It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ucapku mengagetkan nya.
“Ahh, mana mungkin, ngeyel lo.!!!”
itu ngeyel atau ngayal ya?
menurutku udah beda arti ^^)v
Lanjuuuut euy !
Minggu depan.??????????????????? ) ) )
tapi ceritanya ya belum berakhir juga sih.. hhohohooo...
ehh iya, makasih masukannya kk @darkrealm
secara teknis mungkin saya melanggar kode etik seorang seniman, tapi apa boleh buat..
sebenarnya kalo di baca lebih teliti lagi, cerita pertama itu bermula pada saat si vino tidur.. cerita BSA sebenarnya cuma bercerita tentang sebuah mimpi si Vino aja..
maaf sudah melanggar kode etik dalam berkarya, cz memberikan pandangan pencipta kepada penikmat [-O< [-O<
jangan di ambil mainset saya kk.. ntar aku jadi melanggar aturan dalam berkarya [-O< [-O<
ehh iya, tapi pointnya ada di sini ..
"Hari yang panjang, hingga akhir malam menghadang. Ya, aktifitas yang ku jalani kadang tak berguna dan membuatku sering lupa akan belajar. Sampai pada akhirnya aku menuju ruang mimpi, sayup dan merdu aku melaju."
maaf klo membuat kk kurang puas ^:)^ ^:)^ ^:)^
Part II (penyangkalan & penjelajah baru)
Kini ku tinggalkan gapura megah yang ku lalui tadi pagi. Ku lirik arloji yang ku kenakan di tangan kiri. Waktu menunjukan pukul Sembilan tepat. Ya, aku baru saja dua jam berada di sekolah baru ku itu. Bahkan dua jam itu pun terpotong saat aku pingsan.
“Kita langsung ke dokter aja ya Dit.” Ujar mama.
“Udah, gak usah ma, Radhit Cuma kecapaian aja kok.” Sanggah ku.
“Yakin kamu gak perlu kedokter.??”
“Yakin banget.” Ucap ku mantap.
“Yaudah kalau gitu, mama antar kamu pulang dulu. Habis itu mama lansung ke kantor lagi.”
“hmm.”
“Nanti kalau kamu lapar, makanan yang di kulkas di panasin aja. Mama pulang agak larut malam nanti, jangan lupa………….”
“Pintunya dikunci.??? Radhit dah ngerti ma.” Lagi, ku potong pembicaraan mama yang sudah ku hafal diluar kapala ku.
“Iya, benar sekali. Makin pinter aja anak mama.”
Ku acuhkan godaan mama. Sebenarnya aku rada risih diperlakukan seperti anak kecil. Apa mama masih belum lihat bahwa anaknya ini sudah mulai beranjak dewasa. Kadang perlakuan mama sering membuatku kesal dan jengkel. Tapi, walau begitu aku tetap menyayangi nya. Karna hanya mama lah yang ku miliki sekarang. Papa dan kak Nino sudah menemukan jalan Adam lebih awal. Ya, jalan menuju taman surga.
Mobil yang mama kendarai kini telah Berhenti. Berhenti di sebuah rumah yang cukup besar jika hanya ditempati oleh dua orang penghuni saja. Segera aku membuka pintu mobil dan mulai beranjak keluar. Berdiri di depan pagar seraya melambaikan tangan hingga mobil mama hilang dalam kejauhan.
Dan kini sepi kembali menemani ku. Berpikir tak ada lagi yang ku lakukan disini, langsung saja aku bergegas masuk kedalam rumah. Terlihat lemari penghargaan kak Nino dan foto keluarga ukuran besar yang terpajang di ruang tamu seakan memberikan ucapan selamat datang. Dan jujur saja, tak ada lagi yang menarik disini. Lagi, aku beranjak meninggalkan posisi ku dan langsung saja menuju kamar yang berada di lantai dua setelah mengunci rapat pintu depan.
Gerah dengan seragam yang mulai membuatku sesak semenjak dari tadi dan tanpa pikir panjang langsung ku lepaskan kemeja yang ku kenakan. Tetapi gerah masih belum mau pergi meninggalkan ku. Merasa belum puas, kembali ku lepaskan kaos dalam ku. Sedikit lebih baik dengan keadaan bertelanjang dada sekarang. Tapi gerah masih belum sepenuhnya mau meninggalkan ku. Mataku menatap kebawah, melihat sesuatu yang berwarna biru.
“Sial, haruskah ku lakukan ini untuk menghilangkan gerah.??” Batin ku.
Ku pungut benda berwarna biru tersebut dan ku masukkan kedalam kontak listrik. Kini aliran energy tersalur melalui kabel menuju baling-baling yang berada langit-langit kamarku. Sekejap benda besar itu kini berputar kencang searah jarum jam. Angin sejuk kini mulai memenuhi kamarku. Suatu jaminan agar gerah meninggalkan ku dan tak kan kembali lagi.
Ku hempaskan tubuh ini keatas kasur. Begitu rileks dan nyaman terasa. Tentara sunyi masih bersama ku disini, seakan ingin menjemput ku menuju ruang mimpi. Belum sempat mimpi menggapaiku, tiba-tiba seseorang memecahkan ketenangan. Membuatku kembali beranjak dari kasur ku.
“Gimana keadaan lo.?? Udah baikan.??”
“Ngapain lo disini.?? Bukannya gue udah kunci pintu.?? Lo masuk dari mana.??”
“Yakin pintu depan udah lo kunci.?? Apa keberadaan gue di depan kamar lo kurang meyakinkan.??”
Aneh, karna rasanya aku yakin sekali sudah mengunci pintu depan. Atau jangan-jangan nih anak berlatih jurus ninja kali ya. Ahh,, masa bodoh, mau dia ninja atau bukan, aku tak ada urusan dengan hal itu. Yang jadi pertanyaan, kenapa dia datang kemari.?? Apa hanya sekedar menjenguk.?? Atah lebih dari sekedar itu.??
“Ada urusan apa lo datang kesini.??” Tanyaku heran.
“Hanya sekedar menjenguk seorang teman lama yang sakit aja, dan……………..”
“Dan apa.??”
“Dan gue ingin bertanya sesuatu.”
“Sesuatu.?? Tentang apa.??” Kini aku benar-benar heran dengan anak ini.
“Tentang sikap lo siang tadi. Saat di koridor.”
“Saat gue memalingkan wajah dari lo.??”
“iya, tentang hal itu. Apa ada yang salah dengan gue. Atau lo masih marah karna gara-gara gue lo dihukum sama tuh senior.??”
Pembicaraan yang sejak awal sudah terasa dingin dan kaku kini mulai membeku. Berat rasanya jika ku ceritakan bahwa sikapku berubah padanya hanya karna sebuah angan. Tapi, apa harus ku ceritakan hal konyol ini.
“Maaf soal itu, gue mimpi tentang lo saat pingsan siang tadi, bukan tentang sesuatu yang menyenangkan.” Jelas ku.
“Hanya karna itu.??”
“Tapi mimpi gue terasa begitu nyata.” Ku coba meyakinkan.
“Tentang apa.??”
“Tentang sesuatu yang menyatakan bahwa lo gak sempurna.”
“Kalau itu benar adanya, apa lo bakalan menyangkal gue.!!”
“Gue juga gak tau tentang itu.” Jawabku lesu.
“Apa lo Cuma mencari sebuah kesempurnaan.!! Buka mata lo.!! Kesempurnaan Cuma ada dalam fantasi lo.!!” Ucapnya dengan nada suara yang lebih tinggi.
Pembicaraan tadinya membeku, kini mulai mencair, bahkan bisa dikatakan bahwa sekarang pembicaraan ini mulai terbakar hebat. Semua ini hanya karna pendapatku yang secara sepihak terhadapnya. Ini memang kesalahan ku. Maka secepatnya ingin ku akhiri semua ini dengan bertanya tentang sebuah kejelasan darinya.
“Jadi apa itu benar.?? Apa benar tentang semua ketidak sempurnaan ini.??”
“Gue gak tau arah dari pembicaraan lo, tapi jujur gue gak sempurna.” Ungkapnya. “Jadi, hubungan pertemanan ini.?? Apa akan tetap berlanjut.??”
“Sebelum gue jawab pertanyaan lo. Kalau boleh tau, tentang apa ketidak sempurnaan lo.?”
“Tentang sesuatu yang tak patut untuk di ceritakan.”
Dia pun menghela nafas panjang. Kemudian melanjutkan pembicaraan.
“Jadi, apa pertemanan ini masih tetap berlanjut.??”
“Gue takut kalau hal itu sama seperti pemikiran gue. Sebenarnya gue masih bingung mau menjawab apa.”
“Itu hak lo untuk berteman dengan sapa aja.” Ucapnya lirih. “Dan gue rasa, udah gak ada lagi urusan gue disini. Selamat tinggal.”
Dia pun berjalan meninggalkan ku dan hilang dibalik pintu. Apa perbuatanku salah.?? Tapi jujur saja aku takut jika dia memang seperti yang ku bayangkan. Maaf karna dalah hal ini aku sudah membuat sebuah penyangkalan terhadap mu. Dan maaf karna aku masih belum bisa menerima semua ini.
***
Tiga hari telah berlalu dengan cepat. Ahh sial, hanya karna rasa takut mama yang berlebihan sehingga aku tidak di ijinkan mengikuti MOS hingga hari akhir. Pagi ini aktifitas belajar mengajar akan mulai berlangsung. Aku mulai bangkit dari ranjang dan mulai mempersiapkan diri. Suara mama tak terdengar semenjak dari tadi, rasanya mama sudah berangkat lebih awal. Apa boleh buat, aku harus menyiapkan segala sesuatunya sendiri.
Kembali terlintas di benakku tentang kejadian kemarin. Kejadian tentang sebuah penyangkalan. Apa sekarang aku harus menjauhinya. Ataukah bertindak seperti biasa dan menganggap tak terjadi apa-apa. Aaaarrrghh, semua ini mulai membuatku bingung. Rasanya aku hanya perlu sedikit mengambil jarak dengannya. Ya, aku hanya perlu menjaga jarak.
Ku mulai aktifitas pagi dengan mandi, selesai itu ku kenakan seragam dan menuju meja makan untuk sarapan. Meja makan masih terisi penuh di pagi ini, tapi apa mau dikata jika perut ini menolak untuk diisi. Apa boleh buat, terpaksa hanya ku isi dengan segelas susu. Ku tinggalkan rumah menuju halte di seberang jalan. Menunggu hingga ada angkutan yang mau membawaku menuju sekolah.
Di dalam bus mataku sibuk mencari. Mencari seseorang yang memiliki satu tujuan dengan ku. Ya, dia seseorang yang masih masuk dalam daftar penyangkalanku. Lelah mata ini mencari tanpa menemukan hasil. Ku hentikan pencarian singkat itu. Sebuah kursi masih terlihat kosong, tepat disamping jendela dan duduki kursi tersebut. Saat bus sudah berjalan, mataku asik menikmati pemandangan yang ada di sepanjang perjalanan. Sejenak pandanganku terhenti pada sesuatu. Seakan tidak percaya, ku pertajam tatapan ku. Aku kenal dengannya. Cowok yang mengendarai motor tersebut. Dia senior ku yang menjadi ketua panitia MOS kemarin. Pandangan sepintas itu terhenti saat motornya jauh melambung melalui bus yang ku tumpangi. Tapi, apa peduli ku, toh ini bukan waktu MOS lagi dan dia juga bukan ketua panitia sekarang.
***
Bus yang ku tumpangi terhenti disebuah halte yang berada tepat di sekolah baru ku. ku tapakkan kaki kembali untuk kedua kalinya kedalam gapura megah tersebut. Berharap hari ini lebih baik dari pada sebelumnya. Areal parkiran yang berada tepat setelah gapura terlihat masih cukup ramai, termasuk juga dengan mereka yang masih menggunakan seragam SMP. Beberapa anak masih asik mengobrol dengan teman mereka di areal parkir, tak sedikit dari mereka yang bertingkah berandal dengan puntung rokok diantara jemari mereka, ada juga yang hanya menggantungkan helm dan segera masuk kedalam sekolah.
Dengan santai kulangkahkan kaki melintasi koridor sekolah. Menuju ke papan pengumuman untuk mencari daftar pembagian kelas. Berhubung karna pada saat MOS aku tidak masuk, jadi aku tidak tahu menahu tentang info pembagian kelas. Sepanjang koridor, terlihat ramai orang berlalu lalang. Inilah petualangan baru yang akan segera ku mulai. Setelah cukup jauh dari koridor utama, tiba-tiba langkahku terhenti.
Aku baru ingat kalau aku tidak tau dimana letak papan pengumuman. Rasanya aku perlu bertanya kepada seseorang, tapi kepada siapa.? Mereka yang bercelana abu-abu.? Apa aku siap di kerjai.? Atau mereka yang bercelana biru.? Yang sama barunya dengan ku.? mungkin bertanya di meja piket yang berada tepat di koridor pertama adalah ide yang bagus. Toh mereka guru, pasti baik-baik dan tau seluk-beluk bagunan ini. Dan saat ku balikan haluan ku.
BRUUUUKKK…!!!
Tak sengaja ku tabrak seseorang yang sedang membawa setumpuk buku hingga membuatnya terjatuh. Buku yang di bawanya pun kini berserakan di lantai. Terdengar suara tawa yang dari mereka yang melihat kejadian tadi. Sialnya orang yang ku tabrak adalah salah satu dari mereka yang bercelana abu-abu.
“Ma.. ma.. maaf kak, aku gak sengaja.” Ucap ku grogi.
“Aduh, kalau jalan liat-liat dong dek.!!”
“Sekali lagi maaf kak. Aku gak sengaja. Biar aku bantu kumpulin buku nya”
Ku pungut buku yang berserakan di lantai dan kembali menumpuknya menjadi satu, di bantu oleh cewek yang ku tabrak tadi. Tiba-tiba seseorang datang menghapiri kami dan ikut membantu.
“Lo gak apa put.?” Ucap cowok tersebut.
“Gak apa kok Vin.” Jawab cewek yang ku tabrak tadi.
Setelah selesai dengan semua buku yang berserakan tadi, kami pun berdiri. Ku ucapkan kata maaf sekali lagi dan mulai berjalan meninggalkan mereka berdua. Baru saja aku berjalan beberapa langkah, tiba-tiba cowok tadi memanggil ku.
“Hey tunggu.!! lo kan gak ikut MOS sampai selesai ya dek.?? Coba lo cek gih kelas lo di papan pengumuman, lo jalan lurus aja ntar sampai aula belok kiri, papan info nya tepat di samping mading.”
“owh, makasih banyak kak.” Jawab ku
Beruntung senior yang pernah menjadi ketua panitia MOS tersebut memberitahukan dimana tempat informasi yang ingin ku cari. Jadi tidak perlu repot-repot untuk balik lagi ke meja piket. Kini aku berjalan menuju tempat sesuai dengan informasi yang diberitahukan senior tadi. Seperti yang dia bilang, papan pengumuman berada tepat di samping mading. Ya, sekarang yang ku cari berada tepat di hadapanku.
Ku perhatikan satu persatu daftar nama yang terpampang disana. Cukup banyak memang, ku cari dengan teliti haingga akhirnya ku temukan nama ku.
“X-5.?? Huhh, bukan angka ku.”
Saat aku mulai berjalan meninggalkan tempat tersebut menuju kelas, pandangan ku tidak sengaja melihat sesuatu yang tertempel di papan mading. “PENDAFTARAN TEAM BASKET SEKOLAH” begitu tulisannya, dan rasanya cukup menarik. Tertera sebuah kontak person di bawah lembaran tersebut. Ku keluarkan ponselku dan mencatat nomer yang tertera disana sebelum meninggalkan tempat tersebut.
Kini ku tinggalkan tempat tersebut dan menuju ruang kelas ku,berhubung masih baru di lingkungan ini, jadi ku beranikan diri bertanya pada seseorang yang lewat di sekitarku. “Di lantai dua.” Begitu katanya. Ku telusuri koridor sepanjang lantai dua hingga ku temukan sebuah ruangan dengan papan yang bertuliskan “X-5” diatas pintu. Ya, ini kelasku. Ruang kelas tersebut tertutup rapat. Ku buka perlahan pintu kelas tersebut. Suara hingar bingar anak-anak di dalam kelas pun mulai terdengar.
“Selamat datang penjelajah baru, disini lah tempat mu.” Dan kata itu berkumandang di dalam benakku.
Bersambung……………………………………..
Mohon saran dan kritiknya
@Tsu_no_YanYan
@Darkrealm
@Dimz
@Klanting801
Silahkan spown di sini kk >- >-
spown.?????????? ) )
semangat (ง •̀_•́)ง
merayap..??????? ) )
enak ih menghilang bentar aja udah banyak yg update B-)
izin baca dulu ya O:-)