It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
*murid durhaka
ohh kalo gtu ntar mah gak aku pakein note di akhir hehehe maaf ya kalo keganggu wkwk, ini udah mau tamat kok sekitar 2 chapteran lg
Roh Dio goyang dari jasad Henry dan hampir terlepas keluar, tapi kemudian masuk lagi. Posisi roh itu tidak stabil. Kepala HenDi terasa sangat sakit. Tidak lama kemudian Dio terhempas keluar dari tubuh Henry. Henry jatuh tergeletak di kasur. Dio menatap Henry kemudian memeriksanya, dia tersenyum. Dia bisa merasakan denyut nadi orang ini.
Tapi tak lama setelah itu dari hidung dan sudut mata Dio keluar cairan hitam pekat.
"Ahh...aku telah membayarnya dengan satu mutiaraku. Sekarang tinggal sisa satu. Apakah aku bisa mempertahan mutiara itu agar aku bisa terus berada di sisinya(Koji)" Dia tersenyum pahit. Dia tidak berniat menceritakan ini pada Koji. Dio kemudian meninggalkan Henry yang terbaring di tempat tidurnya.
Keesokan harinya. Koji mengerenyitkan matanya, cahaya matahari menyilaukan matanya. Dia melihat sosok seorang pemuda, ternyata itu adalah Dio. Hantu itu tersenyum padanya.
"Kenapa kau bisa disini?" tanya Koji masih setengah mengantuk.
"Dia sudah kembali." Dio tersenyum.
"Dia siapa?" Koji masih belum ngeh. Dia kemudian berpikir sejenak.
"Ahh...benarkah? Kak Henry sudah sadar? Kau tidak bohong kan?" Koji terlihat sangat bahagia. Dio membenarkan. Koji kemudian buru-buru mencuci muka dan ganti baju. Dia ingin segera melihat Henry. Dio hanya geleng-geleng kepala memperhatikan anak itu, dia kemudian melihat pot yang dia taruh di jendela ketika masih menjadi HenDi. Tanaman di pot itu sudah mulai tumbuh sedikit, masih lama sampai dia berbunga.
Sementara itu di kamarnya, Henry terbangun, kepalanya sedikit pusing.
Koji tiba di rumah Henry. Ibu Henry heran kenapa dia berkunjung sepagi ini. Koji memberi alasan kalo ada hal penting yang harus disampaikan pada Henry sekarang karena dia sangat pelupa.
Di kamarnya, Henry ingat kalo ada yang aneh. Terakhir seingatnya dia mengalami kecelakaan. Kenapa sekarang dia disini. Dia kemudian menyadari kalau dia sudah tidur terlalu lama dan mengingat mimpi-mimpi dalam tidur tersebut.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya. Dia menyuruhnya masuk. Ternyata itu adalah Koji.
"Ahh..kau, kemarilah!" kata Henry tersenyum. Koji kemudian duduk di sampingnya.
"Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak?" Tanya Koji.
"Apa kau tau apa yang terjadi padaku?" pemuda itu balik bertanya.
"Kau tertidur setelah mengalami kecelakaan. Tapi keajaiban datang sehingga kau bisa hidup kembali."
"Tapi...aku merasa ada yang aneh. Aku bermimpi dan mimpi itu terasa begitu nyata seolah aku tidak sedang tertidur. Dan aku memimpikan banyak hal tentangmu. Aku juga ingat kalau dalam mimpiku itu aku menaruh pot yang kutanami benih bunga krisan di jendela kamarmu."
Koji terhenyak mendengarnya. Dia yakin kalau Dio yang melakukan itu, menaruh pot itu di kamarnya. "Ahh...benarkah? Hal apa saja yang kau ingat dalam mimpimu?"
"Aku tidak yakin karena seperti ada yang mengendalikan diriku. Itu seperti bukan aku. Dan kurasa itu bukan mimpi, karena terasa begitu nyata. Ahh, mungkin aku memang sudah sadar sejak lama. Aku sendiri tidak ingat." pemuda itu tertawa kecil.
"Ahaha kau benar." Koji ikut tertawa. Dia merasa lega karena sepertinya tak ada yang perlu dia khawatirkan. Henry kemudian mengajaknya untuk sarapan bersama.
****
::[Koji's POV]::
Ahh, kebahagian yang kurasakan sekarang sungguh tak dapat digambarkan. Mempunyai orang tua yang baik, kakak yang pengertian, terlebih sejak kehadiran kak Henry dan Dio dalam hidupku aku merasa hidupku begitu lengkap. Mereka benar-benar sangat menyayangiku.
Aku sekarang sedang menatap bunga krisan kuning dalam pot yang waktu itu ditaruh HenDi di jendela kamarku. Setiap hari aku selalu menyiraminya agar tidak layu. Oh iya, tadi pagi orang tuaku pergi (lagi) ke Jepang. Lagi-lagi aku tidak diajak. Tapi kak Nori pun juga tidak ikut karena memang ini adalah proyek kerja ayah dan ibuku saja. Mereka akan pergi selama 5 hari. Ahh, lagi pula ada kakak di rumah. Kak Henry dan Dio pun selalu menemaniku.
****
"Hey, bangun!" kak Nori mengguncang-guncangkan tubuhku.
"Ahh, ini kan hari minggu kakak. Aku masih mau tidur." aku menutup tubuhku lagi dengan selimut.
"Dasar pemalas, bangun!!" kak Nori memencet hidungku sampai aku susah bernafas.
"Huaaa kakak, kau mau membunuhku hah !!" aku menggosok-gosok hidungku yang habis dipencetnya.
"Soalnya cuma itu satu-satunya cara supaya kau bangun."
"Menyebalkan sekali. Tanggung jawab ya kalo hidungku gak mancung lagi."
"Biarkan saja. Biar sekalian copot hidungmu." kak Nori memencet hidungku lagi lalu lari keluar kamar.
Jirr, dasar kakak yang menyebalkan. Aku bangun dan membereskan tempat tidurku. Aku melihat secarik kertas yang terletak di atas meja belajar. Aku mengambil kertas itu dan membukanya. Ada tulisan tangan dengan darah pada kertas itu. "Maaf, tapi aku sadar, dunia kita berbeda. Aku sudah banyak memikirkannya dan ini tidak bisa dipaksakan. Inilah jalanku. Aku tak akan lagi muncul di hadapanmu. Mungkin aku akan memperhatikanmu dari kejauhan. Jaga dirimu dengan baik, aku senang bisa mengenalmu. Dio" gemetaran aku membaca tulisan itu. Aku menangis dan merasa bersalah.
**
Selesai mandi terdengar hpku bergetar.
Drrrtt...drrrrrt...drrrrttt..
"Halo, kakak?"
"Halo. Kau jangan kemana-mana ya. Aku pergi ke rumah Kiran."
Tuuutt.. Uh, ternyata dia tadi membangunkanku hanya untuk menyuruhku jaga rumah. Lihat saja nanti kalau aku sudah punya pacar, aku yang akan menyuruhnya jaga rumah.
Aku pergi ke ruang tivi. Terasa sepi. Aku terus saja memikirkan Dio. Tiba-tiba suara bel terdengar. Ting nong. Aku malas sekali membuka pintu, kupanggil bi Sumi aja deh.
"Bi, tolong lihat siapa yang datang!"
"Baik, den."
Tidak lama kemudian bi Sumi menghampiriku.
"Den, ada nak Henry kemari."
"Ahh, ya suruh masuk saja."
Kak Henry langsung mengambil posisi duduk di sebelahku.
"Haee, sudah kuduga kau pasti sendirian di hari minggu."
"Ya, kakak. Kak Nori sedang pacaran."
Pemuda itu hanya tertawa dan membelai rambutku. Benar-benar memperlakukanku seperti anak perempuan.
"Ahh, kalau begitu kita berenang saja yuk." kak Henry kemudian melepas semua pakaiannya dan hanya menyisakan celana pendeknya yang ketat. Astagaaa, pikiranku tentang Dio langsung saja buyar.
"Kau tidak mau ganti baju dulu?" tanyanya, dia heran melihat ekspresi wajahku.
"Ahh, kalo begitu tunggu sebentar di sini, kak." aku segera lari untuk berganti baju.
Aku turun dan kak Henry sedang menungguku di bawah tangga. Dia memberi kode padaku untuk naik ke punggungnya. Astagaaa, aku digendong olehnya. Badanku menempel pada punggungnya yang kekar. Dia memiliki feromon yang seksi dan wangi.
Kak Henry langsung menceburkan diri dengan aku masih dalam gendongannya. Gyuuurrr (padahal baru saja aku mandi). Badan kami langsung basah semua. Kakak ini suka sekali membuatku terkejut dengan tinggahnya yang aneh, yang seolah memperlakukanku seperti anak perempuan.
Lama kami bermain di air. Aku keluar dari kolam pertama kali tapi kak Henry menarikku sampai aku tercebur lagi.
"Ahh, kak, kau jail." aku menyipratkan air padanya.
"Ahahaha, maaf Koji-ya. Aku mencintaimu." kak Henry memelukku di tengah kolam. Aku terhenyak.
(CONT)
@aicasukakonde @hakenun @reyputra
@Tsu_no_YanYan
@erickhidayat ahh...aku pikir ceritaku banyak kekurangan, makasih ya atas apresiasinya terlebih untuk compliment nya )
@diorizki iyaa, Dio gituloh, hantu pohon kesayangan
dan antisipasi ending ceritanyaa
"Dasar pemalas, bangun!!" kak Toni
memencet hidungku