BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

TWENTY FOUR - THE END

1212224262757

Comments

  • sad.... Nyesekk ini ceritanya...
  • pendek lagi, yang panjang dong bang abi chap depan ;)
    uh, pokoknya harus ketemu lagi satya ma lukas, kalo ga ketemu harus di paksa buat ketemu *maksa ..
  • Dari dulu uda sukaaak banget sama cerita2nya bang @Abiyasha , mulai dari Bestman, Kai, KLB. Alur ceritanya asik, natural banget. Setting tempat sampe deskripsi tentang hal-hal di dalem cerita sangat detail, seolah-olah bikin ikut ngerasain apa yang dirasakan oleh tiap karakter-karakternya. Meskipun kebanyakan ceritanya bikin mewek kayak yang ini :'( overall sukak banget sama cerita-cerita bikinanmu, bang. Tetep semangat nulisnya! Jgn lupa mention saya for the next update! :D
  • isi kado nya apaan?? penasaran bgt. mudah2an mereka bisa ketemu lagi. @abiyasha
  • edited September 2013
    RENA : THE CONVERSATION



    July 2011…



    “Do you miss Bali?”

    “A lot, Rena.”

    Gue lagi chatting sama Lukas. It’s been…almost a month since he left Bali that we, finally had a chance to chat. Kami selalu say hi di Facebook, kirim email-email singkat, tapi belum sekalipun kami video chat. It’s good to see him again.

    “Gimana Köln?”

    “It’s still the same. It’s summer, jadi cuaca agak lebih hangat tapi aku tetap kangen Bali. I wish I were there.”

    Gue cuman senyum. Ngeliat Lukas lagi, sekalipun cuman lewat cam, bikin gue seneng. Sekalipun gue kadang masih ngerasa bersalah udah bohong ke Lukas dan Satya, tapi, dengan gue nggak harus ketemu Lukas hampir tiap hari, bikin perasaan itu berkurang. Satya, gue bisa bikin macem-macem alasan buat nggak ketemu dia. Dia bakal ngerti. Sejak Lukas pergi, gue makin yakin kalau apa yang gue lakuin ke mereka, bukan sesuatu yang besar. They’ll move on.

    “Gue juga kangen hang out ama lo, Lukas. Belakangan, gue lumayan sibuk di hotel, jadi nggak punya terlalu banyak waktu buat hang out. Apalagi, aku mau resign.”

    Gue ngeliat ekspresi kaget di wajah Lukas begitu gue bilang mau resign.

    “Kenapa resign, Rena?”

    Gue ngedikkin bahu gue. “Pengen nyoba something different aja. Jadi, kesibukan gue kemarin juga karena musti kasih training sama yang gantiin gue ntar.”

    Gue liat Lukas cuman ngangguk. “I see.”

    “Masih suka surfing?”

    Lukas gelengin kepalanya. “Sejak pulang dari Bali, aku belum surfing lagi. My paper is driving me crazy,” ucapnya sambil ngasih gue sesuatu yang gue kangenin banget, his megawatt smile. “Tapi, aku memang ingin semuanya cepat selesai. Get a job and save, so I can go back to Bali.”

    Gue cuman nelen ludah denger Lukas bilang kalau dia pengen balik ke Bali. “Gue pegang janji lo buat balik ke Bali.”

    Gue berharap, kapanpun saat itu tiba, Lukas udah nemuin cowok lain buat gantiin tempat Satya di hatinya, begitu juga dengan Satya. Kalau udah begitu, gue yakin, kalaupun mereka tahu, mereka nggak akan terlalu marah sama gue.

    “Gimana kabar Satya, Rena? I haven’t talked to him for weeks.”

    “Gue juga udah lama nggak ketemu Satya. Sejak Satya nerima tawaran Retro buat ngisi kafe itu tiap malam, dia jadi makin sibuk. Belum lagi private occasion yang kalau gue bilang, nggak ada jedanya. At one side, I’m happy that he finally got what he deserves, career-wise, tapi, di sisi lain, gue juga ngerasa kehilangan Satya. Ntar pasti kalau udah ada waktu, kami pasti ketemuan.”

    Ekspresi Lukas berubah begitu gue cerita tentang Satya. Gue nggak bisa bilang dengan pasti apa yang ada di pikiran Lukas sekarang. Yang pasti, gue nggak terlalu suka liat ekspresi Lukas kayak gitu. That guilty feeling hits me again. Mungkin, itu alasan gue nggak suka.

    “I miss him, Rena.”

    Gue cuman bisa diem. Mungkin gue perlu tahu juga gimana perasaan Lukas ke Satya sekarang. Di Jerman, tentunya banyak cowok yang jauh lebih baik dari Satya, kan? Gue tahu kalau Lukas juga nggak mungkin jatuh cinta begitu cepetnya sama orang lain, tapi, kalau memang ada yang bikin dia head over heels, why not?

    “Lo masih nyimpen perasaan itu, Lukas?”

    Gue liat Lukas cuman diem sebelum nganggukkin kepalanya. “I can’t help it, Rena. Kamu tahu kalau aku nggak bisa dengan mudah jatuh cinta sama orang lain. Bahkan, satu bulan sejak aku pergi dari Bali, that feeling is still there. The urge to send him an email and tell him my feeling, is getting stronger from day to day. But, I have to remind myself that it’s not a wise thing to do.”

    Good, Lukas!

    Gue cuman bisa nahan senyum gue denger Lukas ngomong begitu. Itu berarti, Lukas nggak akan pernah ngomong ke Satya tentang perasaan dia. Oh, how that really relieved me.

    “Don’t do stupid things, Lukas. Lo nggak mau hubungan lo sama Satya rusak kan gara-gara lo jujur sama dia? Gue percaya, Satya bakal ngerasa lo khianatin. Dia udah nganggep lo sahabat dia. Gue juga nggak mau hubungan kalian rusak cuman gara-gara lo nurutin perasaan lo.”

    Lukas ngangguk. “You’re right. Mungkin saatnya aku berusaha membuka hati untuk orang lain. My feeling for Satya will never go anywhere.”

    Sama kayak perasaan gue ke lo, Lukas. Sekalipun lo udah jauh dari gue, perasaan gue ke lo masih ada, Lukas. Gue belum bisa buka hati gue buat orang lain.

    “Gue percaya, kalaupun Satya tahu perasaan lo, dia pasti pengen lo ketemu orang lain yang pantes buat lo. Gue tahu gimana Satya. Gue denger-denger sih dia lagi deket sama seseorang. Tapi, gue belum tahu banyak dia lagi deket sama siapa.”

    Gue denger helaan napas Lukas sebelum akhirnya dia kembali ngasih his megawatt smile ke gue. Gue benci liat Lukas kayak gini tapi gue bakal lebih nggak suka kalau Lukas tahu Satya juga suka sama dia. Sebenci apapun gue liat Lukas kayak gini, gue harus kuat. Ini jauh lebih gampang daripada pas Lukas masih disini.

    “Sorry, I shouldn’t have told you that.”

    Lukas gelengin kepalanya. “No, that’s alright, Rena. Aku tahu kamu nggak mau aku jadi lebih kecewa.”

    Gue cuman ngangguk. “Gue yakin lo pasti bisa ngatasin ini, Lukas. You’re a tough guy. And you’re good looking. Gue yakin, lo bakal ketemu cowok yang pantes dapetin lo di sana. Cowok yang bisa bales perasaan lo.”

    “It’ll take a while, Rena,” ucap Lukas sambil senyum. “But, I’ll be alright, I guess.”

    “You will.”

    “Alright then, I gotta go now. There are several things I have to do or I’ll be too lazy later.”

    “Okay. Thanks for calling me, Lukas. It’s nice seeing you again.”

    “Me too, Rena. Take care and send my regards to Satya.”

    Gue ngangguk. “I will.”

    “Bye, Rena.”

    “Bye, Lukas.”

    And, that’s it.

    Begitu wajah Lukas ilang dari layar laptop gue, gue cuman bisa nelen ludah. Gue nggak pernah nyangka kalau gue bakal ngerasa kayak gini. Tapi, gue berharap, ini nggak akan lama. Kalau Satya punya pacar, begitu juga dengan Lukas, semuanya bakal baik-baik aja. Perasan bersalah gue bakal ilang. Mungkin, kalau gue juga bisa buka hati gue buat cowok lain, gue akhirnya berani buat jujur ke mereka. Karena perasaan gue ke Lukas mungkin udah nggak ada, yang bakal ada cuman gue ngerasa bersalah nggak jujur ke mereka. That’s it. Tapi, buat sekarang, gue bakal diem and let things be the way they supposed to be.

    Hape gue berdering. Pas gue liat nama Laras disana, gue tahu kenapa cewek itu tiba-tiba telepon gue.

    “Napa Ras?…Gue kan nggak diundang, ngapain gue musti dateng?…Nggak ah, ntar dikira gue tamu nggak diundang lagi…Lo yakin?…ya udah, smsin gue tempatnya, ntar gue nyusul kesana. Tapi lo janji nemuin gue di luar ya? Awas kalau lo ngabur duluan…Bye!”

    Laras ngajak gue ke pesta ulang tahun temennya dan biasanya, gue ogah banget ke pesta yang gue nggak diundang. Tapi, gue butuh keluar dari kamar gue ini. Keluar sendirian juga nggak lucu kan? So, that invitation from Laras came at the right time.

    Gue langsung buka lemari gue dan milih apa yang pantes gue pakai buat nemenin Laras ke pesta ulang tahun temennya di daerah Petitenget.


    ***

    “Lo lama di Bali?”

    Pesta ini tenryata rame juga. Gue nggak nyangka bakal serame ini. Dan satupun, gue nggak ada yang kenal, kecuali Laras, yang udah entah kemana. Jadi, pas ada cowok duduk di sebelah gue dan ngajak ngobrol, gue ladenin aja. Toh, cowok ini juga lumayan. Dari tampangnya, gue yakin, dia blasteran.

    “Cuma seminggu. Kesini juga karena ajakan temen.”

    “Oh.”

    Cowok ini bukan tipe cowok-cowok kurang ajar kalau gue liat dari cara dia ngomong dan bahasa tubuh dia. Paling nggak, keliatannya bukan sex oriented kind of guy. Tapi, gue bisa salah. Sekalipun temanya nggak terlalu formal, cowok ini makai kemeja lengan panjang krem dan chino pants item, bikin dia agak stand out diantara tamu-tamu yang lain, yang cuman make kemeja lengan pendek.

    “Gue Rena,” ucap gue sambil ngulurin tangan.

    “Joddi,” jawab cowok itu sambil bales uluran tangan gue.

    “Lo rapi banget.”

    Joddi senyum. “Really?”

    Gue ngangguk.

    “Kamu beda.”

    Gue ngerutin dahi. “Maksud lo?”

    Joddi nyesap red wine-nya sebelum kembali natap gue. “Biasanya, begitu kenalan, orang langsung nanya apa aku blasteran, kalau iya, darah dari mana. Kayak penampilan orang Indonesia asli itu seperti aku.”

    “Lo PD juga ya?”

    Joddi ketawa. “Nggak lah, cuma ngasih opiniku tentang pertanyaan sejuta umat aja. At some points, aku ngerasa orang lebih tertarik ke fisikku daripada looking for someone to have a conversation with.”

    Gue cuman bisa geleng-geleng kepala. Kalimat cowok ini kesannya kalau dia itu cakepnya udah ngalah-ngalahin cowok paling cakep sejagad raya, tapi, bukan itu yang gue tangkap. Cowok ini cuman capek aja orang-orang lebih tertarik sama fisiknya daripada ngobrol sama dia. Well, gue juga nggak bisa nyalahin orang-orang itu.

    “Lo ngapain di Bali? Liburan?”

    Joddi nganggukkin kepalanya. “Sambil nyari opportunity buat bisnis disini. Siapa tahu ada.”

    “Lo mau bisnis apaan? Jangan deh. Bali mahal kalau lo mau punya bisnis. Lagian, gue paling nggak suka kalau orang datang ke Bali terus punya bisnis yang sama sekali nggak mikirin orang-orang lokal disini, cuman karena mereka ngerasa mereka punya banyak duit.”

    “Wait…wait…wait…jangan judgemental dulu dong. Kamu kan belum denger apa yang mungkin bisa aku lakuin disini.”

    Gue tiba-tiba ketawa begitu sadar apa yang baru gue bilang ke Joddi. Hell! Nggak biasanya gue langsung bersikap judes kayak gitu sama orang yang baru gue kenal. Let alone, cowok cakep macam Joddi ini yang dengan main kata-kata aja, bisa gue bawa ke kamar kos gue. At least, buat pelampiasan karena gue masih belum bisa lupain Lukas. But, I’m not gonna do that. Joddi keliatannya bukan tipe-tipe yang pro sama ONS.

    “Kamu kenapa ketawa?” tanya Joddi sambil miringin kepalanya. Mungkin, dia belum pernah liat orang ketawa setelah orang itu ngasih judgement ke dia.

    “Nevermind. Anyway, memangnya, lo mau bisnis apaan disini?”

    “Mungkin kafe kecil atau restoran vegetarian? Something back to nature. Aku masih belum tahu pasti apa, tapi sepertinya, dengan begitu banyaknya orang asing disini dan sebagian dari mereka pasti punya gaya hidup sehat, marketnya ada buat hal yang pengen aku lakuin disini. It’s just a thought. Aku belum bener-bener serius mau buka bisnis disini.”

    “Lo vegetarian???”

    Joddi ngangguk. “Kenapa? Ada yang salah dengan itu?”

    Gue bener-bener nggak percaya sama apa yang gue denger. Ada apa sih dengan pria-pria pembenci daging ini? Apa begitu nggak enaknya daging sampai mereka musti jadi pria-pria yang nggak makan daging? Dulu Lukas, sekarang Joddi. Oh my!

    “Nggak ada sih. Lo totally nggak makan daging atau gimana?”

    “Iya, aku total nggak makan daging. Ikan juga nggak, telur, susu. Cuma…aku masih makan keju,” jawabnya sambil nyengir. “Itu aja sih yang cacat sebenernya. Aku berusaha buat nggak makan keju tapi nggak bisa. Bener-bener nggak bisa ninggalin satu hal itu. Mungkin, karena dari kecil udah terbiasa makan keju.”

    “Lo bilang itu cacat cuman karena lo masih doyan keju?”

    “Ya, pengennya kan jadi total vegetarian, tapi ya sudahlah, yang penting, aku nggak makan daging sapinya,” ucapnya sambil nyengir.

    “Lo nggak gay kan?”

    Joddi sepertinya kaget sama pertanyaan gue ini. Gue trauma sama Lukas dan gue, nggak mau kejadian yang sama terulang sama gue. Biarpun gue juga nggak tahu apa gue bakal suka sama Joddi atau nggak, at least, kalau gue tahu dia normal, gue bisa bernapas lega. Cukup deh cowok cakep tapi gay di dunia ini. Spare some for ladies.

    “Kamu mau bukti seperti apa?” tanyanya.

    Gue liat Joddi kayak tertantang buat jawab pertanyaan gue. Selama ini, gue selalu punya jawaban yang sama kalau ada cowok yang nantangin gue dengan pertanyaan kayak gitu. Cuman nggak tahu kenapa, kali ini gue malah cuman diem. Gue ngeliatain Joddi, yang masih nunggu jawaban gue.

    “Just answer my question.”

    “Kalau cuma jawab pertanyaan kamu, aku bisa bohong kan? Ada hal-hal yang jauh lebih baik dibuktiin daripada cuma diomongin.”

    “Lo ini nakal juga ya?”

    Jodi ketawa. “So?”

    “Lo mau apa? Mau buktiin kalau lo bukan gay di kamar gue? Atau apa?”

    Sekalian gue bilang aja apa yang ada di pikiran gue. Daripada gue main petak umpet cuman buat tahu jawaban dari pertanyaan gue.

    “Nah, siapa yang lebih nakal sekarang?” bales Joddi balik sambil ngasih gue senyumnya.

    Nggak tahu dari mana, gue tiba-tiba deketin tubuh gue ke Joddi dan langsung nyium bibir dia. Awalnya, gue ngerasain kalau Joddi pasti shock. Cuman, lama-lama, Joddi bales ciuman gue. Oh boy! Gue udah ciuman sama entah berapa banyak cowok ya dan Joddi is a hell of a kisser!

    Pas akhirnya gue ngelepasin diri gue dan mandang Joddi, dia masih keliatan shock. Gue yakin, dia pasti punya banyak pertanyaan buat gue. Jangankan buat Joddi, buat gue aja, apa yang baru gue lakuin, nggak bisa dipercaya. But, it happened.

    “That kiss answered my question.”

    Joddi cuman senyum. “Aku harap, kamu nggak ngelakuin itu ke semua pria yang dapet pertanyaan kayak tadi. I think I’m a lucky bastard this evening.”

    Gue nggak bisa nahan ketawa gue denger ucapan Joddi. “Don’t be cocky, boy. You haven’t got a bit of luckiness you just mentioned.”

    “Kamu mau aku ambilin wine? Red? Champagne? Or cocktail?”

    “Champagne, thanks.”

    Begitu Joddi beranjak dari sisi gue, gue cuman bisa ngehela napas. What have I done??? Kissing a stranger in a place full of people??? I know I’m a bitch but I’m not a slut. Tapi, gue nggak bisa bohong kalau Joddi is a good kisser. Paling nggak, dari ciuman itu, gue tahu kalau dia bukan pria gay.

    Gue masih cinta sama Lukas dan cuman karena gue ciuman sama Joddi, bukan berarti gue bakal jatuh cinta sama dia. Nggak ada kata serius dalam kamus Rena kalau menyangkut cowok sekalipun Lukas adalah sebuah perkecualian. Kalaupun nanti gue jadian sama Joddi, gue tahu, itu cuman cara gue buat lupain Lukas. Tapi, gue nggak yakin.

    We’ll see…we’ll see…
  • 059.gif,


    @arieat : Ceile, membuncah. Bahasanya :)

    @steve_hendra : Yah, kita berharap saja ya? hehehe

    @tialawliet : Hahaha, kapan2 ya? Kalau nanti aku inget #eeeaaa

    @adam25 : :D

    @andhi90 : Kenapa nangis? Gak sedih2 banget kan?

    @Adam08 : pastinya :)

    @yuzz : Meskipun ini lagi di banned sementara, aku tetep balesin komen kamu ya? :) Nggak loncat kok, you'll see.

    @hwankyung69 : Gak tahu, moron mungkin ya? Itu kasar banget. Semoga gak sigh-sigh lagi :)

    @masdabudd : Coba tanya Satya dapet apa :)

    @Adra_84 : I feel you too :)

    @caetsith : Lagu lama? Lagunya siapa ya? Aku kepikiran lagunya Carrie Underwood yg See You Again malah pas nulis part ini

    @kiki_h_n : Hahahaha, sekarang tiap minggu berarti jadwal galau ya? hihihi

    @JKT69 : Ih, sini aku tampar pake bakiak kanan kiri berkali-kali :D

    @dheeotherside : Thank you!!!! Memang kenapa males baca cerita yg ada bulenya?

    @AhmadJegeg : Thanks

    @marobmar : Semoga ya... :)

    @Klanting801 : Kenapa? Nggak sedih2 banget kan? hihiihi

    @yubdi : Apa ya isinya? Coba tanya Satya

    @YuuReichi : Hahahaha

    @kyiskiowai : Kok pada penasaran sama isi kadonya Lukas ya? hahahaha

    @WinteRose : Hahahaha. Mak nyes, bahasa kamu itu loh :)

    @RifqiAdinagoro : masih lanjut lama kok. Jgn khawatir meski nulisnya sendiri udah mau part2 akhir :p Gak pernah mengkategorikan diriku as a tearjerker kind of writer. Mungkin, aku lebih nyaman aja nulis tema2 sedih ya? hahahaha. Someone said I'm good at it :)

    @Emtidi : Iya, dibanding Lukas sama Rena, ultah Satya memang yg paling nyesek. International terminal (both departure and arrival) masih pakai yg lama kok, bahkan arrival domestic sekarang dijadiin satu sama International. Domestic departure, yg udah pakai airport yg baru, itupun yg dipakai nantinya bakal dipakai buat International. April 2014 katanya udah mulai dipakai #KokJadiBahasAirportSih :)

    @adzhar : :)

    @obay : Semoga...

    @LordNike : hahaha, kasih tiketnya ya? :)

    @faghag : Udah sampai postingan terakhir bacanya? :)

    @DiFer : Masak sih? :)

    @DM_0607 : Ih, kok maksa-maksa sih? hahahaha

    @somewhereouthere : Thank you!!!! Seneng kalau ada yg suka :) Semoga juga suka sama yg ini

    @iboobb7 : Aduh, ini kenapa pada penasaran sama isi kadonya Lukas sih? hahahaha

    Colek2 @the_angel_of_hell @bebong @fenan_d @iboobb7 @totalfreak @sky_borriello @chaliszz @bponkh @zackattack @Venusalacca @st34dy @pokemon @DarrenHat @rarasipau @jakasembung @Alvian_reimond @tyo_ary @Zhar12
  • maunya ditampar pake bibir @abiyasha #ehh hahahaha...
  • Nah nah , kalo gw kenal cewek kaya rena . Udah gw siksa kali tuh orang ..
  • Berharap rena berpaling ke joddi karena a good kisser :D
  • gilaa bgtt rena....*super tega n antagonis bgt perannya untuk satya n lukas.... Gmna suapaya lukas n satya tau perasaan mereka? Ga sabar....penasaran juga..
  • @Abiyasha apa apaan Rena.. Gila gila gila main sosor aja dia.
    Always missing his megawatt smile
  • Rena semoga kamu dapet yang terbaik ya,, poor Rena :)
  • makin menarik aja kisah ini.. Ini salah satu cerita bli abi yg gw fav. bgt.. :D
    tp tumben bli abi ada typo-nya.. Td gw liat ada 2 typo tp ttp keren ceritanya..
  • aduh,, nokomen deh,,

    #masukin racun serangga di Champagne nya Rena
  • minggu ini ga galau, tapi gerah.. pengen jadi joddi, bisa dicium rena.. hahay.. rena lov u lah.. :-*
Sign In or Register to comment.