It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@wak_riah ganti2 mulu id lu cong!
@yandiChan : lanjuuuttt
@adi_suseno10 : sippp
@okki : ya pustus
@cevans :
@sar_el : ih jahat
@lostfaro : iya
@sky_fall : sama
@riyand : perlu bgt tim katakan putus
@banaaaaanaaaa : oke
@yuliantoku : nih lanjut
@rizal_91leonardus : thanks beib
@rivaille : heeh
@dodiewirdy : cek di bawah ya
@lebes : apose
@qudhelmars : ups
@dafiaditya : lanjuut
@haha_hihi12 : ya ya
@andre_patiatama : kenapa?
@ridhoilham : yooii
***
Gw gak pernah ngebayangin kalau hubungan gw sama Rizky akan berada di titik ini. Titik terendah dalam hubungan kami. Kami berdua gak pernah berantem seperti malam ini. Apakah nasib hubungan ini akan berakhir sama kayak hubungan gw dan Kak Fredo dulu?
Apa yang harus gw lakukan? Membiarkan hubungan kami makin memburuk? Atau berusaha memperbaiki semuanya. Mengenyampingkan ego gw dan berusaha melupakan semuanya. Menganggap kejadian ini nggak pernah ada. Tapi jujur hati gw gak terima. Gw gak bisa pura-pura gak terjadi apa-apa.
Dua hari berlalu dengan perasaan menyiksa. Gw dan Rizky gak saling bertemu apalagi berkomunikasi. Rasanya ada sesuatu yang hilang di kehidupan gw. Tapi gw berusaha untuk bertahan. Ini bukan kali pertama gw ngerasain perasaan sesak seperti ini. Gw yakin apapun yang terjadi, pada akhirnya gw pasti akan baik-baik aja. Semoga.
Malam harinya, saat gw lagi nge-les anak-anak, datang Kak Fredo. Untuk beberapa saat dia nemenin gw ngajarin para murid.
"Ada perlu apa?" tanya gw disela-sela memperhatikan para murid yang ngerjain soal yang gw berikan.
"Main aja."
"Oooohhh. Bang Bet ada di kamarnya. Ntar kalo gw udah ngeles, gw nyusul ke sana."
"Oke," katanya. "Adek-adek semua, Kakak pamit dulu ya..." pamitnya ke murid-murid les gw.
"Iya Kak, Fredo. Makasih ya, Kakkk..." timpal mereka.
Kak Fredo mengangguk lalu keluar ruangan.
Setelah Kak Fredo pergi, gw duduk di kursi dengan pikiran menerawang. Rizky lagi ngapain? Dua hari nggak ketemu dan dua hari juga gw nggak nge-les dia. Apa yang dia lakukan sekarang? Apakah dia juga lagi mikirin gw?
Saat jarum jam menyentuh angka sembilan kurang, les selesai. Anak-anak pada pulang. Setelah mereka pergi, gw langsung ke kamar Bang Albert. Ngobrol sama mereka lebih enak kali ya ketimbang ngegalau sendirian di kamar.
Saat gw tiba, pintu kamar Bang Albert terbuka sedikit. Tapi dari jarak dua langkah lagi gw bisa mendengar dengan cukup jelas suara Bang Albert dan Kak Fredo tengah bercakap-cakap.
"Al selesai ngeles jam berapa, Bet? Udah mau jam sembilan nih..." kata Kak Fredo.
Gw yang hendak masuk, bertahan sejenak di depan pintu. Apa sih yang lagi mereka obrolin tanpa gw?
"Bentar lagi juga kelar."
"Dia cukup profesional ya. Meskipun punya masalah, tapi nggak kelihatan di depan murid-muridnya."
"Ah, masalah kayak gitu doang. Hubungan gak jelas seharusnya dari dulu mereka putus."
"Kamu gak kasihan sama dia, Bet?"
"Yang gw lakukan benar kali. Cowok sama cowok gimana ceritanya???"
"Ceritanya itu gay..."
"Gw gak perduli kalo itu orang lain. Lha, ini kelakukan itu di dekat gw. Keluarga gw sendiri. Satu atap sama gw. Gw bisa kena sial juga ntar!"
"Sial gimana?"
"Bisa kena azab. Dan sekarang tuh bocah bentar lagi putus. Tahu rasa! Emang dia mau bawa kemana hubungan kayak gitu? Kawin??? Sama-sama punya kontol mau ngapain? Dasar bego!"
"Di luar sana banyak yang kawin sejenis."
"Jijik. Yang melegalkan pasti gak normal juga. Sinting."
"Terus sekarang gimana? Al dan Rizky berantem. Kamu mau ngapain lagi?"
"Biar aja mereka terus berantem sampai putus. Lu terus bikin mereka salah paham. Bikin Almer deket sama lu. Bikin dia suka sama lu. Lu PHP-in dia. Ntar gw suruh dia nembak lu, terus lu tolak. Biar dia ngerasa sakit dan kapok suka sama cowok. Biar dia sadar, hubungan sama cowok itu gak ada kesudahannya!"
Gw tersentak mendengar obrolan mereka barusan. Ya Tuhan, gw gak nyangka Bang Albert sampai segitunya pengen menghancurkan hubungan gw. Mereka berdua ternyata udah merencanakan ini semua.
"Kalo Al ngadu ke Om, beliau bisa marah besar lho, Bet," terdengar suara Kak Fredo lagi.
"Marahnya paling cuma sebentar. Orang tua mana yang mau anaknya Homo? Gak ada! Papa aja yang terlalu sayang sama Al makanya dia nurutin apa yang Al mau."
"Lagian kok bisa ya seluruh keluarga kamu suka sama Rizky?" gw bisa mendengar nada kecemburuan dari nada yang dilontarkan Kak Fredo.
"Karena dia pintar ngambil hati mereka. Dia mau jadi jongos Mama, Papa, Mbak Aline bahkan Al. Bantu Mama berkebun, nemenin Papa mancing, nganterin Mbak Aline...udah kayak pembantu. Ampun deh! Dia pikir dia bakal selamanya sama Al..."
Gw menekan gigi kuat-kuat mendengar komentar sinis Bang Albert.
"Tapi mental itu anak boleh juga. Dia jago main bola dan bela diri. Heran gw kok dia bisa jadi homo ya? Gw pernah nyuruh orang buat cegat dia di jalan, tapi orang suruhan gw malah babak belur..."
Nyuruh orang?
"Nyuruh orang? Maksudnya?"
"Nyuruh preman tanggung buat ngeroyok dia. Tapi karena dia jago bela diri, dia gak apa-apa. Tahu ah! Bingung gw gimana nyiksa tuh anak..."
"Wah, sampai segitunya kamu, Bet..."
Terbayang di benak gw kejadian beberapa waktu lalu. Rizky emang pernah dijegat orang sepulang ekskul. Ada yang cegat dia di jalan sampai dia di bawa ke puskesmas. Ooo, ternyata itu suruhannya Bang Albert?! Sakit jiwa tuh orang! Awas aja, gw aduin dia sama Papa!
Napas gw memburu. Gw masih gak nyangka mereka sejahat ini sama gw. Gw pikir cuma di sinetron aja ada tokoh antagonis yang karakter dan tindakannya di luar batas, tapi ternyata itu benar-benar ada. Dia sosok Abang gw sendiri.
"Dasar ular," desis gw sambil berjalan menjauhi pintu kamar.
***
Berkali-kali gw menatap layar HP. Yang gw lihat itu kontak Rizky. Gw pengen banget menghubungi dia. Ceritain semua apa yang udah gw dengar. Tapi gw ragu. Gw gak punya keberanian untuk menghubungi dia.
Gw bersandar di pilar teras. Masih nggak habis pikir sama apa yang diperbuat Bang Albert. Ternyata dia pura-pura menerima orientasi seksual gw. Gw pikir dia benar-benar luluh dan menerima keadaan gw. Ternyata itu cuma akal-akalan dia doang. Melainkan dia hanya ganti strategi dengan cara yang halus, mendekati gw dan menggunakan Kak Fredo sebagai alat supaya hubungan gw dan Rizky bermasalah.
Dia hadirkan Kak Fredo sebagai orang ketiga. Dia gak benar-benar nyomblangi gw sama Kak Fredo. Dia cuma pengen menghancurkan hubungan gw dan Rizky. Cuma itu doang. Dan Kak Fredo, kenapa dia mau ambil bagian dalam rencana Bang Albert? Apa yang dia inginkan? Apa keuntungan yang dia dapatkan?
Gw langsung kirim chat ke dia, nyuruh keluar sebentar dan menemui gw di teras.
"Al..."
Gw menoleh dan menatap Kak Fredo dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Ada apa? Kenapa gak nyusul ke kamar Bebet?"
"Gw cuma mau ngomong sama lu."
"Penting kayaknya..." Kak Fredo berdiri di samping gw.
"Lu tahu kalo hubungan gw dan Rizky renggangkan? Bang Albert pasti udah cerita."
"Iya. Aku minta maaf ya kalo jadi---"
"Gak perlu minta maaf. Gw rasa lu senang. Dibayar berapa lu sama Bang Albert?"
"Maksudnya? Bayar apa?"
"Gw udah tahu lu sengaja posting foto kita berdua supaya Rizky lihat. Iya kan?"
"Nggak, nggak. Kok kamu jadi mikir---"
"Ooo...gw rasa lu ngajak gw jalan-jalan sama kondangan itu bagian dari rencana kalian kan? Mengambil kesempatan saat Rizky gak ada untuk menciptakan salah paham," gw menatap Kak Fredo tajam.
"Al---"
"Nggak usah kasih pembelaan apapun. Gw nggak mau dengar. Sekarang tinggal dengerin aja apa yang mau gw bilang," potong gw. "Gw gak habis kenapa lu mau ngelakuin ini? Kenapa? Lu gak mungkin mau tanpa ada keuntungan yang lu dapat."
"Nggak ada, Al. Nggak ada keuntungan apapun."
"Keuntungan batin mungkin?" tebak gw sinis. "Senang menghancurkan hubungan orang lain, gitu? Orang berpendidikan kayak lu masih aja mau ngelakuin hal kayak gitu? Lu dendam sama gw ya? Kalo iya, kenapa? Yang nyakitin gw dulu itu lu. Seharusnya gw yang dendam karena lu campakkan gw gitu aja. Atau lu dendam sama Rizky? Gw tahu lu pernah suka kan sama dia? Ooo, ya, ya, gw paham sekarang. Lu gak terima Rizky jadian sama gw? Karena seharusnya Rizky sama lu?"
"Nggak. Apa yang kamu bilang nggak benar..."
"Gw pikir lu udah beneran baik sama gw pasca nyakitin gw dulu. Ternyata lu gak berubah ya. Hhhh... sia-sia gw membuka pertemanan sama lu..."
"Kamu tahu perasaan aku kayak gimana. Aku masih cinta sama kamu, itu alasan aku mau ketika Bebet nyuruh aku ganggu hubungan kalian."
"Cinta? Atau sekedar obsesi lu doang? Gw rasa lu punya semacam penyakit yang gak suka lihat orang lain bahagia," kata gw. "Atau jangan-jangan lu suka sama Abang Gw?" tiba-tiba pikiran seperti itu melintas gitu aja di kepala gw.
"Nggak. Tuduhan kamu gak beralasan."
"Cukup banyak alasan untuk itu. Lu selalu mengangguk dengan semua kemauan Albert. Kayaknya lu rela berkorban apapun demi dia. Lu temenan sama dia udah lama dan dekat banget. Cuma sama dia lu yang dekat banget..."
"Kamu tahu kalo Bebet benci banget sama yang namanya gay. Mana mungkin---"
"Kan dia yang benci. Tapi dia gak tahu lu bagian dari itu. Dia pikir lu sama kayak dia..." potong gw. "Jadi tebakan gw benarkan? Lu memendam rasa sama dia?"
"Bebet sudah punya pacar. Aku gak akan ngerusak hubungan mereka. Aku gak mau kehilangan dia. Jadi teman dia sudah cukup buat aku."
"Tapi lu ngerusak hubungan gw. Berarti lu siap kehilangan gw."
"Kasusnya beda. Gw ngerusak hubungan kamu karena aku pengen kita balikan lagi."
"Dari dulu lu sudah suka sama Bang Albert. Gw cuma jadi pelampiasan. Iya kan? Rasa suka lu ke dia gak berubah. Gw rasa lu macarin dulu sebagai pelarian aja karena kita Kakak Adik. Tapi ternyata lu sadar gw bukan Albert yang lu inginkan. Gw dan dia jauh berbeda. Karena itu lu putusin gw. Gw rasa, gw nggak sebodoh itu untuk balikan sama lu. Gw nggak punya rasa apa-apa lagi sama lu. Terserah cinta lu itu murni atau nggak, gw nggak perduli. Lu penjahat di mata gw. Lu menghancurkan hubungan gw. Lu udah nyakitin gw dua kali. Nggak usah deketin gw. Gw gak mau temenan sama lu lagi. Nggak usah ngomong sama gw lagi kalo nggak perlu. Anggap aja kita nggak kenal. Itu kalo lu mau gw nggak bongkar semuanya sama Bang Albert. Gw gak akan bilang apa-apa tentang rahasia lu. Gw nggak bakal balas nyakitin lu. Atau bilang ke Mama-Papa apa yang udah kalian lakukan berdua. Cuma itu kebaikan terakhir gw buat lu!" cerocos gw penuh emosi sebelum pergi meninggalkan Kak Fredo yang cuma bisa tertegun.
Gw baru saja hendak masuk saat Bang Albert muncul dari kamarnya. Gw dan dia hampir aja tabrakan.
"Edo mana?"
"Tuh, di luar."
"Ngomongin apaan sih lu berdua? Lama amat."
"Oh, iya, kebetulan karena lu udah nanya. Gw kasih ultimatum ke dia supaya nggak usah ikut campur lagi urusan gw. Gw udah dengar semua yang lu omongin sama Kak Fredo tadi Semuanya."
Bang Albert mangut-mangut.
"Gw rasa lu psycho deh! Gw gak ngerti jalan pikiran lu."
"Jalan pikiran lu tuh yang sesat. Gw ngelakuin ini semua demi kebaikan lu. Di rumah ini gak ada yang waras kecuali gw. Lu mau jadi apa hah?! Eh, gw ngelakuin ini supaya lu bangun dari mimpi lu itu! Biar lu balik ke jalan yang benar! Lu harus tahu, kalo gw gak main-main. Gw beneran menentang hubungan sejenis lu itu apapun caranya."
"Keterlaluan lu, Bang. Lu bukan cuma mau rusak hubungan gw, tapi Lu pernah juga mau mencelakakan Rizky. Kalo dia kenapa-kenapa dikeroyok preman suruhan lu itu gimana? Lu mau tanggung jawab?"
"Udah, lu nggak usah lebay. Buktinya dia nggak apa-apa sampai sekarang."
"Terserah lu deh. Gw nyerah sama lu. Sekarang gw minta sama lu, urusin diri lu sendiri. Gw gak mau hubungan kita semakin buruk..."
"Itu karena lu sendiri yang buat," kata Bang Albert sambil berlalu menuju teras.
"Gw kasihan sama lu, yang sebegitu bencinya sama LGBT yang gak ngerugiin lu sama sekali," kata gw yang mengekori langkah Bang Albert. "Gw punya satu rahasia yang kalo gw buka kebenaran itu, bisa membungkam mulut lu itu!" seru gw sambil melirik Kak Fredo yang ternyata lagi melirik gw juga.
"Lu kira selama ini cuma gw yang pintar berakting menyembunyikan kegay-an gw? Ada yang lebih jago lagi sampai-sampai bisa dianugerahi piala Oscar!" gw sengaja nyindir Kak Fredo yang nampak ketar-ketir. "Tapi gw gak akan merusak kehidupan seseorang demi ego gw semata. Gw masih punya belas kasihan sama dia. Gw gak kayak lu berdua yang udah merasa paling benar sendiri. Padahal menyimpan borok di sana-sini, ya kan Kak Fredo?"
Kak Fredo nampak menelan ludah.
"Ngomong apa sih lu? Gak usah didengerin, Do. Dia ngelantur!" balas Bang Albert.
"Terserah lu mau ngomong apa. Gw gak bakal tinggal diam. Apa yang udah lu lakukan ke gw, papa harus tahu! Semua yang lu bilang ada di sini..." gw mengangkat dan menggoyangkan HP di tangan. Tentu saja apa yang udah Kak Fredo dan Bang Albert bilang tadi sudah gw rekam.
"Bilang sana!"
"Oke. Dan lu siap-siap aja besok atau lusa ada segerombolan orang berbadan kekar mendatangi dan nyegat lo di jalan. Mereka menculik dan nyodomi lu!"
Bang Albert melongo.
"Gw serius! Lu sendiri bilang kalo gw sintingkan? Gw bakal tunjukin ke lu kegilaan gw."
"Berani lu ngelakuin itu---"
"Gw berani. Lu mau coba? Gw bisa bikin hidup hancur. You wanna try, hah? Gw punya banyak teman gay yang bisa hancurin hidup lu dalam sekejap!" gw sesumbar.
Bang Albert terdiam.
"Lu jahatin gw, gw bisa lebih jahat dari itu! Camkan kata-kata gw!!!" ancam gw lalu berjalan meninggalkan mereka dengan penuh rasa kemenangan.
***
Salahkah kalo gw nangis sekarang? Cengengkah kalo air mata gw gak berhenti menetes sekarang? Gw sudah menyakiti Rizky hanya untuk mengikuti permainan Bang Albert. Kenapa gw mau melakukan hal sia-sia seperti itu? Gw gak menjaga perasaan Rizky, cuma karena ngikutin permintaan Bang Albert. Kalo gw gak jalan sama Fredo, semua masalah gw dan Rizky nggak bakal terjadi. Gw yang jadi pemicu masalahnya.
Gw melirik jam di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas. Gw pengen hubungi Rizky. Tapi keraguan masih menggelayuti benak gw. Gw nggak tahu harus ngomong apa. Gw nggak sanggup buat ngomong setelah melontarkan kata-kata yang menyakitkan hatinya dipertengkaran malam itu.
Tapi gw gak mau menunda ini. Masalah kami berdua harus diselesaikan segera. Gw langsung menghubungi Rizky. Gw gak boleh ragu. Gw menahan napas saat panggilan itu tersambung. Nyatanya panggilan gw nggak diangkat.
Ky..., plisss angkat... desis gw dengan harap-harap cemas.
Tiga kali panggilan yang gw lakukan, tapi semuanya tak ada yang membuahkan hasil. Gw gak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya gw nangis bombay. Nangis karena marah sama Bang Albert dan Kak Fredo, nangis karena panggilan gw gak diangkat dan nangis karena takut kehilangan Rizky.
***
Semalaman gw gak bisa tidur. Pikiran gw melayang ke Rizky terus. Malam terasa begitu lambat berlalu. Semalaman gw cuma bisa menatap foto-foto kita berdua sebagai penenang jiwa. Berharap kemesraan kami berdua gak akan berakhir.
Pagi-pagi sekali gw keluar rumah. Mengeluarkan motor dari garasi dan cabut ke rumah Rizky. Jalanan masih sepi. Gw jadi bisa leluasa kebut-kebutan menguasai jalanan.
Sesampainya di rumah Rizky, rumah itu sepi seperti biasa. Gw baru ingat kalo gw lupa bawa kunci cadangan. Jadi pilihan gw cuma memencet bel di pintu pagar. Tapi baru saja jemari gw menyentuh bel, terdengar pintu rumah dibuka.
Jodoh nggak kemana, gumam gw dengan perasaan gembira.
"Rr---" Gw baru saja hendak berteriak memanggil nama 'Rizky' saat gw menyadari yang keluar itu bukan Rizky.
Cowok di Instagram itu. Cowok itu yang keluar dari rumah Rizky. Sepagi ini? Cowok itu menginap di sini? Mereka berduaan?
Hati gw mencelos. Bahu gw terasa lunglai. Berikutnya gw merasa hantaman hebat mengenai dada gw. Sesak. Tapi gw gak bisa berbuat apa-apa. Hanya mematung.
"Al...?"
Gw tersentak. Tiba-tiba aja Rizky sudah berdiri di hadapan gw. Dan cowok itu berada di sampingnya, menatap gw dengan rasa ingin tahu.
"Ada apa?" tanya Rizky.
"Uhm---aku---" gw gak bisa ngomong. Mendadak semua kata-kata yang ingin gw sampaikan hilang.
"Ky, aku pulang ya."
"Oke, thanks ya."
Cowok itu mengangguk.
Aku? Dia manggil Rizky dengan sebutan 'aku' ?
Cowok itu membuka pintu pagar.
"Duluan ya..." sapanya.
Gw mengangguk.
Sekarang tinggal gw dan Rizky berdua. Berhadapan. Suasana menjadi canggung.
"Ada apa?" tanya Rizky lagi.
"Aku---aku cuma mau---" God, gw harus ngomong apa? "Mau---" Tiba-tiba terlintas nama Bang Albert di benak gw. "Bang Albert. Dia yang nyuruh orang buat ngeroyok kamu. Uhm, masih ingatkan? Yang kamu pulang ekskul, ke puskesmas---"
"Ya. Aku ingat," potong Rizky. "Oh, jadi ternyata suruhan dia."
"Iya."
Rizky mangguk-mangguk.
Cuma gitu doang? Dia gak antusias sama sekali?
"Cuma itu aja?"
"I-iya..."
"Ya udah, aku mau mandi. Takut telat..." kata Rizky.
"Iya."
What?! Dia gak ngajak gw masuk? Dia nyuekin gw?
Argh! Gw menghampiri motor dengan kesal. Saat gw menoleh, Rizky udah nggak ada lagi di tempatnya. Gw kesal banget. Gw menendangi kerikil di depan kaki gw berkali-kali untuk melampiaskan kekecewaan gw. Masa sih kisah cinta gw dan Rizky harus berakhir kayak gini?
Argh!
Kali ini kap motor yang jadi sasaran kekesalan gw. Gw pukul berkali-kali sebelum menyalakan mesin motor.
"IYA? APA? SINYAL JELEK INI..."
Gw yang baru saja menginjak gigi motor, tiba-tiba mendengar suara dari teras Rizky.
"BELUM. BENTAR LAGI, YAANNGG. IYA. BARENGAN AJA. HUUM. MANDI AJA BELUM---"
Dia lagi teleponan sama siapa sih?
Eh, pake kata 'Yang' kan tadi? Yang-Sayang? Jadi...? Buat siapa? Cowok yang tadi? Mereka pacar---brummm...bruuummmm gw kaget sendiri saat motor gw melompat karena gw gas tiba-tiba. Cerita ini akan segera berakhir. Berakhir!
***
keburu2 ya @locky? beberapa part ada yg miss nih.
Di dialog yg pertama, kurang kata pikir tuh harusnya kan "Gw gak habis pikir kenapa lu mau ngelakuin ini?".
Di dialog kedua, itu kenapa fredo tiba2 jadi pake kata gue, pdhl sblm2nya kan pake aku.
Di dialog ketiga, lagi2 ada kata yg kurang harusnya kan "Gw rasa lu macarin gw dulu sebagai pelarian aja". lebih baiknya kan ditambahin kata gw biar jelas dulunya si fredo macarin siapa.
Sorry bawel ya lock, tumben2an lo kaya gini
ss