It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Thanks mention nya yah
Aland merasa sangat senang karena di hari ulang tahunnya, ia mendapatkan hadiah coklat dari Syarifuddin, cowok yang selama ini telah memenuhi memorinya. Tapi kesenangannya terusik ketika ia tiba dirumahnya. Ayahnya memberitahukan kalo Didit sahabat dari kecilnya, akan menginap dirumahnya. Walaupun kesal, namun akhirnya ia harus rela berbagi tempat tidur dengan Didit. Waktu semakin larut tapi Aland tak bisa tidur karna terus memikirkan Puding. Ketika ia berusaha memejamkan mata, suara Didit terus mengacaukan ketenangannya. Muncul sebuah ide jahil di benak Aland untuk mengerjai Didit.
Bagaimana kelanjutannya??
Silahkan baca sambungan'y guys.
Selamat membaca. :-)
LOVE 08 PART II
"Land. masih marah ya soal waktu itu?" tanyanya dengan wajah yang menyesal.
"Banget." jawabku ketus. Aku kembali membelakanginya sambil menahan tawa.
"kan udah lama Land?" sahutnya dari belakang.
"tapi sakitnya masih terasa sampai sekarang. Kamu kira enak berada dalam posisi seperti itu, ha? Dengan pikiran kalo sohib kamu mau perkosa kamu? Untung aja kak Arman ga mikir yang macam-macam." ujarku nyerocos. Ingin sekali aku melihat wajah bersalah Didit, pasti sangat lucu. Hehehe...
Tiba-tiba aku merasakan tangan Didit memelukku dari belakang dan menempelkan wajahnya di punggungku. Aku ingin berontak namun aku urungkan niatku ketika merasakan bajuku basah disusul suara isak tangis.
"maafin aku Land."
Astagaaaaa.... Didit menangis.
"aku ga bermaksud buat kamu marah Land, apalagi menimbulkan masalah buat kamu. Aku cuma mau membalas keisengan kamu. Aku menyesal Land, aku ga akan ngerjain kamu lagi. Tolong maafin aku." ujarnya terisak agak histeris. Pelukannya semakin erat memelukku. Perlahan ku lepaskan pelukannya kemudian beranjak duduk disampingnya.
"sudah Dit ga usah nangis. Maafin aku, tadi itu aku cuma bercanda aja. Aku udah maafin kamu kok." aku mencoba menenangkannya, ku usah rambut cepaknya. Perlahan ia mulai bangkit lalu ikutan duduk dengan airmata membanjiri kedua belah pipinya. Baru kali ini aku melihatnya menangis terseduh-seduh. Sesedih apapun pantang baginya untuk menjatuhkan airmata, meskipun harus selalu merasa kesepian ditinggal orang tuanya yang sibuk bekerja. Ahh... Teman macam apa aku ini??
"benar, kamu udah maafin aku Land?" Tanyanya tak percaya. Aku menggangguk tersenyum.
"berarti kamu udah ga marah lagi?"
"iya." balasku.
Didit lalu mendekapku.
"makasih ya Land. Makasih udah maafin aku."
"iya Dit." kubalas pelukannya yang terasa hangat dan nyaman.
"Andai kamu tau Dit, kamu sangat berarti buatku." Gumamku dalam hati.
******
"Land." ucap Didit. Kami berbaring telentang memandangi langit kamarku.
"hmm." jawabku.
"kamuu... Lagi naksir seseorang?" aku menoleh heran kearahnya yang dibalas senyuman darinya.
"gapapa kan kita bahas?" Lanjutnya seakan mengerti dengan sikapku.
Aku kembali menatap langit kamarku, kemudian aku menghela nafas panjang. Ku mantapkan hatiku untuk menjawab pertanyaannya.
"iya." jawabku pelan
"siapa?"
"kamu ga perlu tau Dit?"
"kenapa?"
"karena aku ga mau kamu tau orangnya."
"alasannya?" aku menatapnya tajam mengisyaratkan agar perbincangan ini tidak dilanjutkan. Didit mengerti akan hal itu, ia lalu diam tapi terus menatapku. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Hhmmm... Maafkan aku Dit.
"dia tau perasaanmu?" Didit kembali membuka topik tersebut. Aku hanya bisa menggeleng lemah.
"kenapa kamu ga nyatakan perasaan kamu ke dia?"
"tidak semudah itu Dit." aku melipat kedua tanganku di dada dan menyilang kedua kaki ku.
"memangnya kenapa?"
"susah Dit."
"apa susahnya bilang i love you!" aku hanya bisa terdiam.
"jangan sampai kejadian seperti Dian terulang lagi Land."
"Dian?"
Flash Back
Semenjak pertama masuk SMA aku sudah jatuh hati dengan seorang gadis berparas ayu dengan rambut lurus hitam sepinggang. Namanya Dian Dwi Aryanti anak kelas XA. Anak dari Jakarta yang mengambil SMA di kota ku. Keakraban kami semakin terjalin ketika kami sama-sama menjadi anak osis. Beberapa acara sekolah membuat kami semakin dekat. Bicaranya lembut dan mudah bergaul, itu yang membuatnya banyak disenangi anak-anak. Hampir setahun aku memendam rasa kepadanya, tapi tak ada sedikitpun keberanianku untuk menyatakan perasaanku kepadanya. Ketika moment berharga itu datang semuanya telah terlambat buatku. Marah, kecewa, sedih, hancur semuanya bercampur menjadi satu menyisahkan sebuah penyelesalan tak berujung.
"maafin aku Yan. Selama ini aku tidak punya keberanian, aku takut kamu bakal marah dan membenciku." ujarku menatapnya dengan airmata yang hampir jatuh.
"aku sayang ama kamu Yan. Itu yang seharusnya dari dulu aku bilang ke kamu."
"tapi sekarang sudah terlambat!"
"terlambat?" tanyaku menatapnya bingung.
"iya."
"apa maksud kamu?"
"besok aku akan kembali ke Jakarta."
"Jakarta?" ujarku melotot kaget. Dian mengangguk lemah sambil mengusap airmatanya.
"kapan kamu balik?"
"mungkin aku tidak akan pernah kembali lagi disini. Aku akan meneruskan sekolah di Jakarta." ujarnya sambil duduk disebuah kursi kayu yang tak jauh darinya. Aku tak bisa berkata apapun, pandanganku berubah menjadi gelap. Airmata yang sedari tadi ku tahan kini mengalir bak arus deras membahasi wajahku. Aku terduduk lemas di kursi depan Dian. Kupegang dadaku yang terasa sakit, sangat sesak yang kurasakan. Aku menangis histeris. Aku tak lagi peduli kalo aku menangis di hadapan seorang wanita. Wanita yang amat aku cintai namun tak bisa ku miliki.
"maafin aku Land." ucapnya memecah keheningan di antara kami.
"untuk apa?" tanyaku menatapnya.
"maaf kalo aku harus pergi."
"bukan salah kamu Yan, aku yang salah. Sebagai laki-laki aku tidak punya keberanian. Aku hanya seorang pecundang." Dian mendekatiku, meraih tanganku dan mengenggamnya.
"tapi di mataku kamu orang yang baik. Aku bersyukur bisa mencintai kamu. Aku senang akhirnya aku mengetahui perasaanmu kepadaku." ujarnya tersenyum. Aku menatap matanya yang bening. Aku dapat merasakan ada cinta disana buatku. Kubalas genggaman tangannya.
"aku juga senang Yan." balasku berusaha tersenyum.
"Land. Boleh aku minta sesuatu? Aku balas dengan anggukan.
"kalo suatu saat nanti kamu suka ama seseorang, kamu harus segera menyatakan perasaan kamu ke dia. Jangan buat orang itu menunggu seperti aku Land. Ujarnya panjang lebar.
Aku sangat bahagia bisa mencintai wanita sepertinya. Hatinya sangat tulus. Aku tahu ia merasakan sakit yang sama sepertiku, tapi ia berusaha tegar. Meskipun ia tersenyum tapi aku tahu, hatinya juga terluka. Walaupun ia senang tapi hatinya menyerit sakit. Kuraih tubuh mungilnya, ku peluk erat. Ingin ku luapkan semua perasaanku ini dalam pelukannya.
"makasih Yan." ucapku berusaha tersenyum tegar.
******
"ini tidak sama dengan Dian." jawabku. Ku rasakan tetesan airmata mengalir dari ujung mataku. Aahhh.... Ternyata rasa untuknya masih ada.
"apanya yang beda?" aku tak menjawab pertanyaannya. Tidak mungkin aku mengatakan apa alasannya. Hhmmm....
"Didit pernah suka sama seseorang?" tanyaku menatapnya.
"kok jadi aku?" ia mengerutkan dahinya.
"jawab aja!"
Didit menghela nafas panjang.
"iya." jawabnya mantap.
"siapa?" aku antusias ingin tahu.
"ada deh."
"kok main rahasiaan?"
"kamu juga main rahasia ama aku."
"oh iya.. " jawabku nyengir.
"sejak kapan kamu suka ama dia?"
"sejak kelas tiga smp."
"tiga smp Dit?" tanyaku tak percaya. Didit mengangguk.
"dia tau perasaan kamu?" Didit menggeleng lemah tampak sedih.
"kenapa?"
"aku juga takut Land."
"takut kenapa?"
"takut kalo dia tau perasaanku, dia bakal marah dan membenciku. Aku tidak mau dia pergi menjauhiku Land. Aku sangat takut kehilangan dia."
"tapi kamu tidak bisa memilikinya?"
"aku sadar itu, dan aku juga tidak bisa memilikinya. Tapiii... dengan berada di dekatnya, aku sudah bahagia. Walaupun hanya bisa memilikinya dari jauh, sudah cukup membuatku senang." ucapan Didit sungguh membuatku terharu. Aku tak percaya kalo Didit di depanku adalah Didit temanku yang selalu usil kepadaku.
"aku sangat menyayanginya Land. Aku tidak mau ia pergi meninggalkanku Land." sambung. Malam ini kasurku banjir airmata kami.
"tidur yuk Land, udah larut banget." ajaknya sambil membelakangiku.
Ku pandangi punggungnya yang besar dan tegak itu. Perlahan ku dekati ia, lalu ku peluk erat ia dari belakang.
"aku tidak akan meninggalkanmu Dit." bisikku di telinganya.
"makasih Land. Sahutnya.
@pokemon
@vendi74
@yuzz
@alabatan
@abiyasha
@Edmun_shreek
@Rivengold
@deyna
@zhedix
@Gusti_Dimaz
@adzhar
@JonatJco
@Jhoshan26
@erickhidayat
@Tsu_no_YanYan
@Ozy_permana
@alfa_centaury
@mr_kim
@kikyo
@shinsin
@agungrahmat
@curiousreader
@WYATB
@Adhi48
@santay
@sicnus
@sky_borriello
@CelloConcerto
@Putra_ajah
@hantuusil
@half_blood
@Aland_Herland mention q ya
thaks brader masukannya.
Hehehe ...
@kizuna89 :
thanks yac
Puding ayo beraksi!!! jangan kalah pamor ama Didit.... )
lanjuuut