It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@YANS FILAN, besar badannya, kan rajin fitnes, makan nya juga cukup banyak porsi nya. Juga....... Eh... Eh ... Anu... Hihihi
@Gabriel_Valiant, belum, dikit lagi, ku lagi tulis the biggest suprise utk Cindy... Hayo.. Bisa tebak?
"HAHAHA Cindy... Lu sableng yah..." celetuk Johan.
"Oh ya... Buat Yadi ama Randy..." sambung Cindy,
"... We wish both of you a happy life together yah... Doa kami menyertai kalian yah"
"CHEEEEAAARS...." semua mengangkat gelas red wine yang khusus dibeli Johan dan Jimmy patungan dengan Cindy, tak lupa mereka membeli 1 buah keju jenis Edelthaler dan roti gaya Jerman yang mereka cari di toko roti yang sering ada di hotel internasional.
Setiadi menghampiri Cindy dan memeluknya,
"Cin, makasih yah pengorbanan lu, semoga Tuhan cakep jasa lu lebih lagi, lebih bahagia lagi." Setiadi memeluknya dengan erat tanpa lupa "cipika cipiki" nya.
Jam 11 malam, 1 jam menjelang hari Minggu, mereka sedang duduk santai di ruang tamu. Cindy duduk dengan elegan di kursi sofa tunggal, Johan dan Jimmy di kursi "two lover", Setiadi duduk di atas karpet kecil di lantai sebelah Randy, Rontje duduk di lantai sambil bersandar ke dinding. Musik bergaya " Lounge" terdengar cukup lembut, di atas meja tamu terhidang 6 gelas wine, 1 piring berisi potongan keju, 1 piring lainnya berisi potongan roti. Mereka kali itu menikmati malam yang panjang hingga subuh. Sekitar jam 3 lewat, Cindy menginap di rumah Setiadi, sementara Rontje menginap di rumah Jimmy.
Akhirnya Randy memilih satu tawaran dari rekanan yang paling lama kerja sama dengan kantor ayahnya, dengan lokasi di bilangan Sudirman. Mereka berempat pun merencanakan transport, dengan masing- masing dari Jimmy, Setiadi dan Randy bergiliran membawa mobil, dan membayar biaya bensin. Tempat jemput pun ditentukan bersama.
Perlahan- lahan luka batin Setiadi sembuh dengan bantuan Randy dan kawan- kawannya. Sedikit sifat posesif Randy masih berbekas karena 2 kali di tinggal Setiadi, begitu pula sifat Setiadi yang sesekali murung masih sesekali terlihat. Masih perlu beberapa waktu untuk Setiadi untuk siap bersatu lahir batin. Sejak mulai tinggal bersama, mereka belum pernah melakukannya. Terakhir mereka bersatu adalah peristiwa 7 tahun silam menjelang pernikahan Randy. Randy pun tetap bersabar, tidak memaksakan segala sesuatu.
Kurang lebih 7 bulan sejak itu, setiadi sudah kembali kepada sifat cerianya. Satu hari Minggu, Randy dan Setiadi pergi ke hotel untuk berenang, kegiatan yang sudah berjalan 2 bulan. Hari itu, jam 8 pagi mereka sudah tiba di Hotel Indonesia. Mereka berganti pakaian di ruang ganti. Setiadi melihat tubuh Randy yang masih terawat dengan baik, hari itu tak mampu menahan nafsunya. Mau tak mau gundukan di celananya pun membengkak. Randy pun tidak berbeda, melihat postur Setiadi yang langsing, jakun Randy naik turun. Perlahan- lahan tangan Randy pun mendarat dengan lembut pada buah dada Setiadi, bermain- main dengan putingnya. Setiadi pun tersihir meraba paha Randy yang sudah lama ia puja. Perlahan dengan sentuhan halus, Setiadi membelai paha Randy. Mereka saling menatap nanar. Masing- masing senjata telah terhunus, bahkan senjata Randy memberontak keluar dari selubung, mancuat ke luar. Randy sudah tidak mampu menahan nafsunya.
"Ran, kita gak mungkin turun berenang..."
"HHHEEEHHH..." Randy tak mampu menjawab. Nafsunya sudah menghentikan semua nalarnya.
"Ran, kita mandi pisah dulu, renang bentar aja, kita pulang cepet aja. Kan baru dateng... Masak pulang lagi." Setiadi dengan susah payah mengendalikan nafsunya.
Kira- kira 40 menit kemudian, nafsu mereka pun turun karena capai berenang. Jam 11 siang pun, mereka sudah pulang di rumah. Sambil menunggu Jimmy dan Johan latihan basket, mereka pun tidur siang. Mereka pun bangun sore hari jam 2 siang. Setelah mereka makan siang yang sebelumnya mereka beli waktu jalan pulang, mereka pun membasuh badan mereka.
Di dalam kamar mandi, dengan gerakan halus, Randy menyabuni tubuh Setiadi. Bermula dari leher, tangan Randy bermain- main pada dadanya, memainkan puting, membuat Setiadi melenguh sambil memejamkan matanya membayangkan tubuhnya diangkat tinggi. Tangan Randy pun turun ke pinggang. Setiadi meraih leher Randy, sambil menggelitik telinganya. Perlahan- lahan, jari jemarinya bermain di dada Randy, menikmati gempal dan besarnya otot tubuh Randy. Randy kemudian mendekatkan kepalanya kearah Setiadi, menempelkan bibirnya dengannya. Lama mereka saling bertukar nafas kehidupan mereka. Tangan Randy meraih punggung Setiadi, merapatkan tubuh Setiadi kepadanya sambil dengan halus tangan kiri Randy merasakan tengkuknya dan tangan kanannya turun ke bawah pinggangnya lalu mengencangkan pelukannya. Kulit mereka yang saling menempel, menghangatkan hati mereka. Setelah beberapa lama, mereka pun melepas ciumannya, saling menatap satu sama lainnya. Tatapan nanar pagi sebelumnya sudah tergantikan dengan tatapan kasih. Randy menunggu selama 7 tahun untuk bisa menatap Setiadi sebagai kepunyaannya. Begitu pula Setiadi, harus mengarungi berbagai macam derita dan deraan nasib malang untuk akhirnya bisa meraih Randy, merengkuhnya menjadi belahan jiwanya. Mereka berdiri bagai 2 pengembara yang sudah berkelana melanglang buana, hanya untuk mendapatkan kebenaran, bahwa mereka adalah dua sejoli yang harus memiliki satu sama lainnya. Kucuran air hangat seolah menyuburkan benih- benih cinta mereka kembali. Panas tubuh mereka menjaga benih- benih itu tetap hangat, tidak membeku.
Di atas ranjang, Randy menyerahkan tubuhnya untuk di miliki Setiadi. Berbaring di bawah, Randy membaringkan Setiadi di atas tubuhnya. Terpaan sinar mentari sore hari itu menembus jendela kamar, menerpa tubuh Setiadi, membuatnya seolah berpendar terang. Setiadi memincingkan matanya, silau diterpa sinar kehidupan masih terpaku menatap dalam- dalam mata Randy. Hati Randy meluap, menitikkan air mata, Setiadi menempelkan jemarinya, mengusap air mata Randy lembut sekali, sambil mengecup keningnya.
"You're so beautiful, Di... You're my own now..."
"Iyah Ran, gua sekarang kepunyaan lu..." suara Setiadi begitu halus bergema dalam palungan hatinya, dan akan selalu bergema...
Pelukan Randy makin kencang, seolah takut Setiadi lepas dari tangannya. Tangan Setiadi mengapit kepala Randy, sambil wajahnya terpampang dengan jarak 10cm. Mereka terpaku satu sama lainnya, tak pernah puas menikmati keindahan lelaki sempurna di hadapannya. Entah mengapa, mereka sudah tidak lagi merasakan nafsu. Berdua, seiring dengan waktu mereka menikmati eksistensi sosok terkasih di hadapan mereka. Setiadi pun akhirnya bisa bersatu dengan belahan jiwanya. Mereka terpaku tenang, menikmati waktu yang berjalan beriringan dengan kebersamaan mereka. Mereka akhirnya mengerti, adalah sang waktu jualah yang telah menyatukan cinta mereka kembali setelah bertahun- tahun terpisah.
"TING TONG..."
Setiadi dan Randy tersenyum, perlahan- lahan tawa mereka pun pecah...
Sambil tertawa terkekeh- kekeh mereka mengenakan pakaian, berjalan menuju ruang tamu, membuka pintu, menyambut Jimmy dan Johan sambil menahan tawa...
Jimmy melihat raut wajah Randy dan Setiadi yang menahan tawa...
"Lagi nanggung yah..." Jimmy membuka pembicaraan dengan mata yang melotot dan pandangan polos menggoda, menatap mereka berdua.
"Udah nih nangkep biji...eh..." Setiadi kaget salah ucap...
Tawa mereka meledak... Sekitar 30 detik mereka berdiri di ambang pintu, dengan otot perut mereka pegal menahan tawa...
Sepanjang sore itu, mereka tidak kemana- mana, Jimmy dan Johan membawa jajanan, mereka sore itu menikmati kopi sore hari yang sangat cerah.
Cindy baru saja bertemu beberapa klien, salah satu temannya yang sering membeli asesoris. Dengan pikiran sibuk mengingat- ingat semua pesanan. Ia mengeluarkan buku kecil dan menulis sesuatu. Cindy berjalan ke arah kanan, sambil menulis sesuatu di buku itu, dan memasukkannya kembali ke dalam tasnya.
"Satu Caramell Machiato hot" salah satu baristo menaruh satu gelas berbahan kertas dilapisi plastik untuk minuman panas.
"Eh Yadi, loh ngapain lu ada di puri siang- siang gini? Gak bilang- bilang pula..." Cindy kaget dan tersenyum manis menyapa.
Lelaki di hadapannya menatap Cindy kebingungan.
"Yadi, loh kok bengong aja sih? Duduk yuk temenin ik dong..."
"Maaf... Sa...saya bukan Yadi..."
"Ya Tuhan..." giliran Cindy yang kaget.
"A... Anda bukan Yadi..." wajah Cindy merah menahan malu.
"Aduh... Aduh... Maaf yah, saya kira anda teman saya Yadi... Setiadi, soalnya wajah cakepnya sama... AAAAAWWW"
Terdengar suara: BLUK ! Gelas Cindy jatuh ke lantai setelah sebelumnya tangan Cindy terkena tumpahan cairan kopi yang masih panas.
"Aduh panas..." Cindy meringis menahan sensasi panas membakar pada lengan kanannya.
Secepat kilat lelaki di hadapannya mengambil sapu tangan, buru- buru mengelap tangan Cindy sambil memegang tangannya.
"Sori sori, kopinya tumpah... Mas, satu Caramell Machiato hot lagi dong..."
"Eh... Jangan... Biar ku beli sendiri aja... Maaf aku bener- bener malu kejadian tadi." Cindy tak sadar menutup pangkal lehernya dengan tangan kirinya sambil tersenyum manis sekali mengekspose wajah cantiknya. Pria di hadapannya sejenak memandang dengan sejuta kekaguman akan kecantikkan Cindy, tapi buru- buru tertunduk malu.
"Gak apa- apa... Salah aku juga..." jawab pria itu,
"Eh bukan, ini salah ku nyapa orang salah pula... Aduh maaf yah, ku bener- bener malu ini..."
"Satu Caramell Machiato nya" baristo meletakkan satu cangkir panas di atas meja di mana para pelanggan mengambil pesanannya. Pria itu mengambil cangkir itu, menyerahkannya kepada Cindy.
Tak lama salah satu pelayan membawa tongkat kain pel dan membersihkan cairan kopi di lantai.
"Ini Caramell Machiato nya" sahutnya tersenyum ramah.
"Makasih yah, you're so kind." jawab Cindy dengan senyumnya yang sepertinya cukup membuat pria itu terkesima.
"By the way, saya Thomas, Thomas Haliem"
"Saya Cindy Tanudjaja"
Malu- malu mereka saling berjabat tangan.
"Cindy, kamu ... Eh... Sibuk hari ini?"
"Gak sih, aku tadi habis ketemu klien."
"Eh... Do you have little time for coffee talk?"
"Boleh... Sure... My pleasure..."
Mereka duduk di satu pojok,
"Cindy, tadi kamu sapa saya pake nama Yadi?"
"Oh, itu teman saya, namanya Setiadi. Wajah, posturnya sangat mirip kamu, makanya tadi aku kira kamu itu dia. Cakepnya sama" Cindy tersenyum menahan malu.
"Thanks pujiannya... Tadi kamu bilang ketemu klien, kamu kerja di asuransi?"
"Bukan, ku ada bisnis asesoris cewek, tadi ketemu temen juga klien, pesennya cukup banyak tadi. Aku juga gawe di kantor."
"Oh ya? Wah career woman nih?"
"Iyah..."
"Aku gawe di Bank, jadi kepala cabang di Puri."
Kira- kira 40 menit mereka mengobrol saling mengenal satu sama lainnya.
"Oh sudah jam 1, aku sudah harus balik kantor lagi." sahut Cindy.
Thomas melihat kan tangannya,
"Oh iyah, ku ada meeting 30 menit lagi. Cindy... Eh... Boleh ku... Minta nomor hp nya? Maaf yah kalo saya gak sopan..."
"Ah gak masalah, nih kartu nama ku." jawab Cindy sambil menyerahkan kartu namanya.
Thomas pun menyerahkan kartu namanya, Cindy melihat sekilas,
"Oh, tinggalnya di puri sini yah."
"Iyah, kamu di Permata Buana? Wah deket dong."
Mereka tersenyum. Tak lama kemudian mereka pun berpisah, melanjutkan kesibukkan mereka masing- masing.
panggil...
@Dekisugi, @arieat, @rivengold, @Gabriel_Valiant, @YANS FILAN,@the_angel_of_hell, @Lu_Chu, @hikaru, @aii, @badboykem, @Ricky89, @mr_Kim, @ananda1, @dheeotherside, @shuda2001, @paranoid, @kimo_chie, @AhmadJegeg, @A@ry, @Gigiharis_Krist, @hantuusil, @moccachino, @Monic, @karena, @farizpratama7...
@farizpratama7, yang Yadi ama Randy itu ??? xixixixixi
vincent mirip yadi
jgn jgn gw juga mirip yadi.... hahahahaha... ganbatte cindy