Ini Cerbung tapi gak terlalu panjang juga sih.. Yuk di simak aja..
CINTA SELUAS KAMAR KOST..
***
#Tak cukup ku merangkul hampa, ku rindu kasihmu.
#Tak cukup menahan sesak, ku butuh bahagia darimu.
#Aku ingin membantai impian akan cinta, aku takut terluka.
#Namun dada ini bertahan dengan satu rasa, ku harapkan cinta mulia.
#Aku kini sudah melihatmu, berjalan menghampiri dengan sebuah senyum termanis.
#Senyum penuh tawaran dan harapan yang menakutkan diriku.
#Haruskah ku menjemputmu atau menunggu.
***
Aku sudah berjalan terhuyung-huyung karena lelah, masih kususuri jalanan komplek dengan lunglai, hari sudah hampir tenggelam namun aku masih belum dapat kamar kost juga.
Namun akhirnya Tuhan merasa kasihan juga padaku setelah mengelana seharian ini, saat aku sudah putus asa tiba-tiba aku melihat sebaris tulisan besar-besar tercetak di selembar kertas kartoon, di depan sebuah rumah di komplek perumahan yang sedari tadi susuri.
*KAMAR DI SEWAKAN*
Seakan pucuk di cinta ulat pun tiba..
Pucuuuk... Pucuuuk... Pucuuuk...
Aku langsung melonjak girang, akhirnya dapat kamar kost juga, setelah seharian berkeliling mencari-cari dan selalu tak ada kamar kosong.
Seperti kesetanan aku langsung menggedor-gedor pintu pagar rumah itu sekencang-kencangnya, tenagaku seakan kembali.
Beberapa menit kemudian seorang wanita keluar, sudah agak tua, badannya gendut, di kepalanya di penuhi rollan rambut.
"Ada apa?" bentaknya galak menatapku menyelidik.
"Nama saya Eric Ardianto 18 tahun, saya mahasiswa semester pertama dan saya mau kost disini Tante.." Teriakku tak sabar, sambil menunjuk tulisan di dinding.
Menatap perempuan itu dengan tatapan penuh harap, mudah-mudahan masih kosong.
Wajah perempuan itu mengendur, menghampiriku yang berdiri di depan pagar namun dia tak segera membuka pintu pagar.
"Sebulan 600 ribu, bayar di muka, jam malam pukul 11, tidak bawa sembarangan teman, tidak berisik, tidak jorok, KTP asli.. Ada?" Dengan cepat perempuan gendut itu menyebutkan syarat-syarat untuk bisa kost dirumahnya, tanpa berpikir lagi aku mengangguk mantap tanda setuju, daripada aku mesti keliling lagi mencari.
Perempuan itu tersenyum senang lalu membuka pintu pagar mempersilahkan aku masuk. Tiba-tiba saja Tante gendut ini menjadi ramah.
Akupun segera masuk dan mengikuti perempuan yang mengaku bernama Tante Mirna itu, dia ingin memperlihatkan kamarnya padaku setelah tadi dia memeriksa KTP ku dengan teliti.
Tante Mirna adalah pemilik rumah ini.
"TUNGGU..." Seseorang berteriak dari arah pagar, aku dan Tante Mirna yang baru tiba di teras menoleh, seorang cowok tanpa ijin masuk ke halaman lalu berlari menuju arah kami.
Seorang cowok yang lumayan gagah dan tampan.
"Siapa kamu?" Tanya Tante Mirna menyelidik sesaat cowok itu tiba di depan kami, akupun tak lepas memandangi cowok yang sepertinya beberapa tahun di atasku usianya, memang ganteng dengan postur tubuhnya yang tinggi, kulitnya putih bersih.
"Aku Aska Tante, aku yang mau kost di sini.." Jawab cowok yang mengaku bernama Aska itu, alisku mengernyit merasa tak enak hati, kenapa ada orang lain lagi yang mau kost?
Ah mungkin ada beberapa kamar yang mau di sewakan pikirku. Tapi awas aja kalo mau nyerobot.
"Kamar yang mau di sewakan disini cuma satu dan sudah di isi dia, jadi kamu telat.." Balas Tante Mirna menjelaskan sambil menunjuk kearahku, aku kaget namun sedikit tenang karena Tante gendut ini memilihku.
"Tapi aku tadi udah sepakat di telfon Tante, bahkan sudah ku kirim uang muka setengahnya ke rekening pemilik rumah ini.." Cowok itu terlihat kecewa, sesaat melirikku tak acuh.
"Pemilik rumah ini saya, dan saya gak pernah merasa transaksi dengan kamu.." Kata Tante Mirna ketus.
"Tadi aku transaksi dengan yang namanya Om Herman.." Cowok itu memaksa, Tante Mirna tampak berpikir, aku jadi khawatir.
"Oh itu suami saya, kenapa dia gak bilang ya.." Katanya tampak ragu, wah gawat aku jadi merasa terancam nih, dasar cowok nyebelin kenapa tiba-tiba muncul sih.
"Maaf, siapa nama lo tadi? Ahya Aska, sebaiknya lo cari kost lain saja, gue udah bayar full sama Tante Mirna jadi gue yang kost disini.." Kataku pada cowok itu, aku harus mempertahankan yang udah jadi milikku, aku gak bisa diam saja dia mau merampas dariku.
"Gak, gue udah cocok disini, dan gue yang lebih dulu dapetin kamar ini tadi pagi.." Balas cowok itu sepertinya dia gak mau ngalah.
"Pokoknya saya yang kost disini Tante.." Teriakku panas, berbalik pada si Tante.
"Tidak, aku saja Tante.." Aska ngotot.
"Sudah, sudah kalian jangan berantem, biar Tante yang mutusin.." Teriak Tante Mirna kencang menghentikan debatku dengan cowok tengil itu.
"Begini saja, kamarnya sangat besar jadi kalian kost saja berdua, kalian juga di untungkan bisa lebih irit untuk biaya sewa kamarnya, bagaimana?" Kata Tante Mirna lagi ngasih usul.
Aku dan Aska saling pandang lalu..
"TIDAK MAU.." Teriak kami berbarengan, amit-amit kudu satu kost sama dia, jauh-jauh deh.
"Aku gak biasa sekamar berdua Tante.." Ucapku lagi ngasih alasan penolakanku.
"Aku juga.." Aska ikut-ikutan.
"Terserah kalian sih, jika mau kalian bisa kost disini, jika tidak kalian keluar saja, Tante gak terima satupun dari kalian karena Tante harus adil.. Pikirkan saja.." Kata Tante Mirna tegas, menatap kami cuek.
Aku dan cowok tengil itu terdiam, bingung dengan keputusan yang di berikan Tante kost.
Jika aku setuju males banget harus satu kamar dengan cowok nyebelin kayak ni orang, tapi kalo menolak berarti harus muter-muter nyari lagi, padahal udah sore banget neh.
Haduh! Jadi dilematik begini.
"Baiklah aku mau deh Tante.." Aska menjawab lebih dulu, aku langsung mendelik padanya.
"Dan kamu..?" Tante Mirna melotot padaku
"Aku juga mau Tan.." Jawabku akhirnya, tak ada pilihan lain lagi selain setuju daripada harus muter-muter kota lagi malam-malam.
-Biar saja nanti akan ku usir secara halus ni anak, akan ku buat dia tak betah dan keluar sendiri- pikiran jahatku langsung berkelana, sambil melirik Aska dengan penuh rencana
"Oke, sekarang ikut Tante, kamar kalian ada di atas.." Tante Mirna bernafas lega, lalu dia melangkah masuk ke dalam rumahnya, aku dan Aska mengikutinya, saling mendahului dan saling sikut di belakang si Tante.
-Awas kau cowok tengil-
****
Bersambung....
Comments
@Farrosmuh
@maret elan
@adam25
@bayumukti
@farizpratama7
@Rimasta
@rizky_27
@mustaja84465148
@eldurion
@Tsu_no_YanYan
@arieat
@rez_1
@YANS FILAN
@adinu
@ularuskasurius
@Donxxx69
@fad31
@MikeAurellio
@brianbear_89
@Shishunki
@PohanRizky
@3ll0
@ruki
@agova
@jamesfernand084
@venussalacca
@Gabriel_Valiant
@putra_prima
@Qwertyy
@fansnya_dionwiyoko
@rendifebrian
@Beepe
@dota
@danielsastrawidjaya
@nakashima
@leviostorm
@kimo_chie
@Bonanza
@Dimz
@sasadara
@Agova
@angga_rafael2
thanks
huh..hah..huh..hah..huh..hah..
#bernapas dulu
makasih banyak ya udah mention aku.. hehe
**
Di depan sebuah kamar Tante Mirna berhenti, aku dan Aska ikut berhenti dengan serentak, mengerem kaki kami.
"Ini kamar kalian, dan ini kuncinya.." kata Tante Mirna sambil menyerahkan sebuah kunci kamar.
Aku dan Aska berebut mengambil kunci itu, tapi Aska yang berada lebih dekat dengan Tante Mirna lebih dulu mendapatkan kunci itu.
Aku langsung merengut dan memberi tinju ke mukanya, dia mencibir pongah.
Tante Mirna hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kami.
Aku mendelik kesal pada Aska, eh dia malah menjulurkan lidahnya meledek ku, dasar menyebalkan ni orang, mangkel rasanya hatiku.
"Kalian baru bisa menempati kamar ini setelah melapor pada ketua RT disini, mengerti..?" Kata Tante Mirna dengan menatap kami dingin.
"Siap Tante.." aku dan Aska menjawab kompakan.
Aku menyikut Aska sebal, dia balas menyikut tak mau kalah, aku melotot padanya di balas pula olehnya.
"Kalian ini nanti bakal jadi teman kost, jadi jangan berantem terus, ingat ya Tante gak mau rumah ini berisik karena ulah kalian yang tak mau akur, lagipula disini ada anak kecil Tante gak mau tingkah kalian jadi contoh buruk bagi dia, jadi Tante akan segera mengeluarkan kalian dari rumah ini kalo terus-terusan begini.." Bentak Tante Mirna mengagetkan kami, sepertinya dia mulai jengah dengan tingkah kekanakan kami.
"Baik Tante, maaf.." Aku langsung diam dan meminta maaf, tentu saja aku tak mau terancam di usir dari kamar kost yang susah ku dapatkan ini.
"Yasudah tante ke bawah dulu, kalian beres-beres saja, jika di antara kalian sudah ada yang bawa barang-barang.." kata Tante gendut itu lagi lalu membalikan tubuh dan tanpa bicara lagi Tante Mirna pun segera meninggalkan kami.
Aska segera membuka kunci kamar, saat pintu terbuka aku dan dia berebut masuk ke dalam, aku gak mau keduluan untuk dapetin tempat yang nyaman buatku.
Tapi tenaga si kampret ini besar banget, aku sampe kedorong dan jatuh waktu tubrukan di pintu, mataku langsung berkilat marah padanya sedang dia tertawa mengejek.
"Dasar cowok lemah.." Sinisnya tajam, hatiku panas di buatnya, tapi kubiarkan kali ini.
Saat sudah di dalam kami malah terbengong, ternyata kamar itu masih kosong melompong, tak ada apapun, jangankan ranjang nyaman atau lemari dan lainnya, bahkan sebuah bangkupun tak ada, hanya dinding dan lantai saja.
"Uh dasar Tante pelit.." rutuk Aska geram
"Iya.." gumamku juga
"Ngapain lo ikut-ikutan" Aska protes, mencibir kearahku
"Suka-suka gue lah.." jawabku panas
"Dasar pembajak.." Omelnya lagi, aku tak membalasnya lagi, ntar malah angot dia..
"Oke! Lebih baik kita bikin aturan di kamar ini.." Katanya lagi setelah mondar mandir kayak setrikaan, aku menoleh gak ngerti.
"Aturan apa maksud lo?" Tanyaku sengit
"Karena gue gak mau ya entar lo gangguin hidup gue, jadi sekarang harus ada aturan disini.." Katanya dengan lagak soq banget.
"Oke, gue setuju, jadi aturan apa yang lo mau.." Balasku menantang
"Gue mau tempat ini di bagi dua, harus ada garis batas yang misahin kita jadi kita nanti punya daerah masing-masing, punya aturan masing-masing, yang melanggar kena denda.." Katanya
"Setuju.." Aku langsung deal dengan usulnya, karena itu juga yang mau ku utarakan tadi.
"Jadi kita Deal?" Ucapnya sambil mengulurkan tangannya, aku segera menyambut tangan itu.
"Deal.." Jawabku tegas.
Kami saling menatap, menebarkan peperangan di antara kami.
"Gue mau ke bawah dulu, mau minta minum sama si Tante, haus nih, lo silahkan bersih-bersih dan pel semua lantai ya.." Kataku cuek lalu ngeloyor meninggalkan dia..
"Heh maksud lo.." Teriak Aska tak terima, dia mengejarku, tapi terlambat saat Aska melompat ke arah pintu dengan sengaja aku membanting pintu kencang.
Dan, BRUGH..
"Aduh..." Terdengar suara teriakan Aska mengaduh di dalam, aku tersenyum puas apalagi saat terdengar suara orang terjatuh.
-Rasain deh emang enak nyium pintu, itu pasti sangat sakit-
Aku tersenyum puas.
****
Bersambung..