BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Mana yang Hoax? (Penggunaan HP saat hujan dan tersambar petir)

edited June 2014 in BoyzRoom
Masalah :
Penyembelihan dengan menyetrum ternak dibandingkan Penyembelihan sesuai syariat Islam akan membuat ternak tidak merasakan sakit sehingga peri kehewanan terjaga

===============================
Fakta :

-Tinjauan Hadits

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Isma'il bin 'Ulayyah dari Khalid Al Khaddza` dari Abu Qilabah dari Abu Al Asy'ats dari Syaddad bin Aus dia berkata, "Dua perkara yang selalu saya ingat dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan supaya selalu bersikap baik terhadap setiap sesuatu, jika kamu membunuh maka bunuhlah dengan cara yang baik, jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik, tajamkan pisaumu dan senangkanlah hewan sembelihanmu."
Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami Husyaim. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Abdul Wahhab At Tsaqafi. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Nafi' telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu'bah. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Yusuf dari Sufyan. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Jarir dari Manshur mereka semua dari Khalid Al Khaddza` dengan sanad dan makna yang sama dengan hadits Ibnu 'Ulayyah." (HR. Muslim - Lidwa Pusaka:3615)

- Tinjauan Pendekatan Eksperimental

MELALUI penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?

Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.

Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.

Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni: saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu: arteri karotis dan vena jugularis.

Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.

Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati. Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!

- Perbandingan Hasil Eksperimen

Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa hal sbb.:

Penyembelihan Menurut Syariat Islam

Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:

Pertama

pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.

Kedua

pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.

Ketiga

setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).

Keempat

karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.

Penyembelihan Cara Barat

Pertama

Segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).

Kedua

Segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).

Ketiga

grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik darah dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.

Keempat

karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.

Bukan Ekspresi Rasa Sakit

Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertai rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar…!

Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.

Kesimpulan

- Penyembelihan dengan menggunakan pisau tajam justru tidak sesakit Penyembelihan dengan cara stunning (pemingsanan)

- Kualitas daging yang dihasilkan melalui teknik penyembelihan dengan pisau tajam justru jauh lebih baik daripada kualitas daging sembelihan dengan stunning
«1345

Comments

  • Aduh, aku salah masuk kamar. Maaf ya Rifqi, kalau sudah masalah begini aku nggak ikutan.

    :)
  • Kenapa mas @rendifebrian ?
    Ini info aja buat temen2 klo ternyata secara ilmiah pun penyembelihan yang dianggap tidak menyakitkan justru amat menyakitkan bagi hewannya kok sama kualitas daging hasil setruman itu ga bagus n sumber penyakit
  • Bukan, aku nggak pengen ikut campur kalau udah menyangkut atau ada petikkan hadist nya. Begitu.
  • Ini niatnya mau sharing aja klo ada beberapa part di ilmu agama yang keliatan ngga berdasar ternyata klo diteliti ada bener manfaatnya dan dasar ilmu pemikirannya.

    Disini intinya bukan di ilmu agamanya tapi di manfaatnya maksudku. Ternyata masih bagusan sembelih biasa daripada setruman
    :)

    Maaf ya, niatnya ngga ada bahas SARA lho semuanya. Cuma mau sharing manfaatnya.. maaf klo kesannya malah terlalu islami..
    Apa tak hapus aja haditsnya ya mas @rendifebrian ? Biar lebih general?
  • Ih, gpp kok. Didiemin aja hadistnya.
  • jadi ingat praktik force-feeding pada unggas untuk bahan makanan foie gras.
  • algonzo wrote: »
    jadi ingat praktik force-feeding pada unggas untuk bahan makanan foie gras.

    *googling

    Oh gile dibuat gitu ya mas.. kayak sapi glonggongan yg dikasih air banyak biar BBnya naik ..

    Trus gimana tu mas @algonzo‌ ?
  • jadi harus sangat-sangat selektif untuk memilih bahan makanan kan ya? selama ada demand, tentu masih akan terus berjalan praktik-praktik yg nggak bener.
  • algonzo wrote: »
    jadi harus sangat-sangat selektif untuk memilih bahan makanan kan ya? selama ada demand, tentu masih akan terus berjalan praktik-praktik yg nggak bener.

    Klo aku sih yes *gaya juri indonesia idol
    RT :)

    Semua yg menyiksa dan memaksa itu pada dasarnya nggak baik. Hal yang terlahir dari ketidak baikan biasanya juga akan membawa benih ketidak baikan :)
  • ada artikel lagi gak mas? @RifqiAdinagoro‌
  • Iya, yg harus diperhatikan itu pisau/alatnya yg menyembelih yg sangat tajam dan yg motong harus sudah ahli. Aku dari zaman dulu saat belum ramai isu flu burung nggak bisa/takut motong ayam...

    Pernah liat juga di MetroTV dulu "Earth from Above" ternak sapinya dikasih makanan artifisial bukan rumput dan tempatnya gersang banget.. Kasian.
  • edited February 2014
    Masker Dipakai Terbalik Sesuai Keadaan adalah : HOAX !

    Usai meletusnya gunung Kelud, beredar informasi tentang cara penggunaan masker. Melalui media sosial seeperti blackberry, facebook dan twitter, beredar gambar dua buah masker. Yang pertama, masker dengan warna biru di luar dan masker dengan warna putih di luar. Di bagian bawah gambar terdapat tulisan dalam bahasa Inggris, yang mengesankan bahwa informasi itu dari sumber terpercaya.

    Gambar itu (tercantum) disertai dengan keterangan sebagai berikut:
    " Ternyata dua sisi di dalam masker itu ada perbedaan fungsi dalam memakainya.Kalau kita lagi sakit (semisal flu) maka sisi putih menempel di muka berfungsi untuk mencegah mikro-organisme keluar dari mulut dan hidung kita yang bisa menyebar ke tubuh orang lain. Sedang kalau untuk mencegah partikel-partikel (seperit debu vulkanik) atau mikro-organisme masuk ke tubuh kita, maka pemakaian masker dibalik. Sisi putih berada di luar dan sisi yang berwarna menempel di muka."

    Saya tidak serta-merta mengamini informasi ini. Saya kemudian mencari rujukannya di internet, tapi belum ada sumber terpercaya yang mengkonfirmasi informasi ini. Lalu saya berganti strategi. Saya menggunakan fasilitas google image dengan mengunggah gambar di atas. Hasilnya, saya menemukan bahwa sumber gambar itu berasal dari produsen masker penutup hidung untuk bedah dengan merek 3M. Berikut ini gambar aslinya.

    Dalam website ini tidak disinggung-singgung sama sekali tentang penggunaan masker secara terbalik. Lalu mengapa ada gambar masker berwarna putih? Ternyata mereka memproduksi 2 jenis masker, yaitu yang berwarna hijau dan berwarna putih. Itu berarti bahwa masker yang berwarna putih itu bukan masker yang dibalik.

    Dari temuan ini saya menyimpulkan bahwa gambar yang beredar adalah hoax alias informasi palsu.

    Masker yang Benar

    Lalu bagaimana cara menggunakan masker yang benar? Perlu diketahui ada dua jenis masker, yaitu masker bedah dan masker pernafasan. Masker yang banyak beredar di masyarakat adalah masker bedah. Masker ini selalu digunakan oleh tenaga medis yang berada di ruang operasi untuk menutup mulut dan hidungnya. Tujuannya supaya mereka tidak menularkan bakteri dan virus kepada pasien yang sedang dioperasi.

    Di dalam masker ini terdiri dari tiga lapisan:

    1. Lapisan paling dalam yang berwarna putih. Ini adalah lapisan yang paling nyaman karena bersentuhan dengan kulit wajah kita.

    2. Lapisan tengan adalah filter statis. lapisan ini terbuat dari bahan yang disebut spunbond non woven. Fungsinya adalah untuk menghalangi apabila air liur yang mengandung penyakit menyebar seperti batuk atau bersin.

    3. Lapisan luar yang merupakan material khusus mencegah masuknya mikropartikel.

    Dengan memperhatikan susunan ini, maka menggunakan masker secara terbalik justru tidak menguntungkan karena wajah kita akan bersentuhan dengan lapisan yang kasar sehingga ada kemungkinan terjadi iritasi. Selain itu, penggunaan secara terbalik juga tidak memiliki pengaruh secara signifikan.

    Dalam situasi bencana turunnya abu vulkanik, penggunaan masker bedah sebenarnya tidak dianjurkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Alasannya, air, udara dan debu masih bisa masuk melalui pori-pori. Masker jenis ini harus diganti setiap 4 jam sekali, karena uap air dari pernapasan bisa membuat masker basah dan merusak pori-porinya. Meski demikian, penggunaan masker ini masih lebih baik daripada tidak sama sama sekali asalkan dipasang dengan rapat. Kawat ada bagian hidung dibengkokkan dan tidak ada celah pada pinggir-pinggir masker sehingga memungkinkan masuknya material abu vulkanik dari arah samping.

    Masker yang cocok untuk mencegah masuknya abu vulkanik ke dalam pernafasan adalah N-95 atau N-100. Masker ini menggunakan bahan mirip stereofoam, tebal, memiliki sungkup yang bisa menyaring udara masuk hingga 95 persen. Masker ini juga dilengkapi kawat yang bisa ditekan di atas hidung, sehingga memperkecil celah udara. Masker jenis ini sifatnya sekali pakai, namun bisa digunakan lebih lama, sekitar 2 hingga 3 hari.

    Sayangnya masyarakat tidak senang mengenakannya karena terasa pengap dan harganya 100 kali lebih mahal daripada masker bedah.

    Satu buah masker N-95 dibandrol sekitar Rp. 200.000,- Masyarakat awam tentu tidak banyak yang mampu membelinya. Lalu bandingkan dengan harga mobil mewah milik tersangka korupsi Tubagus Wardana, adik Ratu Atut. Satu mobil mewahnya setara dengan 30 ribu lembar masker N-95. Padahal jumlah mobil yang disita KPK telah mencapai 40 buah.


    Update:
    Seorang teman di Facebook memberi info tambahan:

    Arah lipatan masker bedah itu bukan tanpa maksud. Pada posisi warna hijau di luar, arah lipatan adalah ke bawah sehingga tidak membentuk kantong sebagai penampung debu.

    Jika masker dibalik (bagian putih di luar) dan bagian kawat berada di atas, maka arah lipatannya juga ikut terbalik. Bagian kantong akan mengarah ke atas. Hal itu justru akan menampung debu. Supaya tidak membentuk kantong, maka bagian kawat berada di bawah. Itu artinya bagian hidung tidak menutup dengan rapat. Jadi pembalikkan masker justru lebih banyak mudharatnya daripada manfaat.

    Seorang teman, yang juga dokter, menambahkan cara memakai masker standar adalah: labirin yang licin berada sebagai filter di luar. Arah lipatan ke bawah. Jahitan tali pengikat di sebelah dalam, tali yang keras di bawah.

    SUMBER : Di sini ;)
  • Mas, terus kalo masker batik/kain yg dijual kaki lima bagaimana? Di Jakarta untuk mengurangi risiko akibat polusi udara.
  • Yang terbaik kalau untuk polusi sama debris2 kecil pakai yang masker N-95 atau N-100 itu mas. Tapi karena harganya mahal, pakai masker biasa atau masker kain ndak apa2. Lebih baik menggunakan filter tambahan walau ndak "secanggih" N-95 atau N-100 daripada ndak sama sekali kan mas :)

    Cc @Adam08
Sign In or Register to comment.