BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

TWENTY FOUR - THE END

edited November 2013 in BoyzStories
059.gif,


Setelah diendap sekian bulan, akhirnya rilis juga first chapter of my new story :)

Terima kasih buat semuanya yang udah nunggu sekian bulan setelah KETIKA LANGIT BERGANTI tamat bulan Februari. See? Cepet kan bulan Juni? :)

Sebenernya, first chapter cerita ini udah ada sekitar bulan Maret, cuma karena memang diplot buat Juni/Juli, jadinya ditahan sekian lama. Lagipula, menghindari kebosenan juga. Sering baca ceritaku kan lama2 pasti pada bosen kan? ;) Akui saja, hahahahaha.

Cerita ini, as the story progress later on, mungkin bakal banyak yang ngerasa ada something different. Akunya sih ngerasa begitu, hehehehe. Dan as usual, ceritaku ini bakal panjang, in term of chapters (bahkan mungkin ini bakal jadi yang paling panjang) dan alurnya bakal slow. Jadi, yang mau nyari cerita dengan alur yang agak cepet, dipersilakan untuk skip cerita ini :p Dan juga, buat yang berharap ada sex scene, like the explicit one, dipersilakan juga buat nggak ngikutin cerita ini daripada nanti di tengah2 atau akhir pada kecewa karena nggak ada sex scene nya.

Then, satu lagi, aku minta dengan sangat, jangan komen bilang postinganku kurang banyak ya? I post my story here, willingly, dengan sukarela dan I don't get paid. Bikin satu chapter itu nggak gampang, at least buatku and bisa makan berhari2 cuma bikin satu chapter. Tolong hargai waktu yang aku sisihkan buat nulis cerita since my life is not just about writing story and post it here, dengan nggak bilang bahwa postinganku kurang banyak. Karena jujur, dari cerita2 sebelumnya, banyak yang komen seperti itu dan personally, aku ngerasa bahwa apa yang aku post nggak begitu dihargai. And it kinda hurts.

Kenapa postnya aku putuskan hari ini? Since it's a special day for me :p jadi, bikin kalian seneng, bakal bikin aku seneng juga.

Selamat membaca and ditunggu kritikannya, masukannya, sarannya, komentarnya, apapun itu and please.....keep the comments clean dengan nggak ngebahas hal2 diluar cerita ini. Bisa kan? pasti bisa! :)

So, here it is.... TWENTY FOUR


Cheers,
ABI

«13456757

Comments

  • edited July 2013
    SATYA : POTLUCK DINNER



    November 2010…


    “Lukas.”

    “Satya.”

    Singkat.

    Perkenalan itu berlangsung hanya sekian detik, tanpa embel-embel ‘nice to meet you’ atau semacamnya. Namun, cukup membuatku tahu bahwa pria tinggi ini bernama Lukas. Pertemuan kedua kami sebenarnya, namun kami tidak sempat untuk bertukar nama sebelumnya, sekalipun ketika pertama kali aku melihatnya, dia sudah mampu menyita perhatianku dengan tinggi badannya. Dan senyumnya.
    .
    “I like what you cooked,” ucapnya sambil mengunyah Bola-bola Kentang yang aku buat untuk acara Potluck Dinner kali ini.

    “Thanks,” jawabku sambil tersenyum tipis. “Are you on holiday?” tanyaku.

    Rasanya, pertanyaanku terdengar cukup dan sangat wajar. Komunitas traveler dimana aku jadi salah satu anggotanya, memang dipenuhi banyak traveler dari berbagai belahan dunia. Banyak dari mereka yang hanya beberapa hari di Bali, namun tidak sedikit juga yang memang tinggal di Bali karena urusan pekerjaan. Atau semata-mata karena memang mereka ingin tinggal disini.

    “No, I actually will be here for the next 8 months. I’m having my apprenticeship,” jawabnya sambil tersenyum.

    “I see,” balasku singkat.

    “Rena is my senior,” ucapnya sambil mengarahkan pandangannya ke arah Rena, yang sedang berbicara dengan salah satu traveler yang namanya sudah hilang dari ingatanku. How am I supposed to remember 25 new names at once?

    “Rena?”

    Lukas mengangguk, sepertinya tidak menyadari bahwa aku sedikit terkejut mendengarnya menyebut nama Rena.

    “Aku training di hotelnya Rena, jadi bisa dibilang, dia seniorku, meskipun kami beda departemen.”

    What??? Rena bahkan tidak memberitahuku kalau Lukas training di hotelnya. Tapi, aku tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Rena karena aku memang tidak pernah menanyakan Lukas sebelumnya. Namanya saja baru aku tahu belum genap sepuluh menit yang lalu kan? Jadi, ya, aku terkejut.

    “Kamu asli mana?”

    “I’m from Germany. Köln?”

    Aku mengerutkan dahi sesaat, berusaha mengingat nama kota itu sebelum menganggukkan kepalaku. Memang cukup banyak traveler dari Jerman yang aku temui, namun seingatku, belum ada traveler yang berasal dari Köln. Atau memang aku yang sudah lupa pernah bertemu traveler dari Köln. Anyway, sekarang, paling tidak, aku tahu kalau pria ini bernama Lukas dan berasal dari Jerman. One step at a time.

    “Aku kesana dulu ya?”

    Aku hanya mengangguk sembari memerhatikan Lukas yang berjalan menjauh dariku untuk membaur dengan traveler-traveler lainnya. Komunitas kami memang selalu mengadakan Potluck Dinner sebulan sekali. Setiap orang yang datang ke Potluck Dinner, wajib membawa satu jenis makanan ataupun minuman yang bisa dimakan/diminum oleh beberapa orang. Jadilah sebulan sekali, kami seperti pesta besar. Banyak makanan dan minuman, mulai dari yang berupa cemilan, main course, dessert, coke, beer, just name it. Sering, semua itu tidak habis hingga siapapun yang kebetulan jadi tuan rumah, pasti mendapat kelebihannya.

    Ketika mataku menangkap Lukas yang sedang tertawa lepas, entah karena apa, aku tidak mampu menahan senyumku. Semoga tidak ada yang memperhatikanku.

    “Lo ngapain senyum-senyum Sat?”

    Well, ternyata aku salah.

    Senyumku langsung lenyap begitu menyadari Ida, sang tuan rumah, sudah ada di sebelahku sambil membiarkan tangannya mencocol irisan mangga muda ke sambal gula merah dan dalam hitungan detik, irisan mangga itu sudah beralih ke mulutnya.

    “Minta dong!”

    Tanganku langsung terulur untuk meraih satu irisan mangga muda tanpa mengindahkan pertanyaan Ida. Gila! Asam banget!

    Bahkan, ketika rasa asam mangga muda dan sambal yang pedasnya serasa membakar rongga mulutku ini, aku masih bisa tersenyum tipis ketika tanpa sengaja, bir yang dipegang Lukas, tumpah sedikit hingga menodai t-shirtnya.

    Aneh rasanya merasakan ini terhadap seseorang yang baru aku lihat dua kali dan namanya bahkan baru beberapa menit tersimpan di memoriku. You can’t have it, Satya…yet.

    “Nyenyumin siapa sih lo Sat?”

    Kali ini, aku menangkap suara berat Rena yang memang khas itu. Tubuh mungil dan langsingnya, yang dibalut rok merah pendek selutut dan blus krem tanpa lengan, sudah berdiri di sampingku. Dia memang sering menginterupsi lamunan orang, sekalipun orang itu sebenarnya sedang ingin menikmati lamunannya. She just doesn’t care. Kali ini, aku harap, dia tidak mengikuti pandangan mataku.

    “Nggak lagi nyenyumin siapa-siapa,” jawabku asal yang langsung mendapat pukulan pelan di pundakku.

    “Patrick gimana kabarnya?”

    Tatapanku langsung beralih ke Rena. Aku harap dia tahu kalau aku tidak suka nama Patrick disebut di tempat umum, apalagi di tempat seramai ini yang siapapun bisa mendengarnya. Namun, sepertinya Rena bersikap tak acuh tanpa mengindahkan tatapan tajamku kepadanya. Terkadang, sikap cuek dan outspoken Rena bisa sangat mengganggu.

    “Biasanya sih dia baik-baik aja.”

    “Kok lo gitu jawabnya? Tumben-tumbenan lo nadanya gitu pas gue tanya tentang Patrick?”

    Aku dengan cepat menggeleng sembari mengeraskan rahangku. Kenapa masih disebut juga nama Patrick? “Nggak papa.”

    “Ya udah. Ntar kan lo pasti cerita.”

    Sekalipun mearasa kesal, Rena benar. Aku pasti akan cerita juga kepadanya. Rena kemudian menjauh dariku dan mengakrabkan dirinya dengan beberapa anggota komunitas kami yang sudah menjadi teman dekat. Aku bahkan tidak menyadari ketika tiba-tiba, sebotol bir terulur di depanku.

    Kenapa tiba-tiba tempatku berdiri ini begitu diminati banyak orang? Pikirku heran.

    Pandanganku segera beralih ke pemilik lengan yang mengulurkan bir itu. Guess who? Lukas dengan senyum lebarnya.

    “Bir?”

    Aku membalas senyumannya, tipis, sebelum menggelengkan kepalaku.

    “Aku nggak minum.”

    Sepertinya, Lukas terkejut mengetahui fakta yang baru aku beritahukan kepadanya, terlihat dari ekspresi wajahnya.

    “Kenapa?”

    “Nggak suka aja,” jawabku sambil mengedikkan bahu.

    “Gue kasih sejuta deh kalau lo sampai bisa bikin Satya minum alkohol. Setetes aja, nggak usah banyak-banyak.”

    Suara Rena tiba-tiba hadir diantara kami dan dengan santainya, meraih botol bir Lukas dan menempelkannya di bibirnya, sebelum mengosongkan seperempat isinya. Lukas sepertinya tidak keberatan dengan itu, karena sedetik berikutnya, Lukas melakukan hal yang sama, ketika botol itu sudah kembali ada di tangannya.

    “Attention please!!!”

    Suara cempreng Ida dan sendok yang dipukulkannya pelan ke gelas hingga menimbulkan suara berdenting, mau tidak mau, membuat siapapun yang ada di ruangan ini menghentikan obrolan mereka. Ketika yakin bahwa dia sudah menjadi pusat perhatian, Ida tersenyum lebar.

    “Thank you everyone for showing up at my place for our monthly potluck dinner and I hope you all enjoy the food, snacks and drinks that we’ve got here. And for your entertainment tonight, I can say that I’m dying and so glad to see him perform here. For the first time! He always reluctant everytime we ask him to perform in our monthly Potluck Dinner. So, come over here Satya!”

    Rasanya, melangkahkan kakiku kali ini jauh lebih berat daripada tampil di hadapan puluhan orang asing yang seminggu dua kali, jadi penontonku. Namun, aku berjalan diantara siulan, tepukan tangan dan teriakan, menuju ke arah Ida. Ditambah lagi tatapan semua orang yang tertuju ke arahku. Not my first but still, I cringed.

    “Hi everyone,” sapaku sambil melambaikan tanganku singkat. “I’m Satya.”

    “Satya is one of our active members and ladies, I warn you not to fall for him after his performance, OK?”

    Lenganku langsung mengeluarkan gitar dari tas yang aku bawa, dan langsung duduk di single sofa yang sudah disiapkan Ida untukku.

    “Satya, I love you!!!!!”

    Aku hanya tertawa ketika mengetahui teriakan Rena sementara jemariku sibuk mengatur senar dan mencoba memetik beberapa nada. Ucapannya itu juga disambut tawa oleh beberapa orang. Ketika sudah merasa mantap, aku menarik napas dalam dan menghembuskannya.

    “I’m not sure whether you all familiar with this song or not, but I always love this song. I’m gonna play Falling Slowly.”

    Aku terdiam sesaat, mengedarkan pandanganku seluruh isi ruangan, memperhatikan setiap orang, yang sepertinya menungguku memetik gitar dan mendengar suaraku.

    I don't know you but I want you
    All the more for that
    Words fall through me and always fool me
    And I can't react

    Selama menyanyikan lagu itu, aku berusaha untuk tidak memusatkan pandanganku pada Lukas, namun sepertinya aku gagal. Keberadaan Rena yang berdiri tepat disamping Lukas, membuatku bisa menipu siapapun yang memperhatikan pandanganku. Namun, sejujurnya, aku memang tidak tahu kenapa jadi seperti ini. Berulang kali, aku mengingatkan diriku bahwa ini salah. Sangat salah.

    Senyumku mengembang begitu aku mengakhiri Falling Slowly dan tepukan serta siulan, segera memenuhi ruang tengah Ida.

    “More!!! More!!! More!!!”

    Teriakan itu terdengar jelas dan sepertinya, mereka tidak akan berhenti sebelum aku memenuhi permintaan mereka.

    “Satya, one more song?”

    Ekor mataku sempat menangkap Lukas menjadi salah satu yang meneriakkan kata itu, hingga kemudian aku mengangkat tangan kananku.

    “Let me think….”

    Aku memejamkan mataku sembari berusaha memikirkan satu lagu yang bisa aku mainkan dengan gitar di tanganku. Jemariku tiba-tiba sudah memetik kunci lagu yang selama ini, jarang aku mainkan di tempat umum, kecuali jika ada yang memintanya. Dan entah karena alasan apa, tiba-tiba aku memainkan intro lagu itu.

    Aku membuka mataku dan langsung menyanyikan salah satu lagu klasik yang sudah berkali-kali direkam oleh banyak penyanyi.

    Stars shining bright above you, night breezes seem to whisper, “I love you”
    Birds singing in the sycamore tree, “Dream a little dream of me”
    Say “Nighty-night” and kiss me, just hold me tight and tell me you’ll miss me
    While I’m alone and blue as can be, dream a little dream of me

    Aku hanya membiarkan mulutku melantunkan bait demi bait Dream A Little Dream Of Me, sementara di saat yang bersamaan, akujuga berusaha untuk tidak memusatkan pandanganku kepada Lukas, seperti ketika aku menyanyikan Falling Slowly.

    Senyum lebarku terpasang begitu tanganku memetik nada terakhir lagu itu sebelum mengakhiri lagu dan mengucapkan terima kasih. Tepuk tangan segera mengisi rumah Ida dan meskipun mereka memintaku menyanyikan satu lagi, aku dengan sopan menolaknya. Aku segera bangkit dari tempatku duduk dan berjalan menuju ke salah satu meja, membiarkan segelas air putih membasahi tenggorokanku. Entah kenapa, aku merasa begitu haus. Aku tahu, ini bukan karena aku habis menyanyikan dua lagu. Ada sebab lain.

    “That was great, Satya! Now, I know the reason why you don’t drink alcohol.”

    Aku melihat Lukas sudah berdiri disampingku dan aku hanya bisa tersenyum. Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan untuk menutupi degup jantungku yang berdetak begitu cepat.

    “Thank you.”

    “I’d love to listen again to your singing.”

    “Kamu bisa dateng ke café tempat aku biasa nyanyi. Rena tahu tempatnya.”

    “I would love to!!!”

    “Eh, Lukas, lo keberatan nggak kalau kita balik sekarang? Kayaknya mendungnya gelap banget.”

    Aku memandang Rena dengan tatapan penuh tanda tanya, mendengarnya mengucapkan kalimat itu, namun sepertinya Rena mengabaikannya.

    “Kamu bareng Lukas?”

    Rena mengangguk. “Kosan gue sama dia kan deket, jadi sekalian aja tadi. Gue balik dulu ya Sat? Ntar gue sms lo deh.”

    “Ok,” jawabku ketika Rena mencium pipi kiriku singkat.

    “See you soon, Satya!”

    Aku hanya mengangguk sementara Rena dan Lukas mulai berjalan menjauhiku dan menghampiri Ida dan beberapa orang lain untuk pamit. Tatapan bingung masih memenuhiku sekalipun ketika sosok mereka menghilang dari pandanganku.

    “Itu cowok baru Rena ya? Kok gue curiga mereka ada apa-apa deh.”

    Suara Laras, yang terkenal sebagai clubber sejati diantara komunitas kami, segera membuatku mengalihkan pandanganku ke arahnya.

    “Aku nggak tahu. Mungkin aja.”

    Sekalipun aku tahu, kalau mereka punya hubungan khusus, aku jadi orang pertama yang tahu dari Rena. But this time, I’m not so sure.
  • hurayy!
    moga ga menyayat hati lagi.. :-S
  • huaa absen dulu . *baca kemudian* muahahha
  • @abiyasha kok ga diupload di gif? Udah meninggalkan gif kah? Ga ada cerita baru nih di gif. Please upload ke gif juga
  • thanks buat mention-nya bli @abiyasha.
    semoga slow-nya gak slow pake banget. tapi pasti tetep bakal bagus, dan masih ya settingnya di bali. hehhhe. ditunggu update berikutnya, bli!
  • Aduh @abiyasha............. ƍäª akan pernah bosen n ƍäª pernah ngerasa terganggu buat baca sepanjang apapun ceritanye, pa lagi genre yg di angkat dewasa в⌣ªª⌣ñƍεt't'.
    Part 1 ni masih berasa nyaman so di lanjut je (>̴̴̴̴̴͡.̮Ơ̴͡)keeee ;)
  • masih nerka2 jalan ceritnya . jd skip cuap2 dolo ;)
  • masih sama bule ya mas...Travelller yg berjiwa bebas kayaknya jadi warna baru nih
  • om bli @abiyasha is back! hehe. thank you for mention nya. semoga cerita bener2 bagus kyak best man dan klb. wish best for this new story :)
  • Wuiih dapet mention ada cerita baruuu \(^_^)/
    Masih part awal belum bisa nebak nebak nih kelanjutannya tapi yg jelas Satya timbul benih benih cinta euy, semoga kali ini ga sad ending. hahaaa =))
  • edited June 2013
    semoga yg ini ga bikin reader bercucuran airmata yah :)

    oia, selamat hari spesial yah om @abiyasha :) (ga dijelasin spesialnya kenapa sii, jd ya gitu aja :)) )
  • HORE ABI BIKIN CERITA BARU ! ! *tabokkanankiripipiabi*

    nb :
    if u dare to make a SAD, BAD, or even WORST ENDING. I Swear that i will make your life full of HORROR ! ! CAMKAN ! !
  • melongo + tandain dulu
  • aku aku komen
    uh uh bang
    #semangat membara
Sign In or Register to comment.