teman-teman dibelakang yang bercanda berbisik-bisik. Membuat iri. Sedang aku berdiri kaku dihadapan guru-guru. Karena berdiriku paling depan itu.
Oh satu lagi alasan kenapa aku membenci hari senin ini. Karena tadi ketika aku berangkat sekolah aku melihat pohon jambu biji bersejarah itu telah ditebang dan dicabut sampai keakar-akarnya. Sudah jelas kan sekarang kenapa aku benci hari ini?
Aku sempat berbalik dan bertanya pada emakku dan mengapa pohon itu ditebang. Emak menjawab. Pemiliknya akan membangun pagar disekeliling rumahnya. Batasnya adalah pohon jambu biji itu. Emak menambahkan agar tidak ada lagi anak yang memanjat-manjat pohon jambu mereka.
Pohon jambu air itu masih utuh karena letaknya agak menjorok ke dalam. Namun sayangnya Pohon jambu biji bersejarah ‘milikku’ tak lagi berdiri disana. Seolah memori ciuman pertama lenyap seketika dan terkubur terbuang sia-sia.
Hatiku tidak tenang hari itu.. Seolah aku bisa merasakan dengan tertebangnya ‘sejarahku’, akan lenyap pula kisah antaraku dengan Dwi. Entahlah. Tapi Feelingku kuat sekali akan hal itu.
Berbicara tentang feeling. Sejak kecil aku sudah memiliki firasat yang kuat. Orang-orang dewasa berebut berharap agar aku berada didekat mereka. Apalagi niat mereka jika bukan untuk memanfaatkanku.
Di daerahku dulu masih ada judi semacam togel. Banyak orang yang masih memasangnya. Dan orang-orang dewasa ini akan datang kepadaku dan mengiming-imingiku berbagai hal. Kadang makanan, tak jarang es krim, ada juga mainan atau memberikanku uang jajan yang kusambut dengan riang.
Umurku 4 tahun waktu itu. Dan mereka selalu bertanya nomor-nomor padaku. Aku tahu tentang angka. Aku sudah hapal itu semua bahkan sebelum aku sekolah. Aku tahu mana itu angka 2, juga beda antara angka 6 dan 9.
Jadi ketika mereka memintaku menyebutkan nomor-nomor kombinasi untuk mereka, ku jawab saja asal sebut angka yang tahu. Tak jarang mereka menulis dikertas dan kucoret. Seperti memeriksa ulangan. Padahal aku belum begitu bisa menulis. Tulisanku masih bergetar dan sangat jauh dari kata rapih. Tapi aku coret saja nomor yang menurutku tidak benar. Entahlah aku melakukan semua itu otomatis saja. tidak kuniatkan bahkan tidak kupikirkan. Seperti tadi kubilang, asal jeplak saja.
Tapi mereka percaya. Dan herannya, angka-angka kombinasi yang kusebutkan selalu berhasil tembus adanya. Mereka senang, aku lebih senang. Karena dengan begitu aku selalu kenyang dan memiliki mainan-mainan. Walau lebih sering makanan yang kudapatkan.
Tapi itu dulu. Sekarang? Sepertinya sudah tidak begitu. Feelingku luntur seiring bertambahnya waktu dan semakin dewasanya aku. Mungkin juga karena kuantitas dosaku juga kian bertumbuh. Entahlah.
Kembali kefirasat tentang pohon bersejarahku. Aku jelas dan kuat sekali merasakan firasat jelek untuk hubungan pertemananku dengan Dwi. Entahlah. Mudah-mudahan saja tidak demikian adanya. Pikiran itu segera terlupa dengan hobiku yang gemar sekali bermain.
Senangnya ketika waktu kecil yang selalu kurindukan adalah, betapa mudahnya kita bisa melupakan masalah yang mengganggu pikiran. Semakin bertambah usia, semakin dewasa kita, masalah yang ada akan selalu membayangi dan sulit tuk sirna begitu saja.
Selama beberapa hari ini aku tidak melihat Dwi. Dia hanya terlihat sekali mendatangiku keesokan harinya ketika aku sedang main diluar rumah. Waktu itu aku sedang main ciplek gunung di depan rumah. Dia mendatangiku yang sedang bermain. Aku senang melihatnya. Dengan senyum terkembang aku menyambutnya dan senyumnya menjawab senyumanku. Jadilah kami senyum-senyuman tidak jelas sekarang.
“Ciiee.. ciieee.. yang lagi senyum-senyuman beduaa..” celetuk satu anak bercanda.
Aku tahu itu candaan. Karena dulu ketika aku kecil, kami selalu menganggap orang besar (dewasa) berdua-duaan kami akan meneriakinya ‘pacaran nih yee’ berulang-ulang. Pun begitu jika ada diantara kami yang terlalu dekat. Bukan bermaksud mengolok-olok, sama sekali tanpa maksud itu sama sekali. Hanya candaan anak kecil. Tapi mungkin dari sini lah segalanya berawal. Di hari senin ini.
Harusnya aku membuat daftar ‘Ten things why i hate Monday’ waktu itu. jika begitu aku tak usah repot-repot mengetik ini dan memfotonya untuk kalian. Iya kalian. Kalian yang sedang membaca cerita ini. Agar kalian tahu, agar kalian paham. (Sial. Aku mengetik ini dihari senin pula. Fix. Lengkap sudah!).
Dwi mendekat dan mulai berbincang denganku. Karena bukan giliranku untuk main. Dia terlihat memperhatikan dua jahitan dialisku. Dia terlihat mengulurkan tangan yang lalu dibatalkannya. Nyaris aku terkesiap tapi tidak. Batal. Karena Dwi tidak jadi menyentuhku. Apakah aku mengharapkan sentuhan itu?
“Ciieeee.. yang mesra.. ciiee ciiee..” Celetuk anak yang lain lagi.
Kemudian dari jauh kulihat gadis itu. Gadis yang waktu itu hampir membuat Dwi dan aku bertengkar. Well, memang bukan salah dia. Tapi jika dia tidak kecentilan didekat Dwi, semua itu tidak akan terjadi. Cuaca siang ini mendadak menyengat.. #Panas #Kipaskipas.
“Nah pacar yang asli udah dateng tuh jemput mas Dwi.. ihihihi.. Ciieee..” Lagi, celetukan-celetukan itu. Hufth.
Dwi melirik kearah si pembicara tadi menaruh pandang. Mukanya mendadak keruh. Namun wajahnya sedikit dibuat biasa saja. Tapi aku terlanjur melihatnya.
“Dwi, kamu udah ngerjain soal-soal try-out dari guru? Kerjain bareng yuk? Aku sebagian besar udah selesai..” Kata gadis itu setelah dia mendekat dengan kami. Senyumnya terlihat puas sekali. Seolah telah dia menangkan hati si Dwi. Hujan mana sih hujan.. Sumpah deh ini gerah..
Aku beranjak. Karena sudah giliranku main. Dengan cepat aku berlalu dari mereka berdua. Sedikit kesal? Aku juga tak tahu. Tapi aku hanya ingin cepat-cepat main saja. fokusku kuat sekali ketika main. Sehingga giliranku lama sekali. Hingga aku mendapat bintang dalam sekali giliran. Dan giliranku pun usai.
Aku melirik Dwi yang masih disana. Ditemani gadis yang aku lupa(kan) namanya itu.
“Rei hebat. Jago juga mainnya..” Dwi memujiku hatiku ringan lagi.
Gadis itu menghampiri. Tiba-tiba kok mendung datang melanda hati?
“Rei, aku pergi dulu ya. Mau belajar bareng nih..” Gadis itu senyum. Dwi senyum alakadarnya. Aku ikut senyum tapi hampa.
“Ehem ehem.. udah. Tinggal aj si Rei mah.. cantikan juga si eneng manis daripada si Rei.. hehee..” goda anak yang entah siapa (maaf untuk anak-anak selain Dwi namanya terlupakan #Halah).
“Aku emang ga cantik bego. Aku kan cowok” sewotku.
“Lagian. Lo bedua Dwi mesra banget. Kayak orang pacaran” Goda anak yang lain menimpali.
“Apakah udin!” semprotku. Dwi mendelik. Gadis itu menatap penuh selidik. Nafasku sedikit tercekik.
“Ya udah. Aku duluan ya Rei.. yuk ah semua” Dwi pamit dan dengan cepat dia berlalu dengan gadis itu. Gadis-yang-aku-lupa(kan)-namanya-itu.
Sejak hari itu, dengan segala celoteh candaan itu, Dwi terlihat menghindariku. Maksudku aku merasa sepertinya Dwi sengaja menghindariku. Karena sudah beberapa hari ini aku tidak melihat dirinya.
Dengan itu aku tegaskan sekarang. Kalian sekarang pasti sudah benar-benar jelas dan paham kenapa aku benci hari senin bukan? Tingkah Dwi sejak hari senin itu, dengan candaan-candaan itu, juga dengan gadis-yang-kulupa(kan)-namanya-itu. Hufth.. Dan tak kalah pentingnya, tentang pohon bersejarahku.. yang tumbang, hilang, dicabut terbuang. Seolah memori ciuman pertamaku lenyap tak berbekas membuat hati kebas.
Aku benci hari senin. Sangat sangat benci. Ada satu lagi alasan tapi itu nanti di chapter yang akan kujelaskan sendiri. Karena ada jeda waktu diantara ini dan itu. The main point is.. I really, really do Hate Monday!
***
OOOkkkkkkeeeee...
Done.
Mungkin untuk update-an2 selanjutnya agak sedikit d tunda..
karena saya sedang not-in-the-mood-moment sekarang..
Hope you guys enjoy it.
Oiya.. untuk SR (Silent Readers), please deh guys.. tinggalin jejak. Biar saya tahu kehadiran kalian dan bisa summon kalian sewaktu-waktu.
Happy Reading^^
#CipokBasah semoga kalian mendesah ah aahh aaahhh...
@octavfelix
@bayumukti
@titit
@tarry
@angelsndemons
@alvaredza
@TigerGirlz
@Zazu_faghag
@arifinselalusial
@FransLeonardy_FL
@haha5
@fadjar
@zeva_21
@YogaDwiAnggara
@inlove
@raka rahadian
@Chy_Mon
@Cruiser79
@san1204
@dafaZartin
@kimsyhenjuren
@3ll0
@ularuskasurius
@Zhar12
@jujunaidi
@edogawa_lupin
@rickyAza
@rebelicious
@rizky_27
@greenbubles
@alfa_centaury
@root92
@arya404
@4ndh0
@Angello
@boybrownis
@jony94
@Sho_Lee
@ddonid
@catalysto1
@Dhika_smg
@SanChan
@Willthonny
@khieveihk
@Agova
@Tsu_no_YanYan
@RegieAllvano
@fends
@reza_adith
Guys.. selamat menikmati kecupan tengah malam saya..
Hope you guys love it.
buat SR (Silent Reader), Please.. let me know klo kalian mau d mention yah..
kasih kecupan buat sayah ato minimal tinggalin jejaklah, biar bisa saya pungut.. okeh?
Happy Reading guys^^
klo mnurut @Monic gmn?
epertinya ini nyata....
#salahfokus
penasaran tingkat kabupaten dan kota lah sama hubungan Dwi-Rei di masa sekarang.... ayo cepet lanjut gak pake lama!!!! *plak