BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

PITA MERAH DALAM SEBUAH CERITA EDISI CERPEN

1242526272830»

Comments

  • wah, info yg gak tiap hari dapet info spt ini
  • @rendesyah i've done watched ot and shared. Thank you!!
  • edited November 2014
    Cerpen Pita Merah

    ” Ada seribu cara untuk mengenangmu sebagai hal terindah tapi tak ada satu cara pun untuk melupakanmu sebagai bagian kehidupan, sebab seribu kebersamaan denganmu adalah surga kehidupan yang paling berharga dalam hidupku”
    Ini adalah sebuah kisah, tentang kesetiaan dan kasih sayang. Tentang bagaimana seseorang menerima orang lain dengan ketulusan. Tentang cinta dua dunia yang berharap dapat bersama 1000 tahun lagi.

    Adalah Ello . bermimpi kelak bisa menjadi seorang yang sukses dibidang yang ia sukai. Yaitu menjadi seorang petenis yang meraih satu emas dalam sejarah hidupnya. Semua yang bisa ia lakukan untuk meraih mimpiku selalu dilakukan. Latihan pagi dan sore tanpa lelah. Menambah porsi fisik sehingga lebih baik dari hari ke hari. segalanya telah ia ia lakukan sejak umur 8 tahun sampai kini 12 tahun berjalan. Ketika ia mendapatkan kesempatan untuk mewakili Negara yang ia cintai menjelang 1 tahun lagi meraih satu emas di benaknya, suatu bencana terjadi. Saat ia sedang naik sepeda untuk latihan fisik, ia tertabrak oleh motor sehingga tangannya patah.. Ello pun cemas terhadap impiannya.
    ***

    Adalah Dhamar. Tak pernah ia merasa dirinya bersalah dalam kehidupan. Ia mengabdikan hidupnya pada sebuah pekerjaan yang mulia. Menjadi perawat di rumah sakit. Melihat setiap detik orang yang berbeda dalam hidupnya, entah orang itu akan hidup atau mati, semuanya berserah kepadanya dan ia merawatnya dengan tulus. Sebab pekerjaanlah itulah yang ia cintai, cita-cita yang telah ia impikan sejak kecil. Tak pernah ia menduga, sebuah kejadian yang membuat semuanya berubah. Ketika ia berumur 21 tahun. Suatu ketika seorang pasien yang datang padanya, memiliki masalah kesehatan. Virus yang ia bawa tak sengaja mengalir pada Dhamar. Jarum suntik yang baru saja digunakan pasien tak sengaja terjatuh hingga menusuk jarinya. Tiga bulan kemudian, Dhamar merasa lelah. Ia demam hingga tak bisa bangun. Karena ia yatim piatu, yang merawatnya adalah sang bibi.

    Dhamar di masukan ke rumah sakit dan tak pernah ia menyangka bahwa ia positif mengidap virus HIV. Ia terus berpikir dan tak pernah mengerti bagaimana bisa memiliki penyakit itu, sebagai perawat, ia mampu merawat dirinya sendiri. Ia pun berteman dekat dengan virus yang ada ditubuhnya. Berusaha tegar hingga sehat walau pikirannya merasa lemah karena ia tau sedikit saja ia lemah maka virus itu akan bangkit untuk membuatnya tak berdaya. Kekasihnya yang tau Dharma terkena virus HIV kemudian memutuskan hubungannya. Untunnya sang bibi tetap bersamanya untuk memberikan kekuatan.

    Dhamar yang awalnya hancur dan merasa paling menderita dalam kehidupan. Bangkit setelah berhasil menerima keputusan hidupnya bersahabat dengan virus yang ada di darahnya. Ia kembali Tapi bekerja sebagai perawat sukarela, mengabdi kepada mereka yang membutuhkan bantuannya.
    Walau dalam hati ia terus menghitung harinya di dunia.

    ***
    Dhamar dan Ello

    Ello terdiam di kamar rumah sakit. Kunjungan pelatihnya membuatnya cemas. Bila ia tidak sembuh dalam waktu tiga bulan maka mungkin ia akan dikeluarkan dari tim. Selama itu pula, ia harus mengubur impiannya meraih emas. Karena pertandingan itu akan terjadi 4 tahun sekali, bila tidak saat ini mungkin ia tidak akan cukup umur untuk ikut. Ia merasa frustasi, impiannya seolah gagal, merenung nasibnya di kamar rumah sakit tak mau menerima siapapun yang mengenalnya walau sekedar memberikan kekuatan moral.
    Dharma bertugas merawatnya. Melihat pria itu tidak makan sama sekali makanan pagi yang ia siapkan. Hanya infus yang menolong Ello tetap sadar. Dengan sedikit sabar Dharma bertanya

    “ maaf, kenapa tidak dimakan sarapannya..” Tanya Dharma.
    Ello melotot padanya. Mungkin beberapa perawat yang sebelumnya telah kapok untuk dekat dengannya, Dharma hanya orang yang dilemparkan untuk terakhir kalinya merawat setelah yang lain tidak ada yang tahan.

    “bawa pergi makanan itu kalau tidak saya buang ke lantai..”

    “ kamu tidak suka makanan ini atau bagaimana?”

    “ jangan banyak Tanya.. aku mau sendiri. Pergi..!!”” teriak Ello.
    Dharma hanya geleng-geleng kepala. Lalu pergi sejenak membawa makanan yang Ello minta. Ia tidak menyerah. Tangan kanan Ello masih dibalut oleh perban. Hanya patah tulang kecil kiri. Beberapa jam kemudian ia datang kembali dengan menu makanan lain. Ello masih diam tak bergerak. Pandangannya kosong menatap jendela.

    “ ini ada buah-buahan. Di makan ya..” kata Dharma meletakkan ke meja. Tiba-tiba Ello membuang semuanya ke lantai. Dharma terkejut dan panik sambil berteriak kecil.
    “aku sudah bilang jangan bawa apa-apa kesini.. “
    Dharma berdiri.

    “ kamu tidak bersyukur terhadap kehidupan yang kamu punya- diluar sana banyak orang yang ingin tetap makan agar bisa sehat dan hidup. Sedangkan kamu sebaliknya.. keterlaluan..”kata Dharma msedih dan pergi setelah membereskan tumpahan buah-buahan.
    Ello memperhatikan Dharma dengan wajah sedih. Ia sedikit menyesal berlaku kasar kepada perawat itu.

    ***
    Seorang perempuan datang pada Ello. ia datang dengan sebuah berita buruk tambahan yang menghancurkan perasaan Ello. meletakkan cincin tunangan yang mereka hendak tasbihan usai Ello mewakili negaranya dalam pertandingan tenis. Perempuan itu keluar dari ruangan, dimana Dharma bermaksud datang memberikan suntikan obat antibiotic. Dharma melihat Ello terdiam. Satu cincin di meja terletak dan Ello bersedih.

    “ saatnya minum obat..”

    “ perawat. Kamu bisa bantu aku?” Tanya Ello.

    “bantu apa?”

    “ aku butuh obat tidur, sudah beberapa Ello ini aku tidak tidur dan butuh obat tidur..”

    “ aku tidak bisa memberikan obat tidur tanpa izin dokter. Maaf.”

    Dharma meletakkan sebotol antibiotic, dan bermaksud mengeluarkan dua butir. Tapi Ello merebut semuanya darinya dan menumpahkan seluruhnya ke mulut. Dharma panik, Ello bermaksud bunuh diri dengan minum obat itu sebanyak mungkin. Dharma berusaha mencegah tapi Ello minum sebagian. Dharma panik, Pandangan Ello mulai goyah.. Dharma menangis dan berteriak minta tolong. Dokter segera menolong Ello.

    Beruntung. Satu kesempatan hidup ia dapatkan dan ia bertahan dari kematian. Ia tertidur untuk beberapa waktu sampai ia terbangun dengan sisi Dharma disampingnya.

    “ perawat, aku belum mati?”
    Dharma langsung bangkit dan marah

    “ kenapa kamu begitu bodoh? Kenapa kamu mengambil tindakan sebodoh itu. Kamu.. tidak tau. Betapa berharganya kehidupan yang kamu punya sampai teganya kamu ingin lenyapkan.. di hadapanku. Kamu benar-benar tidak seharusnya hidup.. aku menyesal.. menyesal terlibat untuk merawat kamu!!” kata Dharma menangis..
    Ello tidak mengerti. Mengapa Dharma begitu menangis sedih dihadapannya.

    “kenapa kamu harus sampai nangis gitu sih, kamu laki-laki??”

    “karena kamu tidak tau.. bagaimana rasanya ingin hidup.. hidup lebih lama dari siapapun!! Saya berhenti merawat kamu.. semua perawat disini gak ada yang betah merawat kamu! Saya menyesal.. mengorbanan waktu dan hidup saya untuk melihat orang tidak tau diri terhadap kehidupan yang ia punya!!”

    Ello tidak mengerti tapi sejak saat itu, keinginan kuatnya untuk hidup berlanjut setelah melihat air mata Dharma. Dharma tidak lagi merawatnya tapi berkat Dharma , Ello mulai bersikap lebih baik. ia terus berpikir tentang air mata Dharma hingga ia memohon kepada Dokter agar Dharma tetap diizinkan merawatnya. Dokter menyampaikan hal itu kepada Dharma. Dharma yang tadinya tidak mau, akhirnya bersedia setelah mendengar kalau Ello telah bersikap baik dan bersemangat untuk hidup.

    ***
    Dharma pun kemudian kembali merawat Ello. Ello mulai bersikap baik dan menuruti semua yang Dharma minta padanya. Mereka mulai saling bicara dan sampai akhirnya Ello sudah diperbolehkan untuk kembali pulang. Ia bertanya kepada Dharma.

    “kalau aku boleh tau, kenapa kamu menangis saat itu? Apakah kamu benar-benar menyesal telah merawat aku?”

    “ aku hanya tidak tahan melihat orang yang tidak pernah bersyukur terhadap kehidupan yang ia miliki, seolah-olah hidup itu permainan. Buatku itu menyakitkan karena banyak diantara kita yang sakit, berharap ia tidak mati. Tapi kamu sebaliknya, aku tidak tau apa masalahmu, hanya patah tangan kenapa sampai harus bunuh diri?”

    “kamu mau aku cerita jujur?”

    “silakan..” jawab Dharma.

    Ello pun cerita semuaya, mulai rasa putus asanya tidak bisa menjadi wakil Indonesia dalam kompetisi tenis yang akan datang. Hingga diputuskan oleh tunangannya. Ia merasa sejak saat itu ia tidak butuh lagi kehidupan di dunia ini. Dharma pun paham lalu berkata.

    “ memangnya kapan kompetisi itu berlangsung?”

    “sekiranya 9 bulan lagi,. Tapi kondisi seperti ini aku ragu untuk bisa..”

    “tapi patah tangan kamu akan cepat sembuh kok dalam waktu 2 bulan bila kamu melakukan fisiotherapi dan perawatan secara rutin.. apakah dalam waktu 2 bulan kalau kamu sembuh maka kamu bisa kembali seperti semula”

    “mungkin saja. Tapi bagaimana kamu tau hanya butuh 2 bulan?”

    “karena aku pernah merawat pasien yang sama luka kecelakaan dan sembuh normal dalam waktu dua bulan. Biasanya tulang kamu yang patah bisa jadi kembali kalau kamu ikutin proses yang dibuat untuk memulihkan kondisi kamu..”

    “kamu mau menolong aku untuk cepat sembuh?”
    Dharma terdiam..

    “ kenapa kamu diam? Kamu mau bantu aku? Aku mohon..”

    “ aku hanya petugas rawat sukarela disini.. baiklah aku bersedia bantu. Tapi aku mohon satu hal dari kamu.. berjuanglah dengan sungguh-sungguh dan jangan putus asa seperti dahulu.. “

    “ aku janji..”

    ***

    Dharma pun menjadi perawat sukarela yang membantu proses pemulihan Ello. ia berjuang untuk membantu dengan setulus hati. Setiap Ellonya ia datang ke tempat Ello untuk memberikan obat dan makanan yang dibutuhkan untuk proses pemulihan Ello. ia juga melukan terapi yang ia pelajari dari pengalamannya selama menjadi perawat. Dari waktu ke waktu mereka menjadi dekat. Dharma tak pernah lelah membantu Ello dan mengingatkan pria itu untuk terus mengikuti pengobatan dan perawatan yang ia berikan.
    Ello yang sebelumnya merasa gagal dalam kehidupan, sejak ada Dharma mulai bangkit dan merasa yakin kembali.

    Memang Dharma seperti malaikat, apa yang ia katakan benar. Tangannya telah pulih setelah dua bulan lebih cepat dari perkiraan. Ello begitu bahagia dan berterima kasih kepada Dharma. Ia sudah tak sabar untuk mencoba mengayunkan raket pertamanya dan ragu. Tapi berkat dukungan dari Dharma ia berhasil mengayunkan raket tanpa rasa sakit. Karena begitu gembiranya ia memeluk Dharma. Dharma terkejut bukan main. Karena malu keduanya tersipu malu.

    “maaf, aku terlalu gembira sampai lupa kalau ini tidak pantas..”

    “gapapa kok.”

    Tiba-tiba Dharma mimisan. Hidungnya mengeluarkan darah. Saat Ello hendak membantunya. Dharma menolak.

    “jangan pegang.. jangan pegang..”

    “kenapa.. kamu mimisan.. ini pakai bajuku untuk berhentikan darahnya..”

    Dharma tetap menolak Ello menyentuhnya walau ia tidak menolak baju Ello. ia meminta Ello untuk membiarkan ia merawat dirinya sendiri. Ketika darahnya mulai berhenti, ia meminta Ello mengantarkannya pulang. Tapi ia tidak memperbolehkan Ello mengambil bajunya. Untunnya Ello memiliki baju lain. Ello bingung dengan apa yang Dharma lakukan, ia merasa aneh. Tapi Dharma hanya mengatakan kalau ia kelelahan. Ello pun pulang untuk membiarkan Dharma beristirahat.

    ***

    Sebagai pengidap HIV Dharma memang tidak boleh terlalu lelah, karena system kekebalan tubuhnya yang telah berkurang, ia harus minum obat setiap harinya agar virus yang merusak kekuatan tubuhnya dapat tidur sejenak. Tapi ia terlalu bersemangat merawat Ello sampai akhirnya ia hanya terkapar di ranjang. Sang bibi mencoba merawat dengan baik. Ello yang tidak pernah bertemu dengan Dharma selama satu minggu menjadi bingung. Ketika ia datang kerumah Dharma . Dharma menolak bertemu dan meminta bibinya untuk mengatakan kalau Dharma sedang pergi.

    Kondisi Dharma yang memburuk mau tidak mau harus dibawa kerumah sakit untuk di rawat. Ia begitu lemah. Ello sebalikanya ia menjadi sehat dan bersemangat kembali untuk latihan tenis. Ia percaya dan yakin masih mampu menjadi wakil Indonesia. Dharma tampak pucat dan dokter yang ada disampingnya berkata.

    “paru-paru kamu mulai tidak kuat. Kamu harus jaga kondisi kamu..virusnya mulai bandel.”

    Dharma hanya tersenyum sesekali ia batuk batuk karena ia seorang perawat yang paham ia mulai tau betapa virus yang dulu bersahabat dengannya mulai bandel dan ia harus lebih bersikap baik pada sahabatnya itu.

    ***

    Setiap pulang latihan tenis, Ello selalu menunggu didepan rumah Dharma berharap melihat Dharma keluar karena ia mulai penasaran Dharma tidak pernah mengangkat atau membalas telepon serta sms darinya. Sampailah suatu ketika ia beruntung, sang bibi baru saja turun dari taksi. Lalu ia mencegatnya.

    “ Tante, aku mohon kasih aku tau kenapa Dharma menghilang seperti ini. Aku gak ngerti.. tolong jelaskan. Aku marasa kehilangan..”

    Bibi pun merasa ibah, kemudian ia memberikan sebuah kertas dimana ia bisa bertemu Dharma. Ketika Ello tau tempat itu adalah rumah sakit. Ia mulai cemas. Kemudian ia tidak langsung menuju ketempat Dharma. Ia berhenti di jalan memarkirkan mobilnya.

    “ Dharma terkena virus Hiv. Kondisinya tidak baik. virus itu sudah ada ditubuhnya 2 tahun lalu… sekarang terserah kamu, Dharma tidak ingin bertemu dengan siapapun termasuk kamu! Itu pesannya kepada bibi. Kamu bisa mengerti , ia tidak ingin kamu tau keadaannya karena keadaannya bukan hal yang harus orang lain tau..”

    Ello pun kembali membayangkan apa yang membuatnya teringat masa lalu ketika saat itu mengapa Dharma begitu marah dan sedih sampai menangis ketika ia melihatnya hendak bunuh diri dan tidak menghargai kehidupan. Karena Ello tau, Dharma begitu menginginkan kehidupan dimana ia sendiri tidak pernah tau kapan ia bisa bertahan hidup. Ia ragu, apakah harus menemui Dharma. Tapi kekuatan dan kebesaran hatinya untuk berterima kasih terhadap apa yang Dharma lakukan padanya membuatnya sejenak membuang rasa takutnya.

    Ia sadar, stigma orang lain terhadap orang yang terjakit virus Hiv adalah menakutkan. Ia tidak ingin terbuai oleh kalimat salah itu, ia percaya apa yang Dharma lakukan dan ia perhatikan selama ini adalah bukti bahwa Dharma tidak begitu seburuk yang ia bayang. Ia tiba di rumah sakit dan langsung menemui Dharma yang terkejut melihatnya. Mereka saling menatap. Ello begitu sedih melihat kondisi Dharma yang lemah.

    “kamu kenapa tidak cerita kalau kamu sakit..?” Tanya Ello.

    “apa yang terjadi pada hidupku saat ini bukanlah sebuah cerita..”

    “ kamu tidak perlu takut, apapun yang terjadi pada hidup kamu. Kamu tetap orang yang baik dan sama..”

    “kamu tau El. Dulu orang yang mencintai aku juga bilang begitu.. faktanya setelah ia tau aku.. HIV. Ia tidak pernah muncul lagi dalam hidupku..” kata Dharma menangis
    Ello dengan berani memeluk Dharma. Dharma terkejut.

    “biarkan aku peluk kamu.. biarkan aku ikut ngerasain bagaimana rasanya menjadi kamu.. karena kamu dulu pernah mencoba menjadi aku dalam hidup kamu.. kamu janji ya.. kamu harus sembuh..”

    Melihat dukungan yang begitu luar biasa dari Ello. Dharma begitu tersentuh, menangis dan bahagia. Ada orang lain yang begitu peduli padanya selain sang Bibi.

    ***
    Setiap harinya.. Ello selalu datang ke rumah sakit. Menjenguk Dharma seusai latihan. Dharma semakin membaik dan ia dizinkan pulang kerumah seminggu kemudian. Ello membantu membawanya pulang. Dharma pun berkata kepada Ello.

    “aku sudah membaik sekarang kamu jangan terlalu sering kesini. Kamu latihanlah yang benar. Kejar impian kamu untuk meraih emas. Aku bisa jaga diriku sendiri. Kamu janji ya.. “

    “aku gak bisa jauh dari kamu.. aku harus jujur sama kamu.. kalau aku sayang sama kamu..” kata Ello yang membuat Dharma terdiam.

    “jangan sayang sama orang kayak aku.. karena aku sendiri tidak pernah tau berapa lama aku bisa memberikan hal yang sama kamu..”

    Ello mengangkat tangan Dharma lalu mengeluarkan cincin.

    “ dulu, orang yang aku harapkan untuk memberikan kasih sayang abadi malah meninggalkan aku saat aku jatuh tapi kamu berbeda. Dengan keadaan kamu kamu memberikan segalanya kepadaku. Bangkit dan membuatku yakin, kamu layak menjadi bagian dalam hidupku.. mau gak kamu menikah dengan aku..”

    Dharma menangis.. dalam hatinya ia bahagia ada orang yang begitu tulus mencintainya diantara kebencian.
    “aku gak bisa menerima cincin ini.. maaf”

    “kenapa gak bisa.. aku tidak peduli kamu Hiv. Aku gak peduli. Yang aku tau kamu tetap Dharma yang aku sayang.. motivasi dan semangat hidupku.. aku mohon terima pertunangan ini. Setelah aku kembali dari kompetisi aku akan hidup bersama kamu..”

    Dan dengan air mata. Dharma menerima cinsin ini disaksikan bibinya yang juga tersentuh oleh cinta dua manusia itu dengan air mata yang tulus.

    ***
    Waktu kompitisi yang mendekat. Dharma tidak semakin membaik, bahkan ia mulai kehilangan kekuatan untuk bergerak karena syaraf pada ototnya mulai terserang, ia setia menunggu Ello dan sesekali menonton latihan Ello, memberikan senyuman kepada orang yang tulus mencintainya agar semangat meraih mimpinya. Sampai akhirnya waktu berjalan dan Ello harus pamit untuk berpisah karena pertandingan itu dilakukan di luar negeri.

    Dharma bersama bibinya mengantarkan sampai airport. Ello mencium kening Dharma. Dharma memberikan satu kata yang mungkin tak pernah ia bayangkan adalah kalimat terakhir dalam hidupnya.

    “ El.. andai ada 1000 tahun lagi dalam kehidupan kita, aku ingin kamu tau, aku ingin bersama kamu 1000 tahun lagi.. aku ingin kamu tau itu…”

    Ello tau, kalimat itu adalah kalimat yang menyedihkan.. tapi ia tegar dan membalasnya

    “ tunggu aku, aku akan kembali dengan sebuah hadiah untuk kamu.. hadiah kehidupan 1000 tahun bahkan 10000 tahun bersama kamu… janji ya..”

    “ aku janji..”

    Ello pun pergi, Dharma menangis untuk terakhir kalinya ia melihat sang kekasih. Karena pertandingan ini secara langsung. Ia bisa menyaksikan lewat televisi. Tubuhnya yang lemah dan semakin lemah membuatnya tak berdaya bahkan saat ia dengan bangga melihat sang kekasih benar-benar berhasil mempersembahkan emas kepada negaranya. Lalu seorang wartawan bertanya kepada Ello, untuk siapa emas ini dipersembahkan. Dengan penuh air mata Ello berkata

    “ emas ini, aku persembahkan untuk orang yang aku cintai.. aku ingin ia tau. Bahwa mungkin aku mengenalnya terlalu singkat dalam kehidupan.. tapi bagiku itu seperti 1000 tahun lamanya.. dan kami akan selalu bersama selamanya.. terima kasih Dharma.. emas ini untuk semangat hidup yang kamu berikan.. berjuanglah”

    Dharma menangis menyaksikan itu. Untuk terakhir kali itulah ia menangis. Ia memeluk dan mencium cincin tunangan yang diberikan sang kekasih dengan nafas terakhir yang ia miliki. Ketika bibinya bangun untuk mengambil air, ia telah menemukan Dharma terjatuh dari kursi. Ia panik dan membawa Dharma ke rumah sakit. Dharma pun sekarat dan masuk ruang ICU.

    Ello langsung kembali untuk menemui Dharma. Ia membawakan Emas itu dihadapan Dharma. Sekeping emas yang berharga.. Dharma tidak lagi bisa berkata apa-apa dengan nafas bantuan di mulutnya. Ia hanya tersadar sesaat untuk menulis di sebuah kertas untuk Ello.

    “ aku pergi, maaf untuk tidak bisa bersamamu 1000 tahun lagi.. maaf” kata Dharma penuh tangis.

    Ello pun berkata.

    “ aku sudah merasakan 1000 tahun bersama kamu.. kalau kamu mau pergi.. pergilah.. aku ikhlas.. aku ikhlas.. “ kata Ello tegar..

    “ maaf.. “

    Dharma meletakan tangannya di wajah Ello, ia tersenyum dan tiba-tiba tangannya terjatuh.. dan disanalah pertemuan terakhir mereka..

    Ello tidak pernah menyesal telah mencintai orang yang pergi dari sisinya dengan perjuangan begitu berat. Tapi ia percaya perjuangan Dharma untuk hidup adalah anugerah bagi siapapun untuk terus menjadi cahaya bahwa kita tidak boleh menyerah terhadap kehidupan. Kita harus bersyukur mendapatkan kehidupan panjang. Seperti yang selalu Dharma katakan ia ingin 1000 tahun dalam hidupnya.. walau tidak pernah terwujub ia tidak pernah menyesal setidaknya ada 1000 hal yang ciptakan yaitu semangat bagi orang-orang termasuk Ello untuk tidak pernah putus asa karena hidup adalah misteri yang mungkin Tuhan ciptakan untuk membuat kita semakin kuat dari sebelumnya

    tamat


  • Hwaaahhh anda berhasil membuat saya nangis dok hiks hiks,,
  • Hwaaahhh anda berhasil membuat saya nangis dok hiks hiks,,
  • Hwaaahhh anda berhasil membuat saya nangis dok hiks hiks,,
  • @Wita - Maaf Ya,,, membuat menangis,,,
  • Cerita ini menarik apalagi tentang hiv cuma ending kurang greget
  • Keren bgt cerbung sama cerpennya.
Sign In or Register to comment.