BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Country in the Book (5 X Dead )[On Going]

11718192123

Comments

  • @sefares sebelumnya terimakasih sudah menculik saya utk baca tulisanmu yg sangat bagus ini.
    cerita ini terlalu bagus utk karangan seorang anak smp. aku aja ga.bisa nulis kyak gini. hehehe
    masih d halaman 5 tp menarik banget ceritanya.
    oh iya. semoga lulus un dengan nilai yg memuaskan ya.
    mudah2an siswa2ku juga lulus 100%
    amin
  • eh, beneran masih smp emang belum lulus? km org yg sama, sama yg pake nickname ini di blognya andystar itu bukan?
  • sll dukung n nunggu koq, btw semangat yeah, ,, ok.
  • aku belum pernah baca(rasanya sih) jadi belum punya tanggapan, berarti harus baca dari awal.. mention aja :)
  • Lanjutkan hingga tamat :D
  • Pasti baca !
  • akhirnya lanjut juga selesain yah sampe tamat ;)
  • @AvoCadoBoy makasih kak... semoga bisa dilanjut hingga tamat ya :)

    @Fuumareicchi aduh komentarnya wow. hehe :D

    @alfa_centaury Aamiin. doain ya kak semoga masuk SMA favorit. Takut sama ayah kalau misalkan gak diterima. bisa-bisa dikurung :(

    @d_cetya iya kak. saya yang di blognya Bang AndyStar Vegantara. hehe :) belum kqk belum lulus. semoga saja lulus sekarang... :D

    @mustaja84465148 siap laksanakan! :)

    @elul siap. maaf jika sebelumnya saya nge mention kakak tanpa ijin...

    @arieat pasti kak. makasih kak dari dulu sampai sekarang selalu baca cerita fares... :))

    @sip sip... mungkin nanti siabg update. gak jadi malam soalnya ada kepentingan. wkwkwk

    @RichardLee pasti kak... makasih :))
  • @Sefares amin. optimis. saya juga takut nih kalo ada yg ga lulus kan malu2in sekolah.
  • yaelah aku kira udah lulus lho itu kn udah lama :D
    amin,,
  • Tak kira dah kuliah waktu gabung di AVN... Ternyata masih brondong unyu ...
  • kereeeennnn.. rapih pula..
    dan msh brondong. Wow. Wow

    #Colek @TigerGirlz neng tantri.. aku kok ga d kasih tau ada cerita keren gini..
    TS titip mention yah..

    kirain aa' udah mampir kesini a..
  • iya betul lama bnget sampe agak2 lupa cerita yg lumayan berat ini. Jangan lupa mention kalo update ya... thx
  • edited June 2014
    Aku bukanlah aku... aku, kisah masa lalu Cassie!

    Aku membuka mataku perlahan setelah semuanya terasa cukup. Tapi ada yang aneh. Hal ini seperti ilusi milik sihirnya Caka ketika ingin memunculkan granc-ku. Kembali, sepertinya aku tidak ada di aliran sungai, atau bersama Cassie. Tubuhmu berat sekali dan rasanya tidak bisa bergerak. Yang bisa kulakukan hanya memandang langit tanpa bisa berpaling. Pikiranku juga sepertinya tidak bisa digunakan. Aku tidak tau apa yang sedang terjadi saat ini. Aku kehilangan kontrol tubuhku. Jiwaku sepertinya ada yang mengisi. Tapi siapa? Arrrggghh! Aku tidak ingat apapun lagi!

    ***

    Aku memandang horizon langit yang membentang luas di angkasa raya. Pesonanya seakan memanjakan mataku. Sungguh sangat indah... Cahayanya seperti fatamorgana. Menyerupai lautan air dengan seribu keindahan. Panas! Hatiku bergejolak ketika memandang 1 bintang. Sangat terang dan dekat.

    "Huhhh..." Aku memicingkan mataku sejenak. Menghirup udara malam dengan aroma pekatnya. Terus kuhirup udara di sekelilingku. Tangan yang mendekap lutut rasanya tidak berguna lagi. Karena malam... tidak sedingin yang kukira.

    Mataku kembali menatap langit. Menantang sebuah pengertian dari daya khayal yang menyelubung. Terbesit untuk menumpah-ruahkan gejolak emosi. Karena aku telah melakukan kesalahan fatal. Rupanya memicingkan mataku tidak membuahkan sebuah ketenangan. Hanya mencekam dari suasana hati yang tadinya riang menjadi dilematis. "Apakah sekarang kau puas!?" bibirku bergetar ketika mengucapkan kalimat itu. Menahan gejolak emosi yang sebentar lagi akan membuncah.

    "Aku tanya, apakah sekarang kou puas!?" desisku dengan gigi bergertak. Rahangku mengeras seketika. "Apakah kou bisu hah!?" sekarang aku berteriak. Menatap cahaya remang yang dipancarkan oleh bulan dan bintang.

    "Kak, kakak kenapa?" aku merasakan suara isak tangis di sebelahku. Bahuku gemetar...rupanya aku juga menangis.
    "Lihat Cass!" tunjukku ke atas. "Bintang telah mempermainkan kita! Awalnya, dia memancarkan sejuta keindahan. Tapi, lihat sekarang!" aku berteriak dengan emosi tertahan. Semuanya bergetar. Hanya pelukan dari Cassie yang mampu membuatku tenang. Emosional masih menguasai!

    "Apa kak? Cassie gak melihat apa-apa?" tangis Cassie semakin menjadi, mengalir deras dari bulu matanya yang lentik.

    "Lihatlah, Cass. Cahaya bintang membentuk sebuah siluet. Kakak sudah lama sekali menghapusnya. Tapi... kenapa malah terngiang kembali!?" air mataku kembali mengalir ketika melihat siluet itu. Bayangan kabur yang membentuk sebuah keluarga. Aku yakin itu keluargaku.

    "Kak, itu hanya cahaya remang. Tidak berarti apa-apa!" ujar Cassie lirih. Sepertinya dia juga merasakan rasa sakit yang kurasakan. "Kadang, aku merasa hidup telah mempermainkan kita. Penuh dengan enigma. Tapi sialnya, kita tidak bisa memecahkan enigma tersebut." Aku menatap Cassie sebentar. Suasana ternyata berubah menjadi senyap. Tak ada lagi air mata. yang ada hanya kebisuan dengan pikiran yang berkecamuk. Lalu kutatap lagi langit. Benar kata Cassie. Hidup adalah sebuah enigma. Siluet yang kulihat perlahan menghilang. Jika ditelaah, mungkin kejadian ini ada maksud tertentu. Tapi sudah jelas bahwa semuanya hanya teka-teki. Aku masih belum mengerti dengan kata 'hidup.' Terlalu dini jika aku membuat pernyataan itu sekarang.

    Lama kami seperti ini. Sekarang, aku tidak melihat lagi
    bintang. Yang kulihat hanya gumpalan awan berwarna hitam. Suara lindap petir seakan memberi suasana baru dari malam ini. Aku tersenyum. "Enigma... enigma... enigma...," gumamku.

    "Enigma?" tanya Cassie. Aku semakin mengembangkan senyum. Sayup-sayup, aku mendengar suara rintikan hujan menghantam atap rumah ini. Sangat kontras sekali dengan suasana tadi. Berubah menjadi bising dan dingin.

    "Benar kata kamu, Cass... hidup itu penuh dengan enigma," jawabku. Aku tau Cassie tidak mengerti. Tapi biarlah itu menjadi pikiran dia. Karena sekarang, aku mempunyai prinsip hidup. "Akan kucari dan kutemukan enigma hidupku."

    "Aku juga...," balas Cassie lirih.
    ***
    Malam ini, hujan merabak dengan kerasnya. Membuat aku bertanya. "Sedang marahkah dia? Atau hujan telah merasakan kesedihanku dan ikut berbaung menemaniku?" Padahal, hujan kemarin telah membuat sekujur tubuhku dingin. Membuat aku dan Cassie meringkuk di kamar hanya dengan di alaskan selimbut. Tapi kini, aku bangkit. Aku tidak ingin pasrah oleh keadaan. Ku ambil kayu kering di dapur. lalu memasukannya ke tungku api. Memang hanya ini yang bisa kulakukan untuk menghangatkan tubuhku. Ketika api sudah menyala, kupanggil Cassie untuk beranjak kesini.

    Pintu perlahan terbuka. Menampilkan sosok adikku yang sedang berjalan mengesot. Aku bergeming. Sedih rasanya ketika mengingat insiden kecelakaan puluhan hari yang lalu. "Kakak membuat api, supaya tidak kedinginan," ucapku ketika Cassie duduk di sampingku. Dia menyandarkan kepalanya ke bahuku. Lalu menarik selimbut ke tubuh kami berdua. Gemuruh guntur tak henti-hentinya bersuara. Memenuhi udara dan masuk ke telingaku dengan amat tidak sopan. Apalagi kilatan putih yang hilir mudik. Membuatku takut karena semua itu sepertinya teredam oleh tembok rumahku. Bunyinya seperti gema yang terus mengiang. Sangat memekakkan telinga!

    "JDARR!!" tiba-tiba suara guntur mengagetkan kami untuk kesekian kalinya. Sayup suara pekikkan Cassie dan pintu depan rumah terdengar, membuatku dè javu oleh keadaan ini.

    Perlahan angan-anganku terbang menerobos jutaan jam, lalu mengambil ingatan dari masa yang pernah terpatri yang akhirnya membetuk sebuah celah. Celah ingatan itu semakin membesar seolah kejadian itu seperti lembaran slide, membentuk cerita tanpa kata dan... tanpa suara. Tetapi, ketika waktu terus bergulir, ingatan itu semakin jelas. Suara isak tangis, kehebohan, rasa sakit, getaran, semua itu terkumpul menjadi satu. Hingga akhirnya aku paham, kejadian ini pernah terjadi sebelumnya. Hanya saja, aku tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi, apa yang sedang terjadi?

    "Ayah dan ibu pergi dulu sebentar ya." Ibu tersenyum kepadaku sambil memasukan belatinya ke dalam saku. "Tolong jagain Cassie. Dia akan menjadi gadis yang kuat kelak nanti," lanjut ibu sambil berlari keluar. Menerobos hujan lebat di pekatnya malam.

    Jdar!!

    Guntur tiba-tiba mengagetkanku. Kulihat Cassie menangis, mungkin karena guntur yang tiba-tiba muncul. Bagaimanapun, Cassie adalah harta paling berharga bagiku. Peperangan ini sangatlah tidak adil jika dalam desaku tidak ada yang kuat. Banyak legenda yang meramalkan bahwa desa yang diampit oleh kerajaan yang sedang berperang akan musnah kecuali muncul seorang anak kecil bermata biru di desa yang diampit itu. Yah, ibu dan ayah percaya bahwa orang itu adalah Cassie. Sekarang hanya tinggal menunggu Cassie beranjak dewasa.

    Yah hanya itu ingatan yang bisa ku ambil. Selebihnya, sejak kejadian itu ibu dan ayah tidak pernah kembali. Andai saja aku sudah mempunyai kekuatan untuk berperang, ingin rasanya aku mengikuti ibu dan ayah. Tidak hanya bersembunyi di rumah tanpa ada siapapun kecuali Cassie.

    Blam!!

    Pintu rumah tiba-tiba terbuka. Aku terlonjat kaget karena disana terdapat vampir yang sedang melihatku. "Kenapa? Kenapa harus ada perang!? Dan kenapa desa kita harus terlibat!! Ini peperangan kalian antara kecepatan dan vampir! Kami tidak ikut campur!!" teriakku keras, berharap Cassie bisa mendengarku lalu berlari menuju ruang bawah tanah.

    "Hahahahaha... tidakkah kou sadar? Desa pertengahan ini sudah menjadi takdir untuk granc kami. Untuk para pejuang jika tak kuat untuk berperang, maka kalianlah yang menjadi makanan kami." Orang itu maju ke arahku dengan senyum menakutkan. "Terimalah takdir itu. Bahwa granc vampir yang akan menang dalam setiap peperangan!"

    "Kami hanya desa kecil. Kekuatan kami hanyalah alam untuk kesembuhan jiwa yang sakit. Kenapa kalian negara besar selalu berbuat seenaknya!?" ucapku bengis. Mungkin aku harus melawan untuk melindungi Cassie. Kukeluarkan kekuatan pohon yang bisa kukendalikan semauku. Mencoba melawan serangan granc vampir yang begitu kuat. Tapi apa yang bisa kulakukan selanjutnya? Kekuatanku masih lemah. Sudah pasti orang biadab itu bisa menangkis serangan yang kukeluarkan. Dan ternyata itu terbukti. Gigi vampir itu sukses tertancap di leherku dengan rasa sakit yang teramat sangat. Beginikah rasanya akan mati? Ternyata begitu sakit!

    "Dasar amatir! Terimalah takdir kalian!" Disudut mataku, aku melihat Cassie menangis di pintu belakang. Aku tersenyum kepadanya untuk terakhir kali. Ketika pandangan menjadi gelap, hanya 1 kalimat yang bisa ku ucapkan.

    "Jadilah anak yang kuat, pribadi yang tangguh, serta jiwa yang bisa membuat perubahan atas keadilan hidup..."

    ***

    Jiwaku kini telah kembali. Bersama ingatan pilu tentang kisah masa lalunya Cassie. Entah bagaimana hal itu terjadi. Yang kuyakini saat ini, Cassie ternyata bukan granc Vampir. Dia adalah granc elemental yang mempunyai kekuatan tumbuhan atau semacamnya. Tapi kenapa Cassie bisa menjadi srorang vampir dan srigala? "Cass...?" tanyaku pelan. Cassie membuka matanya dengan alir terangkat.

    "Jawab dengan jujur. Kamu bukan granc vampir kan asalnya?" Mata Cassie sedikit tersenggih.

    "Darimana kamu tau? Apakah dari pancaran energi yang ada disini?" Aku mengedikkan bahu. "Haha, tadi aku sedikit memikirkan keluargaku. Mungkin itu sebabnya terjadi perjalanan astral olehmu, Jar." Sekarang aku mengangguk.

    "Apakah itu berarti, Zacky adalah kakakmu di masa lalu?" tanyaku sedikit hati-hati. Kulihat Cassie memandang sekeliling, ketika tidak ada orang disini, barulah dia bicara.

    "Bukan..." Ketika Cassie menjawab seperti itu, entah kenapa aku merasakan ada kesedihan yang terpancar dari bola matanya.

    "Lalu dia siapa?"

    "Kakakku sangat mirip sekali dengan Zacky. Bola matanya, perilakunya, dan perhatiannya kepadaku. Dulu ketika ada yang mau melukaiku, maka Zacky adalah orang pertama yang berada di barisan paling depan. Tak hanya itu. Kepintarannya dalam meracik ramuan, mengingatkanlu ketika aku sakit parah dulu. Lihat ini..." Cassie memperlihatkan luka di leher kiri. "Itu akibat aku ceroboh karena tidak mematuhi apa yang dikatakan kakaku. Saat insiden itu, seharusnya aku berlari menuju ruang bawah tanah. Tapi aku tidak sanggup melihat kakakku mati begitu saja di tangan vampir biadab yang membunuh kakakku!"

    "Lalu kamu pun berusaha menolong kakakku?" Cassie mengangguk.

    "Namun nahas vampir itu telah membunuhku juga. Hingga di tubuh inilah aku kembali hidup. Semua perkataan yang diungkapkan Zacky bahwa aku adalah kakaknya adalah salah. Tapi aku sudah menganggapnya kakak walaupun dia tidak mau. Dia hanya ingin aku menganggapnya adik. Jauh di masa lalu, mungkin sampai sekarang aku audah berumur ratusan taun. Aku masih bingung sekarang harus melakukan apa. Tapi yang kuyakini sekarang, aku tidak memihak granc mana pun."

    Tidak memilih granc mana pun? Mungkin Cassie benar. Untuk apa aku memihak granc kecepatan jika aku harus membunuh orang yang tidak berdosa? Mungkin lebih tepatnya, kenapa aku harus memihak kepada Fajar? Apakah karena aku mencintainya? Benar kata Stein. Untuk saat ini, harusnya aku tidak memihak siapapun. Akan lebih bijak jika aku mempersatuhan ke lima negara besar atau yang kecil. Baik! Sudah kuputuskan itu tujuan terakhirku!

    "Cass?" tanyaku dengan mata berbinar.

    "Ya, Jar?"

    "Kamu yakin tidak akan memihak kepada granc manapun?" tanyaku penuh semangat.

    "Emangnya kenapa?" tanyanya balik.

    "Gini... bagaimana kalau kita bentuk komunitas bagi orang yang ingin mendamaikan dunia?" Cassie nampaknya masih bingung. "Aku mengusulkan ide seperti ini bukannya tidak memikirkan rasa sakitmu. Aku hanya ingin di dunia ini ada sebuah perdamaian. Kamu tau? Di dunia asliku juga tak ada sebuah perdamaian dan keadilan. Tapi entah kenapa aku percaya bahwa disini ada yang namanya perdamaian. Mungkin kamu merasa ini adalah ide yang bodoh mengingat begitu banyak pengorbanan yang sudah dilakukan oleh pejuang granc aslimu yang berakhir dengan kematian. Mungkin juga kamu berfikir cara alternatif satu-satunya yaitu melanjutkan perang yang telah dilakukan oleh mereka yang gugur. Tapi apakah kamu tau? Dan bahkan kamu seharusnya sudah tau bahwa pemikiran itu sangatlah konyol. Pertaruhannya adalah perang tidak akan pernah berhenti kecuali mendamaikan setiap granc yang ada," jelasku. Semoga saja Cassie bisa mengerti.

    "Kamu benar, Jar..." Cassie tersenyum simpul. Matanya menatap langit yang kini berwarna kuning keemasan.

    "Stein... aku punya tujuan baru. Apakah kamu sudah tau apa yang ingin kulakukan saat ini?" ucapku dalam hati.

    "Ya aku tau... Terimalasih, Jar. Itu adalah pemikiran yang cemerlang. Aku dan Caka salut kepadamu dan pastinya, kami berdua akan menjadi orang pertama yang menjadi anggota. Kalau boleh tau apa nama komunitasnya?" balas Stein.

    "NAMA KOMUNITASNYA ADALAH FREMONT YANG MEMPUNYAI ARTI PERDAMAIAN!" ucapku aedikit tertahan.

    "Fremont ya?" jawab Stein dan Cassie berbarengan. "Nama yang bagus..."

    "Baiklah... mulai sekarang mari kita ciptakan dunia nyaman tanpa ada peperangan, dunia tentram tanpa ada permusuhan, dan dunia aman tanpa ada pertentangan. Jiwa yang kosong adalah insan. Insan adalah harapan. Dan harapan adalah sebuah tujuan. Ketiga hal itu pasti akan terwujud!"

    "Haha tau kah, Jar? Kamu seperti kakakku. Yah, cita-citamu itu seperti kakakku. Maka dari itu, pasti aku akan gabung di komunitasmu. Dan sepertinya aku tau apa arti tentang kalimat yang selalu aku bingungkan.' Angin perubahan bisa menembus dimensi, kecepatan bisa membuka waktu, dan ketenangan bisa membuat keduanya saling terhubung,' jawabannya adalah jiwa yang kosong adalah insan, insan adalah sebuah harapan, dan harapan adalah sebuah tujuan. Maknanya hanya jiwa yang mempunyai semangat perdamaianlah yang tau..."

    Ops, bersambung ke chapter selanjutnya :p

Sign In or Register to comment.