BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Persimpangan (TAMAT), book 2 di halaman 19

1404143454683

Comments

  • lanjut om bro, to d next chap. waiting 4 it om bro
  • tambah seru....lanjuttt.......... :bz
  • Mas @erickhidayat
    kalo boleh tau sampe chapter berapa neh cerita ..
    Makin seru jangan cepet cepet tamat ya ..
    Hehehe .

    @the_angel_of_hell, ada 9 chapter yang ku konsep. Chapter 1-3 adalah awal, 4-6 konflik, 7-9 perubahan hidup Yadi.
  • gak sabar nih,ayo lanjut bang,eh ada adegan adu jotos gak?,kan pemenangnya(aka romeo) nanti bakal mendapatkan "julio" :),oh ya bang,kalo boleh rekues scene romantis romeo propose julio ya nanti :)
  • Ricky89 wrote: »
    lanjut om bro, to d next chap. waiting 4 it om bro

    @Ricky89, pasti, kerangka cerita sudah ku buat ampe selesai, ku udah dari kemarin2 bayangkan endingnya... In my mind... Ampe meleleh sendiri...
  • noafinn wrote: »
    gak sabar nih,ayo lanjut bang,eh ada adegan adu jotos gak?,kan pemenangnya(aka romeo) nanti bakal mendapatkan "julio" :),oh ya bang,kalo boleh rekues scene romantis romeo propose julio ya nanti :)

    @noahfinn, adegan adu jotos sih gak, tapi di chapter 5 ada sesuatu yang agak rame, adegan romantis nya nanti yah ku buat konsernyka supaya mesatu ama keseluruhan...
  • duhh randy jangan cemburu sama hendra dong, bukannya kamu uda punya cindy istri kamu ???????
    biarkanlah yadi sama hendra menjalin hub yang serius tanpa da gangguan.:)
  • kimo_chie wrote: »
    duhh randy jangan cemburu sama hendra dong, bukannya kamu uda punya cindy istri kamu ???????
    biarkanlah yadi sama hendra menjalin hub yang serius tanpa da gangguan.:)

    @kimo_chie, bahan 2 ada konflik yang aku buat sengaja untuk menjabarkan apa yang randy rasakan. Di bagian 3 itu aku telah mempersiapkan sesuatu.
  • Romeo dan Julio... Nama pasangan yang indah...
    Juga Adam dan Atham...
    Atau Apollo dan Hyacinth...
  • ya bang,seperti di film private romeo ,kan pemeran julietnya cowok,mana cakep2 lagi romeo & julionya,jadi demen nonton filmnya & happy ending lagi
  • God job yadi.

    Eh yadi chinesse ye?
  • arieat wrote: »
    God job yadi.

    Eh yadi chinesse ye?

    @noahfinn, iyah, Jimmy, Yadi, Randy, Cindy itu chinese, Hendra itu indosiar

  • edited September 2013
    maaf, bagi sebagian dari teman akan berfikir bagain ini tak masuk akal, tapi ini adalah bagian integral dari konsep awal yang sudah ku buat, hanya twist nya ku ubah dikit. bagian ini ku pertahankan karena penting sekali untuk resolusi cerita ini. maaf kalo bagain ini terdengar omong kosong... sekali lagi maaf

    Chapter 5

    Tidak terasa, bulan Desember telah tiba, Jimmy berniat mengajak Setiadi liburan, menjenguk pamannya di Semarang.


    "Di, gua mau jenguk paman gua di Semarang, dulu gua pernah sekolah di Semarang tinggal ama mereka"
    "Oh, yang waktu itu lu pernah ceritain?"
    "Iyah, kokoh papah nomer 2 itu,."
    "Kapan berangkatnya?"
    "Sekitar tanggal 20an,"
    "Ini Johan ada sms gua, bilang mau ke Jakarta."
    "Oh, gini aja, kita ke Semarang ampe tanggal 25, suruh Johan datang tgl 26 nya, biar nginep ampe taon baru aja."
    "Oke, gua kasih kabar yah, akhirnya bisa kenalin Johan ke lu." Setiadi tersenyum.


    Setiadi pun mengatur jatah cuti nya, supaya pas bisa libur hingga melewati tahun baru, sementara Johan telah memastikan kedatangannya tanggal 26. Sampai pada hari keberangkatan, Jimmy dan Setiadi pun sudah naik kereta Argo Bimo Anggrek Malam. Di dalam kereta mereka telah mempersiapkan hiburan, berupa vcd player, beberapa keping vcd termasuk beberapa keping cd dan vcd baterai yang cukup.


    Nyatanya, persiapan seksi hiburan mereka hanya efektif untuk 2 jam pertama, karena setelahnya, mereka pun mengantuk, melewati jam 12 malam, mereka berdua pun telah lelap, melanglang ke dunia mimpi.


    Mereka pun tiba dini hari sekitar jam 3:30 dini hari, dijemput oleh paman nya. Mereka turun di stasiun Semarang Tawang yang masih sepi. Mereka berjalan ke luar stasiun, disambut oleh pamannya.


    "Pagi Oom, lama gak ketemu yah"
    "Halo Jimmy, yah, udah kerja nih, laen bawaannya. Wah ini temen mu toh..."
    "Pagi Oom, apa kabar, saya Setiadi, temennya Jimmy?" Setiadi menyapa.
    "Oh, Setiadi namanya, kok mirip Vincent anak Oom yang lagi kuliah di Aussie" jawab bapak Edwin.
    "Kebetulan mungkin Oom." jawab Setiadi.
    "Yuk berangkat."


    Tidak terlalu lama dalam perjalanan, mereka jalan, mereka pun sampai di rumah bapak Edwin yang terletak di daerah cukup elit. Rumah bapak Edwin mempunyai pekarangan yang tidak terlalu luas, namun asri. Mereka di rambut ibu Lidya, tante Jimmy,


    "Eh, walah... Nak Jimmy udah datang toh... Eh ini temen mu toh... Kok mirip Vincent..." sapa bu Lidya.
    "Pagi Tante, Saya Setiadi, temen Jimmy."
    "Wah... Beneran mirip Vincent, ini nanti Robin pasti seneng, ada gantinya kokoh buat liburan."
    "Masa sih tante?" tanya Jimmy keheranan.
    "Tuh liat sendiri foto keluarga kita Desember tahun lalu, tahun ini dia gak bisa pulang. dia bilang katanya lagi kerja di sana katanya."


    Jimmy dan Setiadi menatap ke arah foto yang terletak di meja yang menempel pada dinding ruang tamu, memperhatikan dengan seksama. Tak lama Jimmy pun tersenyum, nyaris ketawa,


    "Di, beneran loh, mirip banget, cuma badan dia lebih gede aja, lu kan langsing."
    "He-eh... Kok bisa yah..."
    "Ini tante udah siapin sarapan pagi, apa kalian mau makan ato mau ngaso dulu?" ibu Lidya memecah kesunyian.
    "Kita tidur dulu aja, masih ngantuk."
    "Ya udah, kalian tidur di kamar Vincent aja, udah di siapin koq tadi malem. Yuk tante antar."


    Mereka berjalan ke arah kamar tidur. Jimmy dan Setiadi pun menaruh barang bawaannya. Mereka pun siap- siap tidur setelah mereka mandi.


    "Jim, gua tidur di bawah aja yah"
    "Gak ah, lu aja, gantiin si Vincent aja." Jimmy tersenyum nakal.
    "Ah lu... Gua aja di bawah... Lu kan keluarganya. Ah rese lu, Jim"
    "Udah, gua ngantuk berat, tidur dulu."
    "Dasar lu..." Setiadi pun membaringkan tubuhnya yang masih capai, dan tak lama pun mereka terlelap di dalam ruangan yang sudah dingin oleh pendingin udara.


    Keesokan harinya, Jimmy dan Setiadi baru bangun mendekati jam 11 siang, karena sebelumnya di kereta, mereka tidak tidur telalu lelap karena posisi duduk mereka. Jimmy yang lebih dahulu bangun, mengucek matanya, hari telah siang, melihat ke sekelilingnya, melihat Setiadi yang masih tertidur dengan posisi terlentang, mengenakan t-shirt belel dan boxer short yang pendek. Jimmy melihat gunung menjulang tinggi diantara paha Setiadi. Tersenyum, ia pun membangunkan Setiadi,


    “Di... bangun Di...” sambil Jimmy mengguncang- guncangkan tubuh Setiadi.
    “Wooooiiii... bangun di, udah siang...” Jimmy menepuk pipi Setiadi.
    Setiadi pun membuka matanya, sambil memincingkan matanya karena sudah silau Setiadi melihat Jimmy dan menguap’
    “Dasar lu kebo... tuh senjata lu udah bangun duluan... gua kocok yah...” sambil Jimmy memelorotkan celana Setiadi.
    Setiadi pun buru- buru menahan tangan Jimmy sambil tersenyum malu,
    “Gila lu Jim, ini di rumah orang tau... Udah ah... nanti gua ngaceng beneran gua yang pusing lu ah...” Setiadi panic sambil berusaha menahan tangan Jimmy.
    “Awas loh, kalo tidur lagi gua isep luh...” Jimmy tersenyum nakal.
    “Yuk, bangun, gak enak ama Oom Tante loh, kita udah kesiangan pula”
    “Iyah, iyah... bentar dong, kemaren kan gak enak tidur...”


    Lima menit mereka menyegarkan diri mereka, sembari Setiadi menunggu Jimmy mandi dan sebaliknya. Pendingin ruangan masih menyala, memberika kesejukkan untuk sementara. Tak lama mereka pun sudah mengenakan pakaian rumah yang lebih rapih, membukakan pintu kamar. Mereka berjalan kea rah ruang makan, disambut oleh tante Jimmy,


    “Udah bangun Jimmy, koko... eh... Setiadi... sori... mirip banget ama koko abisnya...” sambil tertawa malu karena salah menyebut nama.
    “Pagi tante... “ Jimmy dan Setiadi bicara pada saat bersamaan.
    “Robin belum bangun tuh, semalem betulin computer, katanya kena virus, filenya ilang...”
    “Wah, tante, ini Setiadi kan kepala IT dulu, jago computer. Nanti Yadi bantu deh”
    “Iyah tante, nanti Setiadi bantu deh sebisanya”
    “Wah, boleh tuh, dari pada di bawa ke toko, kemaren dia udah hampir nangis tugas- tugasnya pada ilang katanya. Tunggu aja, bentar lagi juga bangun, dia udah gak sabar mo ketemu kamu”
    “Iyah tante” jawab Jimmy
    “Nih sarapan seadanya dulu yah, ada roti ama sele, nanti siang kita makan ke luar aja, Oom lagi mau ngajak jalan- jalan.”


    Tak lama kemudian, Robin pun muncul. Sambil menguap dia melihat mereka dan ...
    “KOKOOOOOO... AAAAHHHH KAPAN DATEEENNNG...!?!?”
    Robin langsung memeluk Setiadi, membuat semua kaget, terutama Setiadi yang tiba- tiba segar, kaget di peluk seseorang yang baru saja ia lihat.


    “Robin, eehhh... itu bukan koko, itu temen Jimmy, husss koq langsung dipeluk toh... malu dong ama tamu...” ibu Lidya tertawa melihat tingkah anaknya.
    “Eh... oh... eeeehhh... ini...” wajah Robin merah menahan malu sambil tertunduk, lalu menengadah sambil tertegun menatap wajah Setiadi.
    “Halo, aku Setiadi, temennya Jimmy, dari Jakarta”
    “Eeehh.... jadi malu aku... sori yah... mirip banget ama koko...”
    “Iyah, semalam mamah juga kaget, ta kira si koko dateng... koko kan lebih gede badannya, Setiadi kan langsing”
    “...Sori yah, aku Robin, sepupunya Jimmy” Robin sambil menyodorkan tangannya mengajak bersalaman.
    “Aku Setiadi, temen kuliahnya Jimmy” Setiadi sambil tersenyum bersalaman.
    “Oh Rob... katanya computer lu rusak yah” tanya Jimmy
    “Iyah ko Jim, kena virus... windownya juga rusak... mana banyak tugas yang ilang...” Robin menunduk sedih.
    “Nih, Setiadi kan dulu bekas kepala IT di kantornya, nanti sekalian betulin computer lu aja”
    “Oh yah... wah asik... kokoh Setiadi tolong bantu computer Robin yah, liburan ini banyak tugas... kemarin udah di tulis tapi ilang...”
    “Nanti aja komputernya, sarapan dulu yuk, udah lapar kan”


    Suasanan sarapan pagi itu menjadi cair berkat insiden itu. Tak lama, sesudah mereka menghabiskan sarapan mereka, Setiadi pun mulai membantu computer. Selang beberapa waktu, Setiadi mencurigai satu virus yang merusak directory memory dan menjalar ke system.
    “Robin, ini virus ganas banget, sepertinya ada 3 virus yang masuk. Ini masuknya dari jaringan dan disket, kamu sepertinya sering tukeran disket, jadi kena deh.”
    “Koh, itu ada 4 tugas yang udah Robin siapin, itu kan susah banget buatnya, kalo hilang bisa nangis beneran aku, tolong dong koh... kemaren udah nangis sendiri takut “
    “Coba aku akalin yah”
    “Di, seperti kasusnya Hendra bukan?”
    “MIrip Jim, tapi itu kan karena hard disc nya yang kena bad sector, juga windownya yang abal- abal jadi crash. Kalo ini murni kena virus, tapi menjalar... kayak kanker gitu loh... duh ini virusnya udah kemana- mana, ini harus reformat ulang...”
    “Jangan dong... itu 4 file nya itu loh... susah dan lama buatnya... huhuhuhuhu...” sahut Robin manja.
    “Hmmm.... kalo gini harus lewat dos deh... Robin, kamu masih inget nama filenya? Ato directorinya dimana?”
    “...Inget- inget lupa koh...”
    “Soalnya kokoh mau coba ambil manual lewat dos system karena windownya ini sudah hancur. Jadi musti satu persatu di cari, kalo gak tahu namanya ini bisa 3 hari loh carinya...”


    Akhirnya sepanjang sore hingga jam 4 lewat Setiadi baru berhasil melacak file yang dimaksud.
    “Nih dia, ini kah filenya?” kata Setiadi
    “Eh... gak tahu...”
    “Tapi directory nya ini kan”
    “Iyah...”
    “Minta disket dong, mau kokoh salin dulu sebelum di install ulang deh”


    Robin buru- buru mencari disket lalu menyerahkannya kepada Setiadi. 2 jam setelah itu Setiadi, Jimmy dan Robin menunggu proses install ulang window dari awal, hingga mereka pun tak jadi jalan- jalan, hanya makan masakan rumah, hingga satu keluarga menghabiskan siang itu di rumah. Mendekati jam 6 sore mereka pun selesai.


    “Robin, coba cek lagi deh, file nya bener gak... semoga betul”
    Robin dengan gugup melihat isi disket nya dan wajahnya menjadi cerah kembali,
    “Yeeeeyyyy betul koh, iyah ini file nya, kokoh beneran hebat... ini sama aja seperti di servis...”
    “Hehehe, ada tariff nya loh...” Setiadi menjawab dengan bercanda.


    Tiba- tiba sebuah kecupan mendarat di pipi kanan Setiadi, membuat Jimmy kaget dan Setiadi meloncat.
    “Cupppp, nih buat kokoh...”
    “Robin... nakal amat sih...”
    “Biar, say it with the kiss gitu loh” jawab Robin manja.
    Setiadi dan Jimmy saling melihat terheran- heran.
    Mereka pun akhirnya baru bisa keluar pada malam harinya, sekalian makan malam di tempat makanan khas Semarang, lalu dilanjutkan ke Mall Ciputra yang terletak di daerah Simpang Lima.


    Malam harinya mereka sudah berkumpul di ruang keluarga,
    “Oom, Tante, Jimmy mau ke kelenteng Sam Poo Kong dong, udah lama gak sembahyang disana.”
    “Besok juga bisa, mestinya gak gitu rame, kan bukan hari penting. Setiadi ikut aja, bagus loh kelentengnya, Setiadi Buddha?”
    “Bukan tante, saya Kristen, tapi saya senang ikut ke Kelenteng, juga penasaran seperti apa kelentengnya.”
    Ibu Lydia senang mendengar jawaban Setiadi yang terkesan cukup menghormati keyakinan mereka.


    Keesokan harinya, mereka berangkat cukup pagi, sekitar pukul 8. Sesampainya di sana, keadaan kelenteng memang tidaklah terlalu sepi, namun juga tidak ramai. Cukup untuk mereka bersembahyang lebih khusyuk. Jimmy dan keluarga bapak Edwin sudah sibuk dengan dupanya, sementara Setiadi mengitari area kelenteng, menikmati pemandangan indah, takjub melihat akar pohon yang melilit mirip tambang. Di salah satu pelataran, Setiadi duduk di satu bangku yang kosong, dengan hati yang teduh. Entah mengapa, setiap dia menginjakkan kaki di kelenteng, selalu perasaan teduh dan cozy yang ia rasakan. Ia menutup matanya, menikmati damai hatinya, sesuatu yang jarang ia rasakan sejak peristiwa SMA di Bandung.


    “Permisi nak, aku boleh duduk di sini bentar saja” satu Bikhu menyapanya dengan nada ramah.
    “Oh, silaken Bikhu...” jawab Setiadi dengan ramah dan mempersilakan duduk.
    Mereka pun duduk berdua. Tak lama Bikhu pun menyahut,
    “Maaf yah nak, anda sepertinya punya keluarga di Bandung?”
    “...Eh iyah... “ Setiadi heran, ada yang mengetahui rahasia kehidupannya.
    “Nak, sepertinya nak pernah kehilangan 2 orang yang nak cintai...”


    Setiadi tambah terkejut lagi,
    “...Iyah sih... itu cerita lama...”
    “Aku tahu situ senengnya sama yang sama kayak kamu”
    Setiadi tak mampu menjawab, matanya menatap tak percaya kepada Bikhu yang seperti menjabarkan kehidupannya.
    “Nak, yang tabah yah, langit sudah tahu semua derita ama air mata kamu. Kamu sepertinya punya temen Chinese, orang kaya, baek banget orangnya...”


    Setiadi mau tak mau memikirkan Randy, deskripsinya tepat menggambarkan sosok Randy.
    “Kenapa sama dia nak?”
    “Dia... dia nikah ama temen ku cewek”
    Bikhu itu menatap tajam kearah Setiadi dengan penuh arti,
    “Nak, dia itu diutus ama seseorang yang udah duluan pulang, karena gak tega kamu terus- terusan menderita. Kok dia sampe nikah ama orang laen toh?”


    BLARRRR... dari mana dia tahu semua ini? Tanya Setiadi dalam hatinya. Tanpa sadar ia meneteskan air matanya.
    “Dia orang straight...eh maksudnya dia gak pernah sayang ama sesama jenis sebelumnya”
    “Dia itu orangnya teguh, kalo sudah sayang, dia setia ampe kapanpun. Dia itu gak bahagia liat kamu hidup terlunta- lunta... kok kamu gak bisa lihat kebaikan dia toh...”


    Setiadi pun menundukkan kepalanya. Ia tak tahan lagi, air matanya jatuh... menetes.
    “Apa yang sudah di atur di atas, gak bisa seenak sendiri kamu ubah. Ya kalian sekarang sama- sama tak bahagia. Jalan kalian itu masih panjang.”


    Setiadi pun tak dapat menahannya lagi, ia pun terisak- isak.
    “Tabah yah, langit itu gak pernah tutup mata ama penderitaan kamu, kamu orangnya baek, gak pernah jahatin orang, makanya kamu dikasih hadiah ama langit. Ya sudah yah, aku mau sembahyang dulu... buat kalian...”


    Setiadi memperhatikan Bikhu itu berjalan tenang sekali, hingga menghilang di tengah kerumunan. Setiadi pun merenung sendiri, masih terlalu kaget untuk berfikir sesuat. Pengalaman ini terlalu aneh untuknya.
  • Hah jodohnya sama si rendy ?
    Lah ..
    #pingsan
Sign In or Register to comment.