It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Di.. Didit?" desisku.
Kupandangi wajahnya. Baru kali ini aku merasa takut melihatnya, wajahnya seperti seorang penjahat yang siap melahap korbannya. Aku merasa seperti seorang gadis yang keperawanannya sebentar lagi akan direnggut darinya.
"Ka.. Kamu.. Kamu mau ngapain Dit?" tanyaku gugup.
"Mau melakukan apa yang selama ini, ingin aku lakukan sama kamu."
aku takut dengan pernyataannya itu, ku telan ludahku.
"Ma.. Maksud kamu?"
Ia tersenyum mesum.
"Nikmati saja sayang."
"Jangan macem macem Dit, aku bisa teriak!" aku berusaha berontak tapi sia sia saja, tenaganya jauh lebih kuat dariku.
"Teriak saja. Tidak ada yang bakal dengerin kamu. Om lagi anterin tante ke pasar sore, kak Arman lagi main bola di lapangan. Dirumah ini cuma ada kita berdua." astaga, kenapa disaat saat seperti ini mereka malah pergi semua. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa melawannya.
Ku liat Didit memajukan wajahnya.
"Kurang ajar. Aku mau diperkosa oleh sohib aku sendiri." gumamku dalam hati. Marah. Kututup mataku, ku gigit bibir bawahku, aku panit, aku ketakutan, aku ingin melawan tapi aku tidak bisa. Aku hanya bisa pasrah menghadapi sohibku yang bejat ini. Siapa saja, help me.
Tiba-tiba aku merasakan genggaman tangannya terlepas dari pergelangan tanganku. Kemudian ia mendekapku, aku belum berani membuka mataku. Lalu aku merasa ada yang geli...
Oh.. Tidaaaaakk...
Aku meronta-ronta mendapat serangan darinya. Aku tidak mau, aku tidak kuat menahannya. Rasa geli itu menjalar ke seluruh tubuhku.
"Berhenti!"
"Ga."
"Aku tampar mau?"
"Tampar aja, ayo tampar." aku benar benar ga kuat menahan geli. Didit menggelitikku.
"Geli tau."
"Biarin. Lagian siapa yang mulai, ha?"
Ckreeekk....
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka.
"Lagi ngapain kalian? Kok peluk-pelukan?" tanya kak Arman dengan tatapan aneh kearah kami.
Oh my god... Kak Arman melihat Didit masih mendekapku. Didit segera melepaskan pelukannya dariku, lalu berdiri mematung kearah kak Arman. Wajahnya ketakutan.
"A.. A.. Anu kak.. Didit tadi gelitikin Aland." jawabku sambil bangun dan berdiri di samping Didit.
"Yang bener?" nampaknya kak Arman tak percaya. Ia bergantian menatap kami dengan tatapan penuh curiga.
"Iya kak benar. Tadi Didit lagi gelitikin Aland." balas Didit tenang. Sepertinya ia sudah bisa menguasai keadaan.
"Kaka ngapain disini? Ga main bola?" tanyaku mengalihkannya.
"Aku abis kencing." jawabnya.
"Yah udah aku mau balik ke lapangan dulu. Kamu ga main Dit?"
"Ga kak."
"yah udah, aku main dulu." ujarnya lalu meninggalkan kami berdua.
Huuuhh.. Untunglah ia tidak salah paham, kalo ga bisa gawat. Aku menatap sinis kearah Didit. Aku ingin memukulnya tapi urung aku lakukan. Aku meninggalkannya sendiri dengan perasaan campur aduk. Kesal, marah, benci, sedih menjadi satu. Aku butuh tempat untuk menenangkan diri.
*********
Sudah empat hari aku tidak menegur Didit, baik di rumah maupun di sekolah. Aku juga memisahkan diri dari anak anak yang lain. Masa bodo ama mereka yang heran melihat tingkahku. Ahh... Kayak mereka ga pernah aja.
Di dalam kelas pun aku menjauhinya. Aku memilih duduk di bangku kosong sebelah Andry si cowok kutu buku. Males duduk di samping Didit. Aku masih trauma dengan perbuatannya dikamarku. Walaupun ia sudah menjelaskan kalo ia hanya bercanda, tapi tetap aja aku ga mau nerima alasan dia. Kali ini bercandanya sudah kelewatan, aku harus memberinya hukuman. Kasian sih, tapi ini baik buat dia.
"Tumben duduk disini?" tanya Andry ketika sadar aku berada disampingnya.
"Kenapa? Ga boleh?" jawabku ketus dengan memberinya tatapan sinis.
"Bo.. Boleh kok."
ujung mataku melihat Didit yang tengah melirik kearahku. Mampus. Emang enak di cuekin. Hehe... Aku tersenyum menang.
"Lagi marahan ama Didit yah?"
"Bisa diam ga?"
"I.. Iya."
Terdengar pak Adnan menyuruh kami membuka halaman no 96 bab tentang redproduksi pada manusia.
Dengan males-malesan ku raih buku paket biologiku lalu mencari halaman yang dimaksud pak Adnan. Mataku terbelalak ketika melihat gambar yang terdapat disitu. Sketsa gambar tubuh seorang pria memperlihatkan organ organ dalam tubuhnya. Jantung, ginjal, hati, paru-paru, lambung, kantung kemih (bener ga) termasuuuk.. Kontolnya.
Waaahh... Panjang banget.
"Land, Didit liatin kamu terus tuh. Kasian di cuekin." ucapan Andry tak ku hiraukan. Mataku terfokus dengan pemandangan di depan mataku. Walaupun cuma gambar, tapi aku sangat tergoda melihatnya.
"Gila... Yang di gambar aja udah panjang, gimana kalo aslinya yah?" gumamku dalam hati.
"Kira-kira Puding punyanya gede juga ga yah?"
Astagaaaa.. .
Kenapa aku malah mikirin punyanya si Puding? Memangnya mau panjang atau ga, apa hubungannya ama aku?
Kenapa aku tertarik melihat kontol?
Aaahhhh.... Aku sudah gilaaaaaa.....
@the_rainbow
@pokemon
@coolmon
@vendi74
@yuzz
@alabatan
@Edmun_shreek
@Rivengold
@deyna
@zhedix
@Gusti_Dimaz
@adzhar
@JonatJco
@Jhoshan26
@et_crush
@cansetya_s
@alfa_centaury
@mr_kim
@Ozy_permana
@aa_akew
@kikyo
@shinshin
@agungrahmat
@curiousreader
@Uzrex07
@joenior68
@WYATB
@Adhi48
@yubdi
@therangers
@santay
@sicnus
@sky_borriello
@arcclay
@erickhidayat
@Tsu_no_YanYan
ditunggu komentarnya yach guys. :-)
penasaran kelanjutan dari kelitikan si puding ini
@Putra_ajah
makasih yach all. :-)
jga didit dicuekin
@Ozy_pemana : hehehe...
@CelloConcerto : siipzz. :-)
@Agungrahmat : ho'oh kasian. :-(
@erickhidayat : nama'y juga berteman, pasti ada saat2 mereka ga akur, musuhan, berantem.
Tapi teman sejati tidak akan membenci. :-)
@mr_kim : apa'y yang parah mas? :-)
ditunggu kritik dan saran'y yach guys. B-)