BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Persimpangan (TAMAT), book 2 di halaman 19

1646567697083

Comments

  • "Kan lu 2 taon lalu udah invest saham di perusahaan gua, itu nanti gua proses, jadi tiap bulannya lu bisa dapet penghasilan sementara ampe lu dapet gawe baru."
    "Oh iyah itu gua hampir lupa. Thanks yah Cin..."
    "Kita kan saling support kan..."


    "Cin, gua gak tahu harus bilang apa Cin, lu rela lepasin Randy buat gua?" Setiadi berbicara dengan Cindy di Spice Garden, Plaza Indonesia.
    "Yadi, satu hal yang perlu lu tahu tentang pernikahan kita. Dalam pernikahan kita ada pertemanan, tapi tak ada cinta. Gua tahu, kalian berdua sudah jelas paling mencintai." sahut Cindy sambil memandang Setiadi sambil tersenyum.
    "Cin, how should I repay you?"
    "Just be happy with your him. Itu aja udah cukup buat gua."
    "Trus, lu sendiri gimana?"
    "Gua masih tinggal di rumah Randy sambil cari rumah, pasca cerai kita biasa- biasa saja, berteman, fokus ke karir."
  • Update ko ga blang2 mas?? ┼┼ee┼┼ee.. ┼┼ee┼┼ee
  • Setiadi menggenggam tangan Cindy,

    "Cin, ini perbuatan yang paling mulia yang pernah seseorang lakukan buat gua." Setiadi menahan haru ketika mengucap kata- kata itu.
    "Common Di, gua cuma pengen lu dapetin kebahagiaan lu. You deserve this."
    "Cin, bener loh, lu itu cantik luar dan dalem, mirip Lady Di loh"
    "Ah, lu bisa aja, tapi... Kaki gua mirip juga yah..."
    "Iyah dong, makanya gua lebih seneng lu pake celana, kali lu kan jadi keliatan panjang."

    Cindy tersenyum. Ia senang Setiadi mampu bangkit lagi setelah kehilangan Hendra.

    Beberapa minggu berlaku sejak pembicaraan itu. Orang tua Randy telah melewati cerita yang mengejutkan. Satu siang, di rumah orang tuanya, Randy sedang berbicara dengan ayahnya di ruang kerja ayahnya.
  • "Randy, kamu yakin ama pilihan kamu ini?"
    "Iyah pah, ini udah kita bicarakan sebelumnya ama Cindy."
    "Soal cerai memang udah gak terlalu heran, memang banyak pernikahan yang gagal. Tapi pilihan kamu itu... Papah gak tahu harus bilang apa..."
    "Randy ngerti, papah ama mamah pasti kecewa ama pilihan hidup Randy. Ini sudah Randy pertimbangin lama. Pernikahan kita gak bisa di bilang bahagia selama ini."
    "Randy, kamu bener- bener yakin kamu adalah..."
    "Yakin, Randy udah rasakan lama."
    "Rencana kamu kedepannya apa?"
    "Randy siap untuk undur diri dari perusahaan papah, Randy akan berdikari sendiri."
    "Papah tetep sayang kamu, kamu akan selamanya jadi anak papah mamah. Cuma papah perlu waktu ampe papah bisa terima pilihan hidup kamu, sampe papah bisa ngerti semuanya. Randy, kamu siap konsekuensinya?"
    "Siap pah..."
    "Kamu gak akan nyesel kemudian hari?"
    "Gak pah, ini udah Randy pertimbangkan lama."
    "Papah akan doain kamu sukses kesananya."

    Ayah Randy berdiri, berjalan menghampirinya, memeluknya sambil berkata,
  • "Randy, papah minta kamu hidup baek- baek yah, sukses terus, dan ... Salam buat pasangan kamu yah."

    "Thanks pah... Thanks pengertiannya."
    "Randy, ini papah kasih bekal... Gunakan seperlunya yah. Proses pencairan sudah diatur masuk ke rekening atas nama kamu." ayah Randy sambil menyerahkan satu amplop kepada Randy.
    "Makasih pah, maaf yah, Randy sudah buat kecewa papah ama mamah."

    Ayah Randy berusaha tetap tersenyum.

    "Randy ngobrol dulu ama mamah yah."
    "Iyah, itu mamah udah siapin sesuatu buat kamu tuh."

    Setiadi keluar dari kamar ayahnya, berjalan menuju ruang makan dimana ibunya sudah menunggunya.
  • "Randy, papah dan mamah nggak ngusir kamu dari keluarga, cuma papah memang masih shok karena kamu memilih jadi gay. Randy, kamu tetep anak mamah, tapi kita berdua butuh waktu untuk bisa terima orientasinya. Ini buat kamu, untuk bekal berdikari yah. Sukses yah Randy..." ibu Randy memeluknya sambil menitikkan air mata.
    "Maafin Randy yah mah, udah buat papah dan mamah kecewa yah."

    Ibu Randy tidak menjawab apa- apa, hanya memeluk Randy.

    "Satu hari nanti kita bisa terima terima pilihan hidup kamu. Kamu kasih kita waktu yah."
    "Mah, Randy pulang dulu yah."
  • 'Ini yah yang Yadi rasain waktu itu...' guman Randy sewaktu mengemudikan mobilnya ke rumah Setiadi satu sore sekitar jam 4. Hari itu Randy hanya masuk kantor hingga jam makan siang, setelah kemarin malam sebelumnya menyiapkan mental bertemu orang tuanya setelah pengakuannya 7 hari sebelumnya. Randy masih memiliki rumah di Permata Buana yang dibeli dari tabungannya dengan bantuan orang tuanya, mobil audi A4 yang ia pakai. Ia masih belum melihat apa isi amplop yang ia taruh di dalam tasnya.

    Ia melaju ke arah Thamrin untuk sorenya menjemput Setiadi yang hari itu tidak membawa mobil. Ia terus melaju ke arah lampu merah jalan Pramuka, berbelok ke arah kanan jalan Diponegoro untuk ke kantor. Tak perlu menunggu lama, karena jam telah menunjukkan pukul 5 lewat ketika baru saja melewati bunderan Hotel Indonesia. Ia mengambil ponselnya menghubungi Setiadi.
  • "Di, gua baru nyampe bunderan, tunggu gua yah, gua tadi udah bicara ama ortu. Nanti kita bicara lagi."
    "Oke, santai aja, gua hampir siap tenggo. Oh yah, Rontje lagi mau mampir rumah Jimmy lagi bawa makanan. Mau gabung?"
    "Oh boleh, sekalian gua bisa bicara sesuatu."
    "Tentang yang satu ini?"
    "Iyah... Gua siap kok. Mereka akan jadi temen gua juga."
    "Oke, kalo lu siap, gua akan dukung lu."
    "Ya udah, sampe nanti yah."
    "Oke..."

    Selang 20 menit, Randy pun sampai di depan kantor. Ia keluar dari mobil, berjalan masuk ke aula utama, melihat Setiadi tersenyum kearahnya.

    "Gimana tadi Ran?"
    "Bokap nyokap yah... Mereka sih pasti kecewa, cuma mereka masih cukup tenggang rasa ama gua. Cuma well... Kita bicara di jalan aja yuk."
    "Yuk jalan, kita udah di tunggu di sana. Kesian mereka hampir siap."
  • finishingnya bagus om bro, all done well, cindy approved ortu randy nerima, sometimes aku mikirnya its to good to be truth.. tp itu dy kehidupan yah om bro, tuhan gak selalu nempatin kesulitan buat kita umatnya..

  • "Di, gua besok akan urus pengunduran diri gua dari kantor bokap."
    "Ortu lu marah?"
    "Marah sih, cuma caranya halus, gak langsung ngusir. Mereka bilang butuh waktu ampe mereka bisa terima."
    "Lu cukup beruntung, masih bisa rekonsiliasi satu hari nanti. Randy, thanks yah, lu mau korban sejauh ini buat gua."
    "Sudah waktunya Di, udah waktunya gua buktikan perkataan gua selama ini. Saatnya sekarang gua sama status, sama- sama gay. Gua udah bilang gay ke ortu gua, artinya itu akan jadi identitas gua mulai hari ini."

    Setiadi terharu, memegang tangan kiri Randy menggenggam erat sekali.

    "Gua gak tahu musti bilang apa, tapi thanks Randy for everything. I love you Ran."
    "Love you too..."
    "Gua masih punya rumah gua, masih ada tabungan pribadi gua. Cindy siapin dana dari investasi gua."
    "Cindy bener- bener malaikat. Beruntung banget gua punya temen kayak kalian semua."
    "Liat kan, Tuhan itu adil. Udah saatnya gua bahagiain lu. Gua udah siap buat lu."
    "Gua udah siap ajarin lu mencintai gua seutuhnya."

    Randy pun menitikkan air mata...
  • finishingnya bagus om bro, all done well, cindy approved ortu randy nerima, sometimes aku mikirnya its to good to be truth.. tp itu dy kehidupan yah om bro, tuhan gak selalu nempatin kesulitan buat kita umatnya..

  • edited September 2013
    @karena, mereka tokoh imajiner, tapi tempat nya berdasarkan tempat asli sesuai kisaran taon itu.
    @farizpratama7, sekarang ku panggil... Peace...
  • Semua teman... Tunggu kisah Cindy... Ini seru nantinya... Kalian gak sangka loh...
  • Macet masih saja menghadang perjalanan ke arah Cengkareng. Bersama mobil yang lain mereka pun harus bersabar melewati 3 lampu merah hingga ke Cengkareng. Sekitar 70 menit mereka pun akhirnya sampai ke rumah jimmy.

    "Akhirnya dateng juga pasangan kita, yuk masuk kita lagi tunggu Rontje, katanya sih lagi jalan, salonnya rame." sambut Jimmy menyalami Setiadi dan Randy.
    "Gua kira kita telat." jawab Randy.
    "Gak kok, kita udah laper, kita jadinya jalan chitatos dikit asal ganjel perut aja." Johan menjawab.

    Menunggu sekitar 30 menit, Rontje pun datang membawa 2 rantang masing- masing 3 tumpuk.

    "Akhirnya... Makanan dateng juga..."
    "Sori ibu- ibu, ik terlambat, macet nih di Latumenten." Rontje menaruh rantang di atas meja makan, di bantu oleh Jimmy dan Setiadi untuk di tata di atas meja. Johan dan Randy menata kursi, piring dan peralatan lainnya.
Sign In or Register to comment.