It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Mantap,,,
And always I said it, berikan apresiasi yang luar biasa ke semua penulis yang ada di boystory dengan karyanya yang ruar biasa. Salut.
@severiandra @YANS FILAN @farizpratama7 @angelofgay @jokerz @caetsith @masdabudd @karena @obay @alexislexis @erickhidayat @arifinselalusial @adilope @greenbubles @yongjin1106 @difer @sicnus @jokerz @adzhar @kimo_chie @irfandi_rahman @trace_trie @boyzfath @taylorheaven @arifinselalusial @ardi_cukup @zeamays @rizky_27 @dekisugi @dhika_smg
____________________________________________________________________
Maaf cerita ini mungkin konfliknya bakal sedikit lambat, kalo suka yang rada banyak konflik mampir ke PLAYFUL COUPLE yah ^^ lagi jalan juga tu cerita, full of effort disana dan juga disini.
Part 4
__________
004
"Duuug"
"Aaaw" aku dan Chris sama-sama menggosok dahi kami.
"Kamu apain aku Chris?" Aku masih menggosok dahiku, sudah di pastikan, aku membentur kepalanya, sekarang aku berspekulasi macam-macam apa yang di lakukan Chris saat aku tertidur, aku melihat kesekeliling tempat tidur, tidak ada yang berubah, dan aku masih menggunakan piyamaku. Chris hanya menyunggingkan senyumanya.
"Apa kau tau Drew, kau sangat tenang saat tidur"
Aku menggeser tubuhku kebelakang dalam posisi duduk dan mengambil selimut menutupi tubuhku.
"Ayolah Drew, aku tidak akan melakukan apa-apa dengan mu, tapi tinggal dengan mu, hal yang menyenangkan"
"Apa?" Aku rasa wajahku memerah saat di mengatakan itu,
"Minggir" aku berlari menuju kamar mandi, membasuh wajahku dengan air dingin yang mengalir dari keran di kamar mandi ini.
Ada apa denganku? Sial, aku terjebak dengan keputusan yang aku ambil, membiarkan Chris disini. Apa dia ingin menciumku tadi.
"Drew" Chris memanggil dari luar
"Sebentar"
"Aku masuk yah"
"Jangan Chris"
Aku mendengar suara pintu di buka, apa Chris akan nekad masuk ke kamar mandi. Aku menahan kamar pintu kamar mandi dari dorongan Chris dari luar.
"Chris kamu ngapain" aku benar-benar menggunakan seluruh tenagaku menahan pintu kamar mandi ini.
Hampir 5 menit aku menahan pintu ini, sampai akhirnya aku tidak merasakan ada dorongan dari luar kamar mandi.
"Chris" aku memanggil dari dalam, memastikan Chris tidak lagi memaksa masuk. Perlahan aku membuka pintu kamar mandi dan beranjak ke kasur. "Chris tidak ada disini" fikirku, sampai akhirnya aku di kagetkan dari belakang hingga menginjak tumpukan kertas, kertasnya begitu licin, aku tidak bisa menyeimbangkan tubuhku hingga terjatuh di kasur, aku meraih tangan Chris, dan ternyata Chris ikut terjauh.
Entah Chris mengambil kesempatan ini atau, memang tidak sengaja, bibir ku kembali menyentuh bibirnya.
Aku mendorong tubuh Chris dan kembali berdiri.
"Maaf" kata Chris, tapi aku tahu dari senyumnya, dia menikmati ini. Rasanya aku ingin menangis, ciuman ku kembali di rebut oleh seorang laki-laki.
"Chris" kataku lemah, aku berjalan kearahnya dan meletakan tangan kiriku di pundaknya.
"Kenapa harus kamu yang merebut setiap ciuman ku Chris"
Aku tertunduk lemah, dan akhirnya duduk di atas sofa dengan pandangan kosong ke arah tv yang sedang mati. Chris mendekatiku dan duduk di sebelahku.
"Jadi aku orang pertama yang menciummu?"
Aku tidak menjawab pertanyaanya.
"Tenang saja, itu bukan ciuman, lagi pula setiap kita berciuman karena tidak sengaja"
Aku menatap Chris, dan menghela nafas panjang, bagiku tetap saja saat bibir menyentuh bibir itu adalah ciuman.
Chris hanya tersenyum, mungkin dia menganggap 3 kali bibir ku bersentuhan dengan bibir nya bukan sebuah ciuman, tapi untuk ku, itu adalah ciuman, mungkin aku tipe laki-laki kolot di usiaku yang menginjak 20 tahun ini belum pernah berciuman sebelumnya, yah aku hanya menjaganya untuk orang yang benar kucintai.
***
12.40 pm setelah peristiwa pagi tadi, aku ditinggal Chris sendiri di dalam kost, katanya dia ingin mencari kost lain, mungkin dia merasa tidak enak denganku, atau ini hanya alasanya untuk membuatku tenang, apapun alasanya, aku rasa dia hanya main-main untuk mencari kost lain, saat dia keluar, aku hanya melihatnya terus tersenyum dan bersiul menuruni tangga ke lantai satu.
Bzzzzzz, ponsel bergetar di balik saku celana ku, "Rifki" nama yang tertera dari layar ponsel.
Me : "Ya ki?"
Rifki : "dimana? Udah lunch?"
Me : "aku lagi di kost, belum makan nih"
Rifki : "kebawah Drew, aku di kost kamu"
Me : "serius?"
Dengan terburu-buru aku menuruni tangga dan turun ke bawah, ternyata benar ada Rifki menunggu di depan sedang duduk di atas motonya. Seperti biasa penampilan Rifki selalu terlihat fashionable di kantor ataupu sekarang ini dalam keadaan santai, perpaduan kaos berkerah berwarna abu-abu dan jeans yang terlihat sangat pas di pakainya, jujur saja setelah kenal dengan Rifki, aku mulai merubah pandanganku terhadap fashion, passion for fashion, sekarang ini laki-lakipun di tuntut terlihat menarik.
"Ki, udah lama nunggunya?"
"Baru aja, langsung yuk, kamu belum makan kan"
"Gak ke atas dulu ki, aku mau ganti baju dulu"
"Gitu aja udah oke kok"
Celana pendek, kaos putih, flat sandal, lumayan lah, untungnya cuaca sedikit mendung disiang ini, jadi aku tidak perlu mengkhawatirkan akan kepanasan karena sinar matahari. Bukan karena aku takut hitam, tapi yah, tetap saja matahari di kota ini yang sudah bercampur dengan polusi akan terasa sangat menyengat.
Rifki membawaku ke salah satu tempat makan yang sedikit jauh dari kost ku, tempatnya lumayan besar, nuansa pedesan sangat terasa di balik pelayananya yang modern, pilihan makanan disana juga bisa di bilang makanan tradisional, piring yang digantikan dengan anyaman bambu berlapiskan daun pisang dan rasa rempah sangat terasa di setiap menu yang kami pesan.
"Makan yang banyak ya dek"
"Dek?" Kata ku heran
"Biasa kamu panggil nama aja ki"
"Kalo gini mirip banget sama sepupu aku drew"
"Jadi aku pangil kaka"
"Jangan ah, bayanginya aja bikin aku merinding"
Sekali lagi, aku makan lahap, aku sendiri heran, padahal tubuhku tidak begitu gemuk, tapi jika makan aku selalu seperti orang kelaparan. Mungkin saja sistem pencernaan ku memang bagus, atau aku memang selalu butuh makan banyak, entahlah, makan dengan porsi yang banyak sampai sekarang tidak merubah bentuk tubuhku.
"Drew, si Chris tinggal sama kamu sekarang yah?"
"Cuma sampai dia ketemu kost katanya ki, tau dari mana, baru semalem dia move ke kost aku ki"
"Aku sempat ngobrol denganya tadi. Sedekat apa sih kamu sama dia drew?" Rifki menghentikan makanya dan menatapku serius, aku masih bingung dengan pertanyaanya, sedekat apa dengan Chris. Chris yah aku anggap sebagai teman, walaupun sudah 3 kali aku diciumnya.
"Temen ki"
"Ya, harus teman drew" Rifki tersenyum
Harus teman, apa maksud Rifki? Sudahlah, aku tidak perlu mempertanyakanya, aku yakin Rifki hanya bercanda, dia hanya tersenyum saja ketika mengatakanya.
Hampir satu jam kami disini, mengobrol banyak hal, mulai dari kerjaan, hobi, keluarga dan beberapa hal pribadi seperti tipe seperti apa yang aku atau Rifki inginkan untuk berpacaran. Aku juga sedikit penasaran antara Rifki dan Chris, ternyata mereka sudah kenal satu sama lain sejak kuliah dan di terima di kantor yang sama, tapi Rifki enggan menyebut diri mereka dengan sebutan sahabat, Rifki lebih suka menyebutnya sebagai teman saja.
Dalam perjalanan pulang mengantarku kembali ke kost, Rifki menyuruhku untuk membocengnya sekarang, katanya dia terlalu kekenyangan, tidak akan fokus bawa motor. Aku mengikuti manya Rifki, walaupun begitu aku sedikit risih ketika Rifki memeluk pinggangku saat aku memboncengnya.
"Drew, kok kamu wangi banget" kali ini Rifki meletakan tengkuknya di pundak ku.
"Masa sih ki, aku cuma pake parfum tadi pagi abis mandi"
"Wangi tubuh kamu drew"
Well, sekarang aku benar-benar risih, tapi aku tidak ingin men-judge kalau Rifki itu menyukai laki-laki walaupun sikapnya seperti sekarang ini, tapi, aku merasa pelukanya tidak lepas dari pingganggu. Sudahlah, he is my friend di kantor, aku akan membuang jauh pikiranku, dan menganggap ini hanya bentuk perhatian teman saja.
"Malam sibuk gak drew?"
"Kayaknya ki, ada temen ngajak keluar" okay, I lied to him
"Chris?" Tanya Rifki
"Bukan" jawabku singkat.
Rifki berpamitan denganku setelah mengantarku tiba di kost karena cuaca semakin mendung, hari minggu ini akan kuhabiskan dengan bersantai dikamar, dengan perut terisi penuh, tidur di siang hari ini akan lebih nyenyak ditambah udara yang dingin, aku rasa mungkin Chris tidak akan pulang. Mungkin, aku jadi meragukanya, dia bisa saja mengagetkan ku lagi.
Dan benar saja, saat aku tiba di lantai 2 aku sudah di sambut senyum sumringah Chris, aku menghela nafas panjang, menunjukan wajah sebal ke Chris, walaupun sebenarnya, cukup menyenangkan jika ada yang menunggu kepulanganku.
"Gak langsung masuk aja Chris?" Aku membuka pintu kost.
"Aku gak punya kuncinya" Chris masih mempertahankan senyumnya.
"Kan bisa minta sama bunda di bawah Chris"
"Gak kepikiran kesitu"
Mata sedikit mengantuk, aku merebahkan tubuhku di atas kasur empuk. Aku rasa aku bisa tertidur lama. Mataku semakin berat, dan terenyuh oleh titik hujan. Yah sekarang sedang hujan, aku harap Rifki tidak kehujanan saat perjalanya pulang.
"Drew" Chris membuka tirai pembatas, aku membalikan badan melihatnya sedang tengkurap memeluk gulingnya.
"Makan yuk"
"Aku udah makan Chris"
"Aku belum drew, temani makan yah"
"Di luar lagi hujan Chris"
Chris menenggelamkan wajahnya diantara pelukan tanganya. Aku merasa tidak tega melihatnya, mungkin benar dia belum makan, sedari pagi hingga dia turun keluar memang belum makan, apa mungkin siang ini dia belum makan juga.
"Mau kemana drew"
Aku beranjak dari kasur empuk itu dan mencari mie instan di lemari. Sebelumnya aku memang selalu menyimpan mie instan jika suatu saat aku kelaparan di tengah malam.
"Mie?" Kata Chris
"Ketempat bunda Chris"
"Huh"
"Kalo cuma di seduh air panas tidak akan enak, temani aku masak di bawah"
Ini bukan pertama kalinya aku memasak di dapur bunda, dan aku juga bukan satu-satunya penyewa kost yang pernah masak di dapur bunda. Sebenarnya tidak ada larangan untuk memiliki kompor atau alat masak apapun di tiap kamar, tapi karena semua penghuni kost disini laki-laki tidak ada diantar kami yang memilikinya, pilihan fastfood atau mencari makan di banding memasak adalah hal yang kami ambil.
"Bun, pinjam dapur sama isinya yah"
"Pakai aja nak" jawab bunda tersenyum.
Semua sisi di dapur ini sudah aku kenali dengan baik, isi lemari es, bumbu dapur, dan alat lainya sudah aku ketahui letak dan posisinya, jadi aku tidak pernah canggung untuk menggunakanya.
Chris duduk di meja makan, dan aku menyuruhnya untuk diam, dan benar saja Chris hanya duduk diam mematung dengan tetap tersenyum, dan aku juga tersenyum melihatnya.
Aku melihat isi kulkas bunda, ada beberapa sayuran yang bisa di pakai.
"Bun pakai sayur ama telornya bun yah" aku berteriak dari dapur,
"Pakai aja nak" kata bunda yang tengah berada di kamarnya.
Udara semakin dingin karena hujan, menu mie rebus menurutku pilihan yang tepat, 3 bungkus mie instant, 2 buah telur, tomat, selada, daun bawang, dan air yang mendidih sempurna. Voila!
"Mie rebus ala Andrew udah matang"
Aku mengangkat panci yang berisi mie rebus itu ketengah meja makan, 2 buah mangkuk sedang juga sudah kusiapkan untuk kami berdua makan dan 2 cangkir teh hangat. Walaupun aku sudah kenyang sebelumnya, tapi aku rasa tidak ada menemani Chris makan.
"Yummy" kata Chris sambil menggosokan kedua tanganya.
Entah kenapa, aku jadi menyukai pemandangan seperti ini, melihat Chris makan dengan lahap. Keringanya bercucuran, akibat mie yang masih panas atau teh yang juga sedikit panas, aku melihat setiap lekuk wajahnya, dan aku tidak merasa mual kali ini, aku merasa kalau Chris itu ...
Menarik.
"Kenapa dia jadi semenarik ini" aku berbicara dalam hati. Pikiran bodoh, bisa tertarik melihat seorang laki-laki. Aku akan menertawakan diriku sendiri jika aku benar-benar merasa tertarik denganya.
"Kamu dekat dengan Rifki Drew?" Aku mendapatkan pertanyaan yang sama dari Chris, sebelumnya Rifki menanyakan hal sama.
"Hanya teman" yups, aku juga memberikan jawaban yang sama.
"Ya harus teman drew"
Aku merasa dejavu, Chris memberikan statement yang sama dengan Rifki.
"Kalian kok nanyain hal yg sama Chris?"
"Maksudnya Drew?"
"Kamu dan Rifki, pertanyaan yg sama? Pernyataan yg sama?"
Chris hanya tertawa tanpa menjelaskan apapun dan aku? Hanya bingung denga mereka berdua.
***
Setelah beberapa hari Chris tinggal bersamaku, aku semakin terbiasa denganya, membangunkanya saat pagi hari, kadang Chris memaksaku untuk memboncengnya ke kantor, atau memaksaku untuk naik mobilnya ke kantor, wisata kuliner saat makan malam, atau hal yang lebih ekstrim Chris memandangiku saat aku terlelap bahkan Chris pernah mendobrak pintu kamar mandi saat aku sedang mandi, tapi setelah aku membeli kunci kamar mandi, aku merasa lebih aman. Kamar mandi adalah ruang privasi ku sekarang ini. Aku benar-benar semakin terbiasa, malah jika dia tidak melakukan hal-hal seperti itu, aku merasa sedikit kesepian.
Hal yang sama aku rasakan di kantor, internship program membuka koneksi yang luas untukku, selain pengalaman kerja yang nyata, aku juga telah di kenalkan dengan beberapa kolega kantor. Semua berkat kepala bidang dan Rifki, hampir setiap siang aku selalu makan siang dengan Rifki di kafetaria atau tempat makan yang tidak jauh dari kantor, sedangkan Chris hanya memberikan wajah cemberut saat aku makan dengan Rifki. Apa dia cemburu? Aku menertawakan pikiran konyol ku, mana mungkin laki-laki bisa cemburu dengan teman laki-lakinya. Mungkin.
Saat ini aku berencana untuk menjodohkan Diandra dengan Chris, akan sangat menyenangkan jika mereka jadian, selama tinggal dengan Chris sekalipun aku tidak pernah dia menyebut nama seorang gadis, atau berhubungan dengan seorang gadis. Jadi aku berasumsi sekarang ini Chris.
Jum'at malam aku mengajak Chris dan Diandra makan malam di sebuah cafe di pusat kota, sengaja aku memilih tempat ini, selain suasanya yang nyaman setiap jum'at sampai dengan minggu malam selalu ada live acoustic disini.
Aku memilih duduk tepat di depan state panggung life acoustic, Chris menyetujuinya. Saat Diandra datang aku melambaikan tangan agar Diandra tahu dimana kami duduk, suasana disini tidak begitu ramai, jadi aku bisa menikmati alunan lagu yang di nyanyikan penyanyi cafe ini.
"Gak dimakan Drew? Ntar keburu dingin" kata Diandra.
"Iyah" jawabku singkat.
Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Chris dan Diandra, aku juga tidak masuk ke obrolan mereka, aku hanya terlalu fokus ke penyanyi cafe itu, apalagi saat dia menyanyikan lagu-lagu favoritku.
"Jika ada diantara tamu sekalian yang ingin bernyanyi" kata penyanyi cafe itu, aku ingin sekali maju dan bernyanyi, tapi aku sedikit tidak percaya diri jika berada disana.
Tepukan tangan terdengar riuh, aku kaget melihat Chris ada di atas panggung sekarang ini, kapan dia majunya?
"Ayo Chris" Diandra menyemangati Chris.
Chris mengambil posisi duduk di belakang sebuah piano berwarna hitam itu, aku tidak tahu jika dia bisa bernyanyi atau bermain piano sebelumnya.
"Sebelumnya saya tidak bisa bernyanyi, jadi saya minta teman sayang berada di depan saya untuk bernyanyi mendampingi saya bermain piano, Andrew"
"Aku"
"Ayo Drew" kata Diandra.
Akhirnya aku maju ke stage itu, walaupun sekarang aku merasa canggung dan malu, tapi akan lebih memalukan lagi jika aku tidak maju setelah di panggil Chris.
"Lagu apa?"
Chris tidak menjawab pertanyaan ku, dan mulai memainkan jemarinya dia tas pinalo. Melody yang ku kenal. Chris tersenyum saat aku memandangnya, dia memaikan lagu So Close - Jon Mclaughin, lagu yang sering sering aku putar dan kunyanyikan saat di kost
Iringan piano Chris memulai bait pertama lagu itu
You're in my arms, and all the world is calm
The music playing on, for only two
So close, together and when I'm with you So close, to feeling alive..
Aku memandangi Chris melanjutkan nyanyian itu, suaranya …
As life goes by, Romantic dreams must die
So I bid my goodybe, And never knew
So close, was waiting Waiting here with you
And now, forever, I know
All that I wanted, Was to hold you, so close...
So close, to reaching
That famous happy end, and Almost, believing,
This one's not pretend
Now you're, beside me And look how far we've come..
So far, we are..so close...
Oh how could I face, the faceless days?
If I should lose you now..
We're..so close, To reaching, that famous happy end,
and Almost, believing, this one's not pretend,
and Let's go on dreaming,
for we know we are.. So close.. So close.. And still so far...
Aku memandangi Chris saat bernyanyi bersamanya, wajahnya, ekspresinya semua sangat indah dimataku, betapa bodohnya, aku merasa ada koneksi saat mata kami beradu dalam alunan piano Chris, apa aku tertarik denganya? Wait, aku laki-laki dia juga -- laki-laki, kenapa aku bisa tertarik dengan dia sekarang, aku tidak menemukan alasan logis untuk hal ini.
Suara tepukan mengiri kami kembali ke bangku kami, aku rasa sekarang aku cukup percaya diri jika kembali bernyanyi. Diandra memuji permainan Chris dan sekarang mereka kembali mengobrol dengan asyik terlihat wajah Diandra dan Chris tidak lepas dari rona bahagian, walaupun begitu aku masih belum bisa mengalihkan pandanganku dari wajah Chris. Dalam hati kecilku aku merasa bersalah jika aku benar tertarik dengan Chris, aku disini untuk menjodohkan Chris dengan Diandra, lagipula, bisa tertarik dengan seorang laki-laki adalah hal yang tidak akan aku lakukan, aku normal, aku rasa Chris juga normal, walaupun --- kami sempat berciuman.
Setelah mengantarkan Diandra ke rumahnya, aku seperti membisu didalam mobil Chris.
"Kok diem Drew"
"Masa sih"
"Chris"
"Drew" kami saling memanggil secara bersamaan.
"Kamu duluan Chris"
"Kamu lah Drew"
"Kok aku gak tau kamu bisa main piano?"
"Kita baru tinggal 2 minggu kan, kamu gak tanya aku, bisa apa gak aku main piano"
"Kamu gak bilang"
"Aku nungguin kamu tanya ke aku drew, kalo kamu ingin tau semua hal tentang aku, seharusnya kamu tanya dong"
Aku hanya tersenyum, apa dia menyadarinya, sekarang aku ingin lebih mengenalnya.
"Menurut kamu Diandra gimana Chris?"
"Baik, kamu gak kepikiran mau jodohkan aku sama dia kan?"
Apa Chris bisa membaca pikiranku.
"Gak akan berhasil Drew, Diandra hanya cocok jadi temanku, lagi pula aku sudah punya orang yang kusukai, walaupun dia sadar atau gak"
"Owh"
Ternyata Chris sudah memiliki orang yang dia suka, berasa sedikit kecewa, tapi aku lebih merasa, aku yang kecewa mendenganya, bukan karena kewcewa Diandra tidak meiliki kesempatan untuk dekat denganya.
@farizpratama7 iyah bro. hope u like it
@masdabudd maksud mas. hihi
@kim leonard ah mampir disini juga yah
om bro @erickhidayat aku om aku orangnya