It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
om bro @erickhidayat ama @karena gw kaga ngerti bahasa ntu... translate please. kikiki.. btw jemput gw di depan lampu merah yak @karena gw bawa krecekan disono
@2mocin maybe hahahaha. can u wait little more longer bro buat story elu yak. hihi
MAAF Tarik kalian om bro @erickhidayat bro @diarlied bro @greenbubles @kimo_chie @andhi90 @darrenhat @shuda2001 @zhar12 @b_hyun @binyolgnatius @aicasukakonde @adzhar @esadewantara88 @flowerboy @boyzfath @2mocin @bintang69 @ardi_cukup @hikaru @congcong @pokemon @kim_kei @syeoull mb @vbear @caetsith @galihsetya14 @el_crush @joenior68 @the_angel_of_hell @obay @Rez1 @brownice @arifinselalusial @chasper @003xing @kim leonard @tyo_ary @meong_meong @gaylovski @treezz @ahmadjegeg @farizpratama7 @bintang96 @difer @karena dan READER/PEMBACA LAIN/
HAPPY READ I HOPE ^^
________________________________________________________________________
Masih CALVIN POV
Part 3
"Gue bunuh lu, adek gue mati karna lo" Romi mengamuk di rumah sakit itu, dan di tahan beberapa petugas rumah sakit.
"Dia udah pergi vin" walaupun Yoga berusaha menenangkanku, tapi aku tidak bisa tidak menahan tangisan ini, aku menangis, menumpahkan kesedihanku.
Aku melihat tubuh Riki terbujur kaku di hadapanku, air mata ku terus menerus mengalir, semua salahku, jika saja aku tidak berlari saat itu. Tubuhku melemas, aku sudah tidak ingin hidup, aku sudah tidak ada alasan untuk hidup. Aku ingin menyusul Riki. Riki tidak boleh meninggalkan ku sendirian.
***
Keinginan ku untuk terus hidup sudah pergi seiring kepergian Riki, hidupku terasa hampa. Walaupun sudah berada di pemakaman aku hanya bisa terdiam dari kejauhan, melihat tangisan keluar dan teman Riki, yang aku lakukan hanya menangis di sini, berdiri dan melihat satu persatu orang-orang itu pergi dari pemakaman Riki.
"Ayo vin" Yoga menuntun ku menuju pemakaman Riki.
"Mau apa lo kesini bangsat"
"Bang Romi, apa abang tidak bisa sedikitpun membiarkan Calvin mengucapkan selamat tinggal ke Riki"
"Gara-gara dia, gara-gara dia"
Aku hanya bisa terdiam merasakan pukulan bang Romi, aku menerimanya, ini pantas untukku, bahkan aku rela bang Romi memukulku hingga mati.
"Bang udah" Yoga melerai tiap pukulan bang Romi,
"Pergi lu berdua, gue bilang PERGI"
"Bang sekali aja"
"Vin, lu harus menderita, selamanya lu harus menderita sampai lu mati"
"Sudah Vin, ayo kita pergi"
Aku sedikitpun tidak bisa merespon setiap perkataan Romi atau Yoga, perasaanku terlalu sakit, tubuhku terasa kaku, aku merasa tidak bernyawa ditubuh ini.
Sampai saat di rumah pun, aku tidak melakukan apapun, selain menangis dan melamun,
"Vin, seharusnya kamu makan, sampai kapan kamu mau nyiksa diri kamu sendiri, kamu udah berapa hari gak makan, kamu gak sayang dengan diri kamu?"
Sayang? Apa aku pantas untuk di sayangi, setelah aku membiarkan orang yang kusayangi pergi untuk selamanya tepat di hadapanku.
"Vin, setidaknya kamu ngomong, kamu dengar aku kan?"
"Plaaaaak" Yoga memandangku dalam setelah menamparku.
Sebuah tamparan tidak berarti apa-apa, ini tidak lebih sakit setelah aku ditinggalkan Riki.
"Riki tidak ingin kamu seperti ini vin, apa Riki akan tenang disana jika melihatmu seperti ini? Kamu tidak sendiri vin, masih banyak orang yang menyayangimu"
"Sayang?"
"Ya Vin, aku sayang sama"
"Lihat aku vin, ini memang bukan waktu yang tepat, dan aku memang tidak bisa menggantikan Riki, tapi aku dan Riki tidak akan menyukai jika kau seperti ini, kau menyiksa dirimu"
"Jika kamu tidak memiliki alasan untuk hidup, biarkan aku jadi alasan mu"
"Ga"
"Vin, jalan mu masih sangat panjang, kehilangan, pertemuan, itu jadi pelajaran hidup yang berharga, aku tau kamu kuat, Riki, aku ingin kamu bahagia"
"Aku butuh waktu Ga"
"Aku mengerti, besok aku akan pindah ke luar negri, aku ingin kamu ikut denganku"
"Ga"
"Aku akan menunggumu besok di bandara"
Aku masih belum mengerti sepenuhnya dengan apa yang di katakan Yoga, dia menyayangiku, dia menungguku di bandara. Entahlah, tapi dia benar, sesedih apapun aku sekarang, seputus asa pun aku sekarang, aku masih memiliki orang-orang yang menyanyangiku.
Riki, Riki, tidak ada yang akan menggerser posisi mu di hatiku, walaupun kedepanya aku memiliki seseorang yang bisa menerimaku seperti mu, posisi mu tidak akan terganti, Riki sudah jadi bagian dari hidupku dan selamanya akan seperti itu.
***
Aku tidak menyusul Yoga untuk pergi bersamanya, dan ini sudah hampir satu tahun berlalu, aku tidak mendapatkan sedikitpun kabar dari Yoga. Aku mengerti aku telah mengecewakanya, dan mengecewakan banyak orang di sekitarnya. Walaupun Romi terkadang masih memebErikan ancamanya aku sudah mulai bisa beranjak maju kedepan. Aku sudah bisa menerima semua keadaan diriku dan menerima kepergian Riki.
Aku memutuskan untuk bekerja sambilan untuk mengisi waktuku sehari-hari, dengan kuliah saja, aku masih banyak waktu ku yang terbuang, dan aku akan merasa sendiri, aku tidak menginginkan hal itu. Bekerja disalah satu perusahaan penerbt sebagai penulis part time. Sedikit banyak tulisanku di terima oleh banyak orang, aku hanya menulis apa yang aku alami, mungkin karena itu tulisanku disukai.
"Hey, sendirian lagi lu ya"
"Erika"
"Lu beneran gak ada temen ya disini"
"Gue cuma terbiasa bekerja sendiri"
Erika mengulurkan tanganya, entah apa maksudnya, sebelumnya aku sudah kenal denganya walaupun belum pernah berbicara secara langsung. Tapi biarlah, tidak ada salahnya bersalaman.
"Mulai sekarang kita berteman"
"Teman" kataku singkat.
Pribadi Erika sangat menyenangkan, dia mengingatkan ku dengan Yoga, sosok yang selalu menjagaku dan kadang memarahiku jika aku berbuat hal yang tidak disukainya. Aku sangat terbuka denganya, dan dia sekarang adalah satu-satunya temanku berbagi. Aku menceritakan tentang diriku, masa lalu ku, dan respon yang tidak kuduga kudapatkan dari Erika, ternyata dia ingin mencarikan laki-laki pengganti Riki, aku hanya tersenyum melihat tingkah laku nya.
"Gue ada kenalan anak baru, dia layouter, mungkin cocok dengan lu vin"
"Ka, udah gue bilang, lu ngapain harus repot carikan gue pacar, jika waktunya tiba, pasti akan datang, takkan lari gunung di kejar"
"Iya, gunung gak bakal lari, tapi tu gunung juga gak bakal gerak, kalo lu gak datangin, udah ikut gue, mininal lu temenan ama dia"
Erika menariku ke depan ruangan, dia sudah berjanji akan bertemu temanya itu.
"Ka" suara teriakan laki-laki memanggil Erika. "Riki" aku melihat Riki, tidak, aku mengucek kedua mataku, memastika laki-laki yang menghampiri kami, dia bukan Riki, tidak mungkin Riki bisa hidup kembali
"Rendraaa" Erika melambaikan tanganya.
Sosok ceria, dan bersahaja itu bernama Rendra, senyumnya, keceriaanya mengingatkanku ke rini.
"Mau kemana Vin?"
Aku tidak menjawab panggilan Erika, aku berlari secepat mungkin menuju belakang ruangan, tempat yang tidak terlihat oleh siapapun, tempat dimana aku bisa menangis, Rendra, laki-laki itu mengingatkanku kepada Riki.
@kim_kei heran gw bro, typo gak mau pindah... haduuuh perasaan udah rada bener ngetinya. hihi
@kim leonard thanks to u bro
@karena chap besok udah gak pake flashback kok balik ke pov rendra
@el_crush sort of
Hahaha,,,
Salam semangat @Ricky89