It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
ke peraduan ku bawa jiwamu beradu dengan sukmaku,
agar sejuta angan dan awan bergulat menyatu,
dari selaksa kata tidak... Kau sisipkan kata ya... Bergema lembut menembus nyawaku...
@sicnus okeh bro
@difer mampir disini juga. makasi yak.. baru jalan 2 part nih. konflik gak keliatan juga.. makasi uda mampir disini juga
And always I said it, berikan apresiasi yang luar biasa ke semua penulis yang ada di boystory dengan karyanya yang ruar biasa. Salut.
@severiandra @YANS FILAN @farizpratama7 @angelofgay @jokerz @caetsith @masdabudd @karena @obay @alexislexis @erickhidayat @arifinselalusial @adilope @greenbubles @yongjin1106 @difer @sicnus @jokerz @adzhar @kimo_chie @irfandi_rahman @trace_trie @boyzfath @taylorheaven
____________________________________________________________________
Part 3
__________
"Chris"
"Andrew" panggilnya semangat sambil melambaikan tangan.
Chris langsung menghampiriku di depan showcase box minuman di cafetaria, aku tidak akan berfikir panjang dan berbalik badan, mencoba menghindarinya.
"Dreeew, tunggu"
Sebuah tepukan di pundak, menghentikan gerakanku, kembali aku hanya bisa memberikan senyuman garing ke arah Chris.
"Hai Chris" aku menyapanya
"Drew, kamu kerja disini?"
"Mahasiswa magang Chris, dia satu divisi sama gue" jawab Rifki
Aku hanya mengangguk, dan tersenyum ke arah Chris, yah semua sudah di jawab Rifki.
"Udah makan, makan yok" Chris menarik tangan ku,
"Udah Chris, gue baru makan"
Chris mendekatkan wajahnya ke wajahku, mengamati setiap lekuk wajahku.
"Ke-kenapa Chris"
"Ada remah roti di wajahmu" kata Chris.
Aku mencoba membersihkan wajahku, walaupun makan ku cukup lahap, aku rasa tidak akan meninggalkan remah makanan di wajahku.
"Bukan disitu Drew" tangan Chris menyentuh bibirku, aku terkejut dan tidak bisa bergerak, tanganya menyentuh seluruh bagian bibirku.
"Hey" Rifki menampik tangan Chris dari wajahku.
Aku menahan pergerakan di perutku dan berlari ke arah toilet lantai 1 ini, aku merasa mual, saat Chris menyentuh bibir ku, dalam otak ku kembali lagi aku membayangkan bibir - Chris - berciuman.
"Hooooek" aku hampir memuntahkan sebagian makanan yang baru saja aku makan.
Setiap memikirkan hal itu, seperti ada reaksi penolakan di tubuhku. Kenapa bisa ada Chris disini, sudah bisa dia dipastikan dia bekerja disini, tapi bagian apa?
"Drew kamu gak apa-apakan?"
"Gak Ki, aku baik aja"
"Nih tisu" aku membersihkan wajahku dengan tisu yang di berikan Rifki, melihat refleksi bayanganku melalui cermin dan aku merasa penampilanku jadi terlihat kacau.
"Kamu mau balik aja Drew, aku antar"
"Gak Ki, aku baik kok, langsung ke atas aja kita"
Sesekali aku memperhatikan kanan dan kiri sebelum melangkahkan kaki menuju lift,
sebenarnya tidak ada yang kutakutkan dari Chris, hanya saja ...
"Kamu kenal Chris Drew?"
"Gak kenal Ki"
"Kok akrab gitu dia ke kamu?"
"Biasa aja" jawabku singkat
"Ki, Chris itu kerja disini?"
"Iya, dia bagian pemasaran, di lantai 5"
Yes, lantai 5, kemungkinan bertemu kecil, aku tidak perlu melewati ruang kerjanya untuk tiba ke bagian keuangan.
***
Hari-hari selama mengikuti program internship di perusahaan ini, aku selalu di kagetkan oleh Chris yang tiba-tiba saja muncul di meja kerjaku. Hanya untuk mengagetkan, menggoda, mengganggu, mengajak makan siang, mengganggu lagi, menggoda lagi, mengajak makan siang, mengagetkan.
Walaupun baru beberapa hari disini, aku rasa hampir setiap waktu aku melihat Chris mampir ke bagian keuangan ini, sering kali aku di kagetkan dengan kemunculan tiba-tiba nya di balik meja kerja ku, atau ajakan makan siang di jam-jam sibuk. Beberapa kali juga Rifki menegur karena tingkah laku Chris yang selalu menggangguku di jam kerja. Di balik wajah dan usianya yang sedikit lebih tua dari ku, aku bisa lebih terlihat dewasa di bandingkan Chris. Walaupun terkadang itu hal yang menyenangkan, aku merasa tidak kaku dengan tumpukan kerjaan yang di berikan, tapi tetap saja ini mungkin mempengaruhi hasil dari program magang.
"Arrrrrgh sampai kapan"
"Kenapa Drew?" Rifki menggeser kursinya ke arah mejaku.
"Huuuuft, Chris memang usil ya?"
Rifki hanya tersenyum menjawab pertanyaan ku, yah, aku hanya bisa menebak dari senyuman Rifki, Chris memang usil.
"Tapi sebelumnya dia tidak pernah seperti ini Drew"
Aku hanya bisa menenggelamkan wajahku di atas berkas-berkas yang tersusun rapi di meja kerja.
5.10 pm
"Pulang bareng Drew?"
"Lanjut aja ki, sebentar lagi, masih ada file yang mau di copy"
"Aku duluan yah" Rifki memegang tanganku yang masih berkutat dengan komputer.
Jika di fikir hari ini aku sama sekali tidak melihat Chris mengangguku, biasa dia selalu muncul. Walaupun hanya untuk menunjukan senyumnya atau mengagetkanku, atau hanya sekedar meminta kertas kosong untuk memfotokopi berkas-berkasnya. "Hmmm kemana Chris?" Aku menanyakan pertanyaan bodoh, ke diriku sendiri.
"Free dinner?" Sebuah pesan dari Diandra.
Me : "sure, where?"
Diandra : "steak di ps, SEKARANG"
Me : "as you wish, your highness"
Aku terbebas dari jajan makan malam berkat Diandra. Yah, anak kost - free dinner -survived.
7.20 pm
Sangat nyaman berada di tempat makan ini, menu andalan mereka adalah steak, dan itu benar, daging pilihan di panggang secara matang, dan saos yang tepat, ditambah suasana etnic dan modern tetapi tetap dengan harga anak kost.
"So how's your days drew these couple days"
"Gak terlalu buruk"
"Ceritakan, ada sesuatu yang menarik kan? Semua update di path mu tidak bisa di bohongi, nih"
Diandra menunjukan ponselnya, membuka applikasi path dan membaca update pathku hari ini.
"Dimana dia, little bit lonely" Diandra membacakan thought ku di path
"Siapa dia?" Diandra semakin penasaran
"No body Di" jawabku singkat
"Hmmmmm"
Hari ini deadline untuk pembayaran uang kost, aku melajukan motorku menuju ATM terdekat untuk mengambil kiriman setelah makan malam dengan Diandra sebelumnya, Rp. 800.000 per bulan, jumlah yang cukup besar untuk sebuah kamar kost, tapi biarlah, itu sesuai dengan fasilitas yang aku dapatkan.
"Permisi Bun"
"Nak Andrew" bunda Susi mempersilahkan masuk ke rumahnya,
"Minum dulu nak"
"Gak perlu repot bun, ini" aku menyodorkan amplop berisi uang sewa kost.
"Maaf nak Andrew, bunda harus nambah biaya sewanya"
"Kok gitu bun"
Aku sedikit merasa heran, menambah sewa? Aku rasa uang sewa ku lebih besar dari yang lainya. Dan jika ada perubahan bunda susi selalu memberitahu terlebih dahulu.
"Ini juga dadakan nak, kamu bawa temen kan untuk tinggal sama kamu nak, bunda cuma nabahin untuk kasur aja nak"
"Teman?" Aku semakin heran
*crrring* sebuah notif pesan masuk di ponsel ku.
081968****
"Dreeeeew, aku tunggu di atas, di kost kamu #Chris"
Aku beberapa kali mencerna isi pesan ini, Chris, menunggu di atas, kost, dan tambahan uang sewa kost, teman, di kamar.
Sial, si Chris.
"Bun saya pamit ke atas dulu, tambahanya saya bayar besok ya bun"
Aku buru-buru mengambil helm yang kuletakan di sampingku, dan berlari kelantai 2 masuk ke dalam kamar kost ku. Orang yang tidak kuharapkan duduk tenang di atas sofa menikmati minumanya dan cookies yang kusimpan.
"CHRIS" setelah berlari dari ke lantai 2 aku cukup terengah.
"Andreeeew" Chris berlari kearahku, tanganya terlentang seakan ingin memelukku.
"Tunggu" aku menghindar masuk ke dalam kamar.
"Jelasin Chris" aku melipat tangan di dadaku, yah sekarang aku butuh jawaban yang jelas, Chris - di kost, aku melihat tajam kearahnya,
"Euuuump" semakin aku melihatnya, aku semakin berasa mual, mataku terpaku ke bibirnya saat dia menyinggungkan senyumnya.
Aku membuang tatapan ke arah lain.
"Aku ingin tinggal disini Drew, aku baru di usir dari kost ku"
Hanya itu? Tidak masuk di logika ku jawabanya.
"Tenang aja drew, aku bayar setengahnya ntar"
Aku masih mencerna, setiap kata-katanya. Otak ku masih belum fokus, pikiranku kemana-mana.
Chris mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku menutup mulutku menahan rasa mual melihatnya.
"Tenang saja drew, aku tidak akan menciumu tanpa persiapan"
Sial, dia berfikir ke arah situ, aku tidak bisa membiarkan dia tinggal denganku, aku tidak ingin membahayakan diriku sendiri.
"Chris"
"Iya"
Aku melihat bawaanya, sepertinya memang benar, dia mungkin keluar tempat tinggal atau kost nya, jika aku mengusirnya akan tinggal dimana dia malam ini.
"Sampai kau dapat kost-an baru Chris, aku rasa tidak apa jika kau tinggal disini dulu"
Aku melemah, yah aku melemah, aku paling sulit jika berada dalam situasi seperti ini.
"Yay" Chris bersorak,
"Tunggu gak pake acara peluk"
Chris heran melihatku langsung ke kamar mandi, yah aku ke kamar mandi untuk mengatur nafas ku.
"Drew" Chris mengetuk dan memanggilku dari luar kamar mandi.
"Bentar Chris"
Sekarang aku hanya bisa menunduk setiap melihat wajahnya atau mungkin melihat bibirnya, apalagi sekarang aku membiarkanya tinggal di satu atap yang sama denganku. Aku tidak ingin mengambil resiko apapun. Chris membongkar 2 buah koper besarnya yang berisi semua pakaianya, walaupun mami telah memberikan kasur tambahan aku tidak akan membiarkanya terletak berdampingan dengan kasurku. Merubah tata letak ruang kamar ini akan membutuhkan waktu lama. Jadi aku hanya merentangkan tali dan mengantungkan blanket sebagai pembatas kasurnya dan kasurku.
"Kau yakin seperti ini drew"
"Yup"
"Dreeew" Chris memanggil namaku dengan manja.
Aku menggeser blanket pembatas itu.
"Give me a break Chris" Aku kembali menutupnya, dan hanya mendengar suara ketawanya.
chris, sosok yg mengoda iman
oh yah.. apkah chris seorang jin.. knp sll mncul di dkat andrew ) ) ato mank udh takdir#sok tau :P
Lanjut