It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@nakshima
@aries18
@san1204
@abrakadabra
@Farrosmuh
@maret elan
@adam25
@bayumukti
@farizpratama7
@Rimasta
@rizky_27
@mustaja84465148
@eldurion
@Tsu_no_YanYan
@arieat
@rez_1
@YANS FILAN
@adinu
@ularuskasurius
@Donxxx69
@fad31
@MikeAurellio
@brianbear_89
@Shishunki
@PohanRizky
@3ll0
@ruki
@agova
@jamesfernand084
@venussalacca
@Gabriel_Valiant
@putra_prima
@Qwertyy
@fansnya_dionwiyoko
@rendifebrian
@Beepe
@dota
@danielsastrawidjaya
@nakashima
@leviostorm
@kimo_chie
@Bonanza
@Dimz
@sasadara
@Agova
classical story!
Yang pasti Eric dan Aska bukan Raffa dan Effan.. Berbeda.. Hehe
Ternyata si Tante juga nawarin makan, mungkin merasa kasihan karena aku terlihat lemes dan pucat juga, emang sih sejak siang aku memang belum makan, karena lapar aku sambut tawaran itu, dengan lahap akupun menyikat menu menggiurkan di meja makan si Tante.
Sampai si Tante meringis-ringis melihat aku yang kesetanan melahap semua yang ada, mungkin dia menyesal udah nawarin aku makan tadi. Salah siapa kan.
Saat sedang lahapnya makan seorang bocah turun dari lantai atas, sepertinya dia anaknya si Tante karena cukup mirip. Anak itu nampak terbengong saat melihatku sedang makan.
"Mi, kedatangan pengungsi dari mana koq rakus amat.." Celetuknya tanpa tedeng aling-aling ampe aku hampir keselek irisan timun yang sedang ku kunyah.
"Udah biarain aja, hitung-hitung kita Amal.." Balas si Tante dengan sadisnya. Mendengar obrolan mereka malah membuat aku pengen nambah sepiring lagi. Biar tahu rasa deh.
Selesai makan akupun kembali ke kamar, aku mau ngambil tas ranselku yang kelupaan tertinggal di kamar setelah itu aku mau ke rumah sepupuku untuk ngambil barang-barangku.
Beberapa hari ini aku numpang pada sepupuku karena belum dapat kosan, dia sih melarang aku pindah tapi gak enak juga numpang terus, lagian aku ingin punya kebebasan, sepupuku itu terlalu bawel.
"Oh Shit.." Teriakku kaget tak kepalang saat aku masuk kamar, aku menemukan Aska tergeletak di lantai kamar, sepertinya dia pingsan.
Pantas saja tadi dia tak mengikutiku ke bawah, aku pikir dia benar-benar bersih-bersih, tak taunya..
-Ah dasar bocah lemah baru kepentok gitu saja pingsan- kataku panik.
Aku segera menghampiri si tengil yang tampak tak sadar itu, ku tepuk-tepuk pipinya kencang, berharap dia segera sadar.
"Hoi, hoi bangun, ngapain sih lo pake acara pingsan segala, dasar payah.." Panggilku berusaha menyadarkannya, tapi anak itu tak bangun-bangun juga, aku jadi panik di buatnya.
"Heh bangun kampret, jangan mati disini.. " Panggilku lagi lebih kencang sambil menggoyang-goyangkan tubuh besarnya, namun aska tetap tak bergeming.
-Oh iya, mungkin dia sesak nafas atau kepanasan- pikirku
Lalu aku segera membuka satu persatu kancing kemeja yang di pakai Aska, dan ku buka bajunya, hmm bagus juga tubuh dia, terawat. Pasti doyan ngegym.
Lalu aku segera membuka sabuk yang di pakainya, menurunkan resletingnya. Upz.. Kok ada bulu-bulu halus keluar sih. Oh ya ampun ternyata dia gak pake celana dalam, huh dasar cowok jorok.
Aku segera menarik lagi resletingnya jijik banget deh, gak jadi buka celana dia, mungkin baju saja udah cukup.
Ugh dadaku jadi berdebar tak karuan dan merinding gini, aku menelan ludah resah, galau deh!
Tapi kenapa dia belum sadar juga, padahal sudah ku kipasi juga.
Apa aku harus buat nafas buatan? Ieeeewh ogah banget ngasih nafas buatan sama dia, males banget deh..
Tapi kalo dia mati gimana?
Perlahan aku mendekatkan wajahku, mau tak mau aku harus ngasih nafas buatan daripada dia mati.
Satu senti lagi bibirku menyentuh mulutnya, aku deg-degan jadinya tapi Upz...
Tiba-tiba mata dia terbuka di saat bibirku baru saja menempel di bibirnya, dia udah sadar.
Aku melotot kaget, begitupun dia, namun bibir kami masih saja menempel.
Tiba-tiba dia mendorong tubuhku sekuat tenaga dan meloncat menjauh.
"Hoi sialan lo, mu ngapain lo dasar cabul, ngapain lo cium-cium gue, dasar tukang cari kesempatan.. Homo lo ya?" Bentaknya ganas, melotot padaku sambil mengusap-usap bibirnya seakan baru saja tertempel barang menjijikan
"Kampret.. Gue cuma mau kasih nafas buatan karena lo pingsan lama banget, jangan asal nuduh ya, najis gue nyium lo amit-amit deh" Bentakku balik marah ke dia, gila pantatku sampe sakit ngebentur lantai saat didorong dia dengan keras.
"Lo yang sialan, maen tutup aja, sakit bego, lihat muka ganteng gue jadi rusak gini gara-gara lo.." katanya agak meringis saat dia memegang jidatnya yang udah numbuh telor angsa disana, narsisnya keluar, najis tralala deh.
"Suruh siapa lo ngikutin gue?" balasku cuek
"Ngapain lo kabur tadi, enak aja gue di suruh bersih-bersih sendirian?" cercanya lagi masih tak terima soal aku tadi ninggalin dia.
"Kan gue udah bilang gue mu minta minum ke bawah" ketusku, benar-benar bete nih sama anak kampret ini.
"Udah ah, males ngurusin lo.." kataku lagi lalu segera kembali melangkah keluar dari kamar, kali ini aska tak melarangku.
"Yaudah sono-sono.. Awas lo kalo kapan-kapan cari kesempatan lagi mu nyabulin gue.." teriak Aska sambil mengibas-ngibas kedua tangannya mengusirku.
"Udah gue bilang gue bukan nyabulin lo, jangan sembarangan ngomong lo, gue gampar juga lo.." teriakku lagi nongol di pintu, enak saja di tuduh nyabulin dia, siapa dia huh, dasar soq kepedean.
"Muka lo tu cabul jadi gue gak percaya sama lo, mencurigakan, sini gampar kalo berani.." sinisnya sambil melotot.
"Terserah lo dah.." Ketusku sebal, lalu segera pergi, ngapain ngurusin orang aneh kayak dia, lagian kalo aku benar-benar ngegampar dia apa bisa menang? Tubuh dia besar gitu sedang aku kecil kurus gini.
"Dasar aneh, muka cabul.." masih terdengar dia merutuk di dalam, sekarang tak kupedulikan lagi, aku terus turun ke bawah dan setelah pamit sama Tante Mirna aku segera ke rumah kosan sepupuku.
Siaaap deh.. D tunggu ajah yah