It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Hai tan, apa kabar?"
"Hmm ma..mau apa kak kesini, kak Tristan mana?"
"Tristan ada tuh dibawah! Kita punya hadiah nih buat kamu!"
Rio melirik pria tua itu dan lantas dia meninggalkanku berdua dengannya.
"Wah, gak salah saya bayar ke mereka, ternyata kamu mulus banget!" tatapnya mesum.
"Ma..maksudnya apa, om siapa?"
"Mereka bilang kamu escort yang bisa temani saya malam ini! Ternyata kamu lebih dari ekspektasi saya!"
Aku berusaha kabur namun badannya yang lebih besar dariku mempermudah dirinya menguasaiku. Kemejaku dirobek paksa dan aku dibanting kasar di kasur. Aku berteriak, menangis, tapi tak ada yang mendengarku. Aku berharap bahwa siapapun dapat menolongku saat ini. Pria tua itu kemudian mendekatkan wajahnya padaku. Dia mencoba menciumku. Aku menolak namun aku sulit untuk berontak karena tubuhnya menindih tubuh kecilku. Aku mulai kehabisan nafas. Tangisku mereda namun rasa sakit hatiku makin besar terhadap Tristan. Aku lemas. Pria itu makin nekat dengan menurunkan celanaku. Dia membuka paksa dan aku menemukan celah untuk melawan. Kutendang tubuhnya. Dia tersungkur dan aku berlari cepat kearah pintu namun dia kembali berhasil menarikku keatas ranjang kemudian dia menamparku. Aku berteriak. Dia mencekek leherku. Aku kehabisan nafas. Kepalaku pusing dan aku sudah tidak ingat apa-apa lagi.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
<Daniel POV>
Aku panik. Nathan baru saja menelponku dan memberitahuku bahwa dia sedang berada di sebuah hotel melati. Aku langsung bergegas kesana. Kusambar kunci mobil dan aku mengendarainya bagai kesetanan. Ya tuhan, tolong jaga Nathan. Aku tak mau terjadi hal buruk padanya. Aku sangat kenal bagaimana kejamnya gank Tristan jika sedang mengerjai seseorang. Dan aku tak mau Nathan tersakiti. Aku sama sekali tidak akan memaafkan mereka jika terjadi sesuatu hal buruk pada Nathan. Aku sudah berhenti tepat di depan hotel tersebut. Tak lama kulihat tiga orang teman Tristan sedang berjalan menuju mobil dengan wajah tertawa. Aku makin mengkhawatirkan Nathan. Mungkinkah Tristan akan melakukan sesuatu kepada Nathan. Aku segera masuk dan menuju kamar Nathan sesuai SMS yang dia berikan. Sampai di depan kamar aku mendengar teriakan. Itu teriakan Nathan. Aku membuka paksa pintu kamar itu dan mendapati Nathan sudah tak berdaya ditindih oleh pria tua yang sudah setengah telanjang. Kutarik badannya dan kuhajar pria itu hingga pingsan. Aku langsung membopong Nathan dan membawanya keluar dari hotel sialan ini.
Aku membaringkan Nathan di ranjang kamarku. Dia begitu lemah. Aku panik. Baru saja aku ingin menghubungi paramedis, kudengar suara erangan dari Nathan. Dia sudah bangun. Aku mengusap kepalanya lembut dan membisikkan kata-kata yang menenangkannya. Kulihat airmata mengalir dari dua bola matanya. Aku sangat mengerti perasaan Nathan saat ini. Trauma psikis yang berat pasti akan dialaminya.
"Aku dimana kak?"
"Kamu dirumah aku tan, dikamar aku, kamu istirahat aja!"
"Kak, maafin aku ya belakangan ini selalu kasar sama kak Daniel, aku juga gak percaya sama kakak, aku gak tau harus bilang apa kak, aku malu sama kakak!"
"Udahlah tan, aku gak pernah marah atas perlakuan kamu, dan kamu gak usah pikirin itu dulu, yang penting sekarang kamu sehat dulu!"
"Iya, makasih kak,"
"Kak kenapa kak Tristan tega sekali ya berbuat hal itu sama aku, apa salah aku ya kak, aku cuma ingin disayangi dan menyayangi, tapi kenapa ada orang yang sekejam itu ya kak!"
Nathan menangis. Aku hanya membalasnya dengan senyuman namun airmataku juga ikut turun. Aku juga menangis membayangkan perasaan Nathan saat ini.
"Aku kangen mama kak!"
"Kenapa tan?"
"Aku kangen mamaku di Bandung kak, aku ingin tinggal sama mama!"
"Iya tapi sekarang kamu harus pulih dulu ya, jangan pikirin yang macem-macem dulu!"
Aku mendudukan Nathan dan memberinya minum. Kuusap rambutnya dan dengan refleks kukecup keningnya. Aku sayang Nathan dan tak akan kubiarkan siapapun mengganggunya dari sekarang. Nathan akan selalu dalam pengawasanku.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
<Tristan POV>
Aku berjalan menuju bench. Kuedarkan pandangan ke seluruh sport court ini dan sama sekali aku tidak melihat keberadaan Rio, Leo maupun Ken. Padahal mereka sendiri yang mengajakku main basket di tempat ini. Aku mengambil handphone ku didalam tas. Kulihat wallpaper nya. Ada wajahku dan Nathan yang sama-sama sedang menampilkan ekspresi seperti orang kaget. Aku rindu Nathan. Apakah dia sudah melihat video itu. Aku sangat menyesal melakukan semua ini kepadanya. Harusnya aku membatalkan taruhan itu sejak awal. Aku tidak ingin menyakitinya. Bahkan jujur aku sangat ingin melindunginya. Aku menyayanginya. Dan kurasa sekarang belum terlambat bagiku untuk menjelaskan semuanya. Aku berharap Nathan bisa memaafkanku dan kita bisa memulai semuanya dari awal. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Tapi apa yang kurasakan pada Nathan adalah perasaan bahwa aku tidak ingin kehilangannya. Aku tidak ingin dia menjauh dariku. Aku tidak ingin kehilangan raut wajah ceria dari wajahnya. Senyum manisnya yang memikatku. Derai tawa yang menyejukkan hatiku. Kulihat ada lima missed call dari Nathan. Hmm sepertinya dia tadi mencoba menghubungiku. Dia pasti sudah melihat video itu dan meminta penjelasanku. Aku balik menghubungi Nathan tapi mailbox. Kucoba mengirimkan SMS dan kulihat ada satu pesan terakhir dariku yang tertulis bahwa aku mengajak Nathan ke sebuah hotel untuk membicarakan sesuatu. Heh tunggu, aku tak pernah merasa mengirimkan SMS seperti ini. Sudah dapat kutebak, ini adalah ulah ketiga sahabatku itu. Aku dengan refleks langsung menghubungi kembali Nathan, tapi memang handphone nya tak aktif. Aku baru saja ingin beranjak menuju parkiran guna menuju hotel yang dimaksud namun sejurus kemudian ketiga temanku datang.
Gue : darimana aja lo?
Leo : eh sorry tan, tadi ada urusan sebentar
Gue : urusan apaan?
Rio : ada lah, tadi kita ada urusan sedikit tapi udah kelar
Gue : maksud lo ada hubungannya sama sms ini
Ken : iya tan, mulai sekarang lo gak usah perlu ribet ngejauhin maho itu
Leo : sekarang homo itu udah kita beresin
Gue : maksudnya?
Rio : jadi tadi kita abis jual dia ke om-om gitu
Ken : iya lumayan tan duitnya bisa buat hura-hura
Rio, Leo, Ken : hahahaha
Aku dengan refleks meninju salah satu dari sahabatku itu. Aku sama sekali tak habis pikir atas kelakuannya.
Rio : lo apa-apaan sih tan!
Gue : dasar beg* lo, kalo nathan lapor polisi atas ulah lo bertiga, kalian bisa apa hah?
Mereka terdiam. Aku langsung pergi meninggalkan mereka yang sekarang sedang memanggil-manggil namaku. Aku sangat khawatir atas kondisi Nathan. Aku sama sekali tak ingin hal buruk terjadi padanya. Di dalam mobil pikiranku kalut. Aku tak dapat fokus karena banyak hal berkecamuk dalam pikiranku. Hal yang paling kutakuti bukanlah Nathan akan melaporkan kami ke polisi, karena ayahku yang berprofesi sebagai advokat pasti punya banyak kenalan untuk membantu meloloskan kami dari kurungan penjara. Tapi yang lebih kutakutkan adalah Nathan akan membenciku. Nathan akan pergi dan menjauh dariku. Tanpa kusadari aku menangis. Aku tak ingin kehilangan Nathan dalam hidupku. Aku menyayanginya.
@Adhi48
@amira_fujoshi
@arbata
@jokerz
@angelofgay
@telur_ungu
@Kim_Kei
@Ricky89
@kikyo
@obay
@farizpratama7
@aicasukakonde
@young17
fyi aja buat yg bingung sama scene itu hehe
Lanjut
Tak sabar menunggu lanjutannya