It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Setampan apa yah?
Emmm ...
Mirip sapa gitu??
Yg jelas gak mirip aku ataupun kamu
Hahaha
Nicolas Saputra?
Reza Rahadian?
Tukul Arwana hahahaha?
sal jangan lama aja updatenya..he..he..he...
Sambil menjinjing kantong kresek berwarna putih yang didalamnya berisi beberapa bungkus roti dan biskuit serta air mineral. Habibi terus menyelusuri koridor rumah sakit tempat ayah Sasuke dirawat. Setelah selesai memberikan desain hasil buatannya ke salah satu perusahaan yang memakai jasanya. Ia tiba - tiba kepikiran dengan anak kecil malang itu. Akhirnya ia memutuskan untuk mengunjungi Sasuke yang pasti berada di rumah sakit bersama Ishikawa Hiro.
Iya sangat kagum dengan seniornya itu karena bisa merawat Sasuke dengan baik selama ayahnya dirawat. Meskipun ia masih perlu banyak bantuan dari para pembantu dirumahnya. Ia juga sangat sabar menghadapi tingkah laku Sasuke yang terkadang membuat Habibi pun gemas melihatnya.
"Paman." seru Sasuke berteriak senang saat melihat Habibi berjalan mendekatinya. Ia berlari kearah paman Indonesianya itu. Ia kemudian agak membungkuk lalu meraih tubuh mungil Sasuke dan mengendongnya penuh kehangatan. Ishikawa Hiro yang sedang duduk di kursi panjang khusus para pengunjung rumah sakit menoleh kearahnya lalu tersenyum melihat kedatangannya.
Habibi ikut duduk disamping Ishikawa sambil mendudukkan Sasuke diantara mereka berdua. Ia menyodorkan sebungkus roti kepada Sasuke. Anak itu menerimanya dengan senang hati, membuka plastik pembungkusnya dengan dibantu oleh pamannya lalu mulai mengigit ujung roti yang berbentuk lonjong.
"Sempai kelihatan buruk sekali." sahut Habibi memulai percakapan.
"Aku tidak tidur dari semalam." jawabnya sambil memijit mijit pelan pangkal hidungnya. Wajahnya terlihat sangat kelelahan.
"Kenapa? Apa terjadi sesuatu dengan ayah Sasuke?" tanyanya cemas.
"Semalam kondisinya memburuk. Untung dokter segera datang dan langsung menanganinya. Tapi setelah itu, aku tidak bisa tidur. Aku khawatir akan terjadi sesuatu padanya bila aku memejamkan mata." ujar Ishikawa Hiro panjang lebar. Sekarang ia mulai memijit mijit pelan kepalanya.
"Sebaiknya sempai istirahat saja. Biar aku yang akan menggantikan sempai menjaga ayah Sasuke. Aku punya banyak waktu, kerjaanku sudah selasai." sahutnya menawarkan diri.
"Terima kasih, kau baik sekali Habibi. Tapi sebentar lagi ayahku akan datang untuk menggantikan ku." Habibi tersenyum.
Habibi mengalihkan pandangannya kearah anak kecil yang ada didekatnya. Sasuke tengah asyik menikmati rotinya sambil sesekali meneguk air mineral yang dibawa oleh Habibi. Ia sangat menyenangi anak kecil. Mendengar tawa anak kecil seakan dapat membuat bebannya sedikit berkurang.
Sering ia dilanda rasa rindu kepada adik - adiknya. Terakhir kali ia ke Indonesia tiga tahun yang lalu dan adiknya sudah mulai beranjak dewasa. Fadli adik pertama dari ibu tirinya sudah berumur enam belas tahun dan duduk dibangku SMA kelas dua. Adik keduanya, Bilqis Khumaira berumur tiga belas tahun duduk dibangku kelas satu SMP sedangkan yang paling bungsu baru berumur empat tahun.
Ia sering berkomunikasi dengan Fadli lewat situs jejaring sosial yang salah satunya adalah facebook. Meskipun sebenarnya ia malas bermain facebook, karena waktunya yang habis digunakan untuk bekerja. Tapi, sesekali ia membukanya untuk mengecek keadaan keluarganya di Indonesia. Selain itu, di Jepang sendiri facebook tidak terkenal seperti di Indonesia.
"Apa ayah Sasuke masih mempunyai keluarga?" tanya Habibi kembali memecah keheningan.
"Entahlah, aku juga tidak tahu pasti. Yang aku tahu, orang tuanya sudah meninggal setahun yang lalu. Sedangkan saudara kembarnya meninggal saat berusia lima belas tahun." jelas Ishikawa sambil mendesah lirih.
"Ayah Sasuke kembar?"
"Iya. Kembarannya meninggal karena sakit kanker hati."
"Keluarganya yang lain?" Ishikawa mengangkat bahu.
"Aku tidak tahu soal mereka." ia menoleh kearah Habibi.
"Hei, apa kau menangis Habibi?" tanyanya kaget melihat pria disampingnya itu agak terisak dengan mata mulai berkaca - kaca. Sasuke ikut menoleh kearahnya. Wajah polosnya menatap bingung melihat paman Indonesianya menangis.
"Melihat Sasuke, aku jadi rindu dengan adik - adikku di Indonesia." jawabnya tersenyum sambil menghapus airmatanya. Tak ada jawaban dari Ishikawa. Pria itu terus menatap kepadanya seolah meminta jawaban lebih.
Habibi menghela napas panjang lalu mengeluarkannya perlahan.
"Aku merasa kasian sama Sasuke. Diusianya yang sekecil ini, ia harus kehilangan ibunya untuk selamanya. Belum lagi ayahnya yang belum sadarkan diri. Diusianya yang masih sangat kecil, ia harus menjalani ini semua." sahutnya terisak sambil meraih Sasuke dan memanggunya.
"Ia masih membutuhkan figur seorang ibu. Ia masih membutuhkan kasih sayang ibunya." Habibi mengelus rambut Sasuke.
"Tapi kenyataannya. Ia tidak akan pernah mendapatkannya. Ia tidak akan pernah merasakan kehangatan dari pelukan seorang ibu, ia tidak akan bisa menikmati masakan seorang ibu, tidak akan ada yang membacakan dongen buatnya saat ia mau tidur dimalam hari, tidak ada yang menemani tidurnya saat ia merasa ketakutan tidur sendiri, tidak akan ada yang merajutkan baju hangat buatnya,
Air mata Ishikawa pun jatuh tak terbendungkan. Kali ini, ia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya pada pria disampingnya. Jauh didalam lubuk hatinya, ia bisa merasakan apa yang tengah dirasakan oleh Habibi terhadap Sasuke.
* * * Haruka * * *
"Anak siapa ini, Habibi-chan?" tanyanya kaget saat melihat seorang anak kecil berada di dalam apartemen tetangganya itu. Anak kecil itu tengah menduduki punggung Habibi seperti sedang menaiki seekor kuda. Tadinya ia menemui tetangga prianya itu karena ingin curhat tentang perkembangan hubungannya dengan Akio. Tapi, ia di kagetkan oleh seorang anak kecil yang tengah asyik bermain kuda - kudaan dengan Habibi.
Habibi lupa mengunci pintu dan sudah menjadi kebiasaan Haruka bila mengetahui Habibi ada di apartemennya. Wanita itu akan langsung masuk ke dalam tanpa mengetuk mau pun menekan bel pintu terlebih dahulu. Pernah ia tiba - tiba masuk ke apartemen Habibi, saat laki - laki itu baru saja selesai mandi dan hanya melilitkan handuk dipinggangnya. Dua detik pertama ia kaget melihat Habibi yang bertelanjang dada. Selanjutnya ia terpesona dengan tubuhnya. Meskipun badannya tidak terlalu terbentuk, tapi itu sudah cukup membuat Haruka terpukau dan menelan air ludah dibuatnya.
Habibi menurunkan Sasuke dari punggungnya kemudian ia bangkit berdiri, hingga tingginya beberapa senti lebih tinggi dari Haruka.
"Dia..." belum sempat ia menjelaskan, wanita itu langsung memotong ucapannya.
"Haa... Jangan - jangan dia anakmu yang selama ini kau sembunyikan dari kami? Jadi kau sudah berkeluarga dan ini anakmu? Siapa wanita yang sudah berani merebutmu dariku? Mana dia? Apa dia ada di dalam? Hei, keluar!" oceh Haruka tak mau berhenti. Kepalanya memutar ke seluruh penjuru mencari sosok wanita yang ia maksud.
"Oneechan tenang dulu." sahutnya mencoba menenangkan Haruka.
"Bagaimana aku bisa tenang, Habibi-chan. Kau sudah membohongiku selama ini. Kau sudah berselingkuh dengan wanita lain. Apa karena sudah putus asa mencari Yamada Hachiro, akhirnya kau memutuskan untuk menikahi wanita? Tapi kenapa bukan aku wanita itu? Aku siap untuk kau hamili." ujarnya terus nyerocos tak mau mendengarkan penjelasan Habibi.
Sasuke merasa ketakutan dengan sikap Haruka. Ia bersembunyi di balik kaki kanan Habibi.
"Oneechan, kau salah paham. Makanya dengarkan aku dulu!" perintahnya agak membentak.
"Baiklah, aku siap mendengarkan." tangannya bersedekap di dada. Matanya menatap tajam kearah Habibi. Entah mengapa pria itu merasa seperti tengah berhadapan dengan seorang istri yang ketahuan suaminya memiliki istri lain.
"Ini Sasuke, keponakan Ishikawa sempai." ujarnya mulai menjelaskan.
"Ishikawa punya keponakan?" Haruka mengerutkan alis.
"Iya. Dia anak dari Hana Ishikawa, adik Ishikawa Hiro. Oneechan masih ingat sama Hana, bukan?" Haruka mengangguk mengiyakan.
"Ini anaknya."
"Kenapa dia bisa ada bersamamu?" tanyanya. Suaranya sudah kembali tenang. Habibi bernapas lega.
"Tadi aku datang menemuinya dirumah sakit. Saat aku mau pulang, ia tidak mau melepaskan tangannya dari pakaianku. Katanya ia ingin bersamaku. Akhirnya, sempai mengizinkanku membawanya pulang." ujarnya menjelaskan.
"Rumah sakit? Siapa yang sakit? Kenapa kau meminta izin dengan Ishikawa bukan dengan ibunya?" Haruka makin mengerutkan dahinya. Matanya menatap tajam kearah Habibi, menunggu penjelasan darinya.
*****
sekotak tissue sudah hampir habis untuk menghapus airmatanya yang terus mengalir membasahi pipinya yang putih kemerahan. Sesekali ia juga mengelap ingus yangkeluar dari hidungnya yang lumayan mancung. Wanita itu menangis histeris ketika Habibi selesai menceritakan apa yang terjadi kepada kedua orang tua Sasuke.
"Ini tidak adil. Mengapa anak sekecil dia harus menjalani kehidupan seperti itu." sahutnya histeris. Ia menarik beberapa lembar tissue terakhir dari tempatnya lalu menempelnya kehidungnya. Kemudian ia mengeluarkan ingus dari hidungnya dengan sepenuh hati.
"Kasian sekali anak ini. Ia masih sangat kecil." sambungnya lagi.
Habibi menghela napas panjang dan mengeluarkannya perlahan.
"Sudahlah oneechan, tidak sudah menangis. Ini sudah menjadi takdir yang harus dijalani Sasuke." sahut Habibi bijak. Ia menghapus airmata dengan tissue yang ada ditangannya.
"Kita tidak boleh bersedih di depan Sasuke, biar ia tidak merasa dikasihani. Kita harus menguatkannya, kita harus memberinya semangat." sambungnya lagi. Haruka mengangguk mengiyakan.
"Hai, nama bibi Haruka. Maaf ya sudah membuatku kaget. Salam kenal, nama kamu siapa?" sahut Haruka sambil tersenyum manis kepada Sasuke.
Sasuke menatap dalam wajah Haruka yang ada di depannya. Ia seolah tengah mencari sesuatu dari mata Haruka. Setelah diam agak lama, perlahan raut wajah Sasuke yang tadinya ketakutan kini menghilang. Bibir kecilnya melebar membentuk garis melengkung. Ia tersenyum.
"Aku Sasuke." jawabnya. Suaranya renyah.
"Bibi punya roti, tidak?" tanyanya polos. Habibi dan Haruka tertawa mendengarnya. Wanita itu mengangguk mengiyakan.
*****
"Apa kau sudah melihat ayahnya?" tanya Haruka sesaat setelah Sasuke tertidur pulas. Napasnya naik turun dengan teratur, wajahnya sangat damai. Haruka sempat mengecup keningnya.
"Belum." jawab Habibi sambil merenggangkan kakinya.
"Kenapa belum?" tanyanya lagi.
"Belum sempat oneechan."
"Kau tidak boleh begitu, kau harus menjenguknya. Bagaimana kalau besok kita sama - sama pergi menjenguknya?" tawarnya antusias.
"Ide yang bagus, oneechan. Aku juga penasaran, bagaimana wajah ayah Sasuke."
"Kalau begitu sudah diputuskan. Besok kita akan pergi kerumah sakit." Habibi mengangguk.
"Habibi-chan, besok aku bawa apa ya?"
"Terserah oneechan?" jawabnya datar.
Habibi menerawang, seperti apakah wajah ayah Sasuke. Apakah wajah Sasuke mirip dengan wajah ayahnya?
To be Continue :-)
@yubdi
@rizky_27
@kimo_chie
@Rivengold
@Hananta
@agungrahmat
@WYATB
@Adhi48
@Hantuusil
@Putra_ajah
@half_blood
@kizuna89
@iansunda
@sasadara
@Hidingprince
@d_cetya
@Callme_DIAZ
@nakashima
@haha5
@Cowoq_Calm
@Fransleonardy_Fl
@eizanki
@Ricky89
@YogaDwiAnggara
@Duna
@Agova
@Zazu_faghag
@arifinselalusial
@tialawliet
@adzhar
@san1204
@awanwanku
@TigerGirlz
@adjie_
@Raka Rahadian
@Irfandi_rahman
@bayumukti
@Jacksmile
@babehnero
@tarry
@pokemon
@seno
Sok tau nih @YogaDwiAnggara :-P
Kayak lagu arab yah @HidingPrince :-)