It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
BTW konfliknya masih lama ya?
cinta bikin egois..
jd saya dukung rena. hihi....
berpura2 jatuh cinta lebih mudah daripada pura2 ga cinta. pesan dari part ini. hehehe.
From: Carla - ([email protected])
Sent: Wednesday, May 4, 2011 5: 56 PM
To: Rena - ([email protected])
Rena darling,
Kamu seriusan dengan apa yang kamu ceritain? Bahkan, pas bales email kamu ini, aku masih nggak percaya kalau kamu cerita itu semua. Boleh tahu sejak kapan kamu bohong tentang ini semua ke Satya ataupun Lukas?
Aku nggak nyalahin kamu, darling, you know that. Rasa suka itu kan memang nggak bisa dihindari dan rasa cemburu itu, konon, sangat manusiawi. Jadi, aku nggak nyalahin kamu buat apa yang kamu rasain ke Lukas. How handsome this Lukas is? Aku tahu, kamu nggak akan pernah bisa jatuh cinta sama cowok yang super ganteng atau standar. Don't tell me he looks like Sean O'Pry or I'm gonna chase after him too
Kidding.
Tapi, aku juga bingung dengan alasan kenapa kamu harus bohong ke Lukas dan Satya. Apakah mereka masih closeted gay? Aku ingat kamu pernah cerita ke aku tentang Satya dan meskipun menurut cerita kamu, dia nggak cerita ke siapapun tentang orientasi dia selain ke kamu, bukan berarti dia masih seperti itu kan? Tentang Lukas, tell me more about him.
Bukannya aku mau kasih ceramah ya Rena darling, tapi, kamu tahu, yang namanya suka itu nggak bisa ditebak kapan datangnya, nggak bisa dipaksa juga kapan perginya. Jadi, kalaupun kamu bohong sama mereka berdua, jangan yakin dulu ya kalau apa yang mereka sama-sama rasain, akan hilang. Apalagi kalau mereka masih sering hang out. Human can do the most unbelievable things, darling. Terlebih lagi, ini berhubungan dengan hati, yang kamu nggak akan pernah tahu. Jadi, kalaupun kamu nggak mau cerita ke mereka tentang kebohongan kamu, then don't, tapi, kamu juga harus ingat ya Rena darling, kalau perasaan itu bukan barang yang bisa dipindah dengan mudah.
Kalau memang Lukas bulan depan sudah pulang ke Jerman, then don't say anything or do stupid things ya darling? Anggap aja kamu nggak bohong apapun ke Lukas. Enjoy your time with him. Mungkin, dengan itu, nanti hilang perasaan bersalah yang kamu bilang ke aku. Time heals wound, right? Aku percaya, dalam kasus kamu, time will heal your guilty feeling too. Don't be too harsh on yourself darling, apa yang kamu alami sekarang, bukan sesuatu yang aneh dan langka. You stand up for your own feeling and being selfish about that, and I tell you Rena darling, that is extremely fine. And you're not an antagonist, darling.
Anyway, kamu mau nitip sesuatu? Next week aku ada business trip ke Hongkong. Another Hermes bag? or maybe a pair of Manolo's stilettos? Just let me know ya darling.
In the meantime, nggak usah terlalu kamu pikirin masalah Lukas dan Satya ini. Things will be fine for you.
Kiss,
Carla
--- On Thu, 4/28/113, Rena - <[email protected]> wrote:
From: [email protected]
To: [email protected]
Subject: RAMBLING
Date: Thu, 28 April 2011 21:43:58 +0700
Darling Carla,
Rasa2nya, gue memang harus cerita ke lo tentang apa yang lagi gue alamin sekarang. Not that I’m in trouble atau gimana, cuman, gue ngerasa, gue wajib, musti, harus, cerita ke lo. I have no one else to talk to or dalam kasus ini, gue malah belum cerita ke siapapun. You’re gonna be the first and the only one. Gue tahu, cuman lo yang bisa gue ceritain tentang ini.
Gue lagi jatuh cinta sama cowok terlarang, La. Cowok terlarang yang gue maksud, bukan cowok yang udah nikah atau duda beranak empat (amit-amit!!!!), bukan pula cowok Prancis (lo masih inget kan kasus gue sama Julien?) but cowok ini gay. Like, really gay. 100 % gay. Lo boleh ketawa (gue udah bisa bayangin kalau lo bakal ketawa ngakak baca kalimat gue) tapi bukan itu yang mau gue ceritain ke lo. Kalau gue sekedar suka sama ini cowok dan ternyata dia gay, gue masih bisa terima. Tapi, ini cowok bukan cuma sekedar gay dan gue suka sama dia. Lukas ini training di hotel gue, jadi bisa dibilang, gue ketemu dia hampir tiap hari. Dan dia percaya penuh sama gue. Si Lukas ini jatuh cinta sama Satya (lo tahu Satya kan?) and vice versa. Harusnya, sebagai sahabat Satya, gue bantu mereka gimana supaya bisa jadian kan? Toh, mereka sama2 suka ini.
Tapi, lo tahu apa yag gue lakuin? Lo mungkin nggak bakal percaya kalau lo baca dan ini yang gue belum cerita ke siapapun. Gue bisa jadi gila kalau terus nyimpen ini sendirian.
Gue bohong sama mereka berdua, La. Gue bilang ke Lukas kalau Satya cowok straight sementara ke Satya, gue bilang kalau Lukas punya cewek di Jerman. I lied, Carla. To my best friend! Just because I’m in love with Lukas!
Gue nggak tahu kenapa gue ngelakuin ini. Gue rasa karena gue nggak rela kalau Lukas jadian sama Satya. Gue tahu, alasan gue ini super dangkal dan silly banget, tapi, gue, seorang Rena, cemburu sama cowok gay yang suka sama sahabat baik gue dan berani bohong. Just for the sake of jealousy. Gue cemburu, La!
Gue masih sering hang out sama mereka, dan entah lo percaya atau nggak, gue kadang ngerasa bersalah kalau denger Lukas atau Satya cerita tentang perasaan mereka. Gue jadi orang jahat banget kan La? Sekarang sih cerita mereka udah nggak sesering dulu. I guess, mereka capek juga denger ceramah dari gue dan mutusin buat keep it for themselves, jadi, gue juga nggak tahu gimana perasaan mereka sekarang. Tapi, gue kenal Satya dan dari sisi dia, paling nggak, gue bisa simpulin kalau dia masih nyimpen perasaan itu sama Lukas. Lukas lebih susah ditebak. Gue lebih sering nggak bisa baca dia. So, I really don't know how his feeling right now. Karena gue juga nggak mau nanya dan mancing pertanyaan tentang Satya.
Gue sadar, kalau one day Lukas atau Satya tahu tentang kebohongan gue ini, hubungan gue bakal berubah. Satya masih mungkin buat maafin gue, tapi Lukas? Gue belum siap kalau gue harus kehilangan dia, apalagi bulan depan, dia udah balik ke Jerman. Sekalipun sekarang, gue cuman bisa nyimpen perasaan gue dan jadi sahabat doang buat dia. Tapi, gue pengen jadi orang yang egois, La. Gue jatuh cinta sama Lukas. Kalau gue nggak bisa dapetin Lukas sekalipun alasannya jelas dan gue tahu gue being super silly, gue juga nggak mau Satya dapetin Lukas, even though Satya itu sahabat gue and he trusts me.
Tell me your opinion, darling. Gue tunggu.
RENA
***
Gue cuman bisa mandangin layar laptop gue tanpa ada niat buat ngebales email Carla. Gue harap, apa yang dia bilang itu bener. Bahwa apa yang gue lakuin ini normal. Gue rasa, gue bukan orang pertama dan bakal jadi yang terakhir yang pernah ngelakuin ini kan? Carla bener kalau gue cuman being selfish for what I feel for Lukas. Dan nggak ada yang bisa bilang kalau gue salah for doing that.
“Rena?”
Pintu kamar kos gue memang sengaja nggak gue tutup karena Lukas mau kesini. Jadi, pas gue denger nama gue dipanggil, gue langsung tahu kalau itu Lukas.
“Masuk aja Lukas.”
And here he is. Di kamar gue, pakai t-shirt biru langit yang bikin matanya jadi makin keliatan biru dan celana pendek. And his megawatt smile. Damn! Gue beneran nggak bisa napas buat beberapa detik. Call me shallow atau kata apapun yang bisa lo temuin, and you will find that I won’t give a shit at all.
“Rena, are you okay? You look kinda pale.”
Gue cuman gelengin kepala gue. “I’m totally fine. Kita berangkat sekarang?”
“Sure!”
“Ya udah, gue ganti baju dulu ya?”
“Can I stay?”
Gue tahu Lukas cuman bercanda. Cengiran dia itu dan fakta bahwa, kalaupun gue telanjang di depan dia nggak bakal bikin dia berubah jadi straight, bikin gue ketawa. It’s not his first, joking about seeing me changing my clothes, tapi, tetep bikin gue ketawa.
“Your wish!”
Begitu Lukas keluar dan gue nutup pintu, gue inget lagi kalimat Carla : You stand up for your own feeling and being selfish about that, and I tell you Rena darling, that is extremely fine.
“I will be fine and this thing won’t bother me anymore.”
Cuman itu yang harus gue bilang terus ke diri gue sendiri. I will be fine….
May 17th 2011….
Gue masih belum bisa ngelupain surprise yang gue dapet dari Lukas pagi tadi. I mean, where did he get the idea from? Gue juga nggak nyangka kalau Satya bakal ikut-ikutan. Selama ini, gue selalu bisa nebak surprise apa yang bakal dikasih Satya. Tapi buat ulang tahun gue kali ini, gue bener-bener nggak nyangka kalau dia bakal ngasih ini sama Lukas. I’m happy. Gue setengah mati berusaha buat nggak mikirin apapun selain ulang tahun gue and how I would like to spend my day. Gue mau seneng-seneng and be happy. Gue nggak mau khawatirin hal-hal yang bisa gue khawatirin lain waktu. Today is about me enjoying my day.
Seperti biasa, gue nyewa vila buat gue tinggalin selama dua hari sekaligus bikin party. Bukan yang penuh dengan musik ala Sky Garden ya? Gue tahu diri juga. Just invite some good friends for dinner. Dan tahun ini, gue cuman ngundang 15 orang yang memang gue pengen undang. And to my surprise, Carla dateng ke Bali, straight from Singapore for me. Gue bisa bilang kalau ulang tahun gue tahun ini, a kind of special one.
Beberapa orang pada berendam di kolam renang karena jujur, cuaca malam ini panas banget, beberapa lagi cuman ngobrol. Sementara gue cuman duduk di bar sambil ngeliatin tamu-tamu gue. Lukas sama Satya lagi ngobrol seru sama Ida dan Laras, entah ngobrolin apa. Kalau dari ngeliat body language mereka, kayaknya topiknya serius.
“Kamu lagi nggak mikir yang aneh-aneh kan Rena darling?”
Cuman Carla yang manggil gue dengan sebutan itu, so, I didn’t have to turn my head from the guy who drives me crazy. Gue tahu, gue nggak akan kemana-mana tentang perasaan gue ke Lukas. Kalau bisa, gue pasti udah nyari cowok lain buat pelampiasan. But, I can’t. At least, while he’s still in Bali.
“Gue berusaha buat nggak mikirin itu, La. But, don’t you see? They look adorable to…”
“Stop it, Rena darling!”
Kali ini, mau nggak mau, gue musti natap Carla, yang sepertinya berusaha jadi dark angel buat gue.
“You’re in love. Itu yang penting. Enjoy that feeling of being in love. Masalah sama siapa, salah atau nggak, dosa atau nggak, forget it, darling. Jangan mengasihani diri kamu sendiri hanya karena kamu lihat mereka berdua. Ini bukan pertama kali kamu lihat mereka berdua dan kali ini, nggak ada bedanya sama yang kemarin-kemarin. Stop doing that, Rena darling. Aku nggak suka kamu jadi cewek menye-menye begitu. You’re a tough girl, even when you’re in love.”
Gue cuman bisa nelen ludah denger kalimat Carla. She’s right. Selama ini, gue nggak pernah jadi cewek yang dikuasai emosi sekalipun gue lagi jatuh cinta. Having countless relationships with men, bikin gue kebal sama yang namanya kebawa emosi. Gue bahkan udah lupa kapan terakhir gue jadi kayak gini. Dan kayak ngejek gue, playlist gue lagi muter Cupid-ya Amy Winehouse. Great!
“Gue kadang berharap bisa jatuh cinta sama cowok lain, La. Not him, so, I don’t have to keep this lie.”
“Stop that nonsense, Rena darling. It’s your birthday and I’m here not to hear your whining or your guilty confession. I’ve had enough of that.”
Mau nggak mau, gue senyum juga denger kalimat Carla. Somehow, se-lady apapun temen gue itu, Carla selalu bisa bikin gue balik jadi diri gue sendiri. She never blamed me for things that I should’ve blamed. Dia selalu bisa liat things from different sides.
Lukas tiba-tiba bangkit dari duduknya dan dia tiba-tiba jalan ke arah gue dan Carla. In a brief moment, gue sama Carla cuman bisa saling pandang.
“Hey, birthday girl, what are you doing here? Sitting pretty?”
Gue cuman ketawa. Malam ini Lukas pakai Polo shirt dan celana pendek kargo. Damn! Sejak kapan gue ngurusin cara berpakaian Lukas? Even if he wears nothing, gue bakal tetep jatuh cinta sama dia. Hell! Mental image gue, please stop playing a naked Lukas right now! I demand you!
“Kalian ngobrolin apa sih? Serius banget keliatannya.”
Lukas ngambil satu lagi botol bir di belakang gue, karena gue memang lagi nyandarin lengan gue ke bar counter.
“Oh, Ida told us about her plan to do beach cleaning. Like, regular beach cleaning. Jadi, pantai di Bali selalu bersih. Masih mencari pantai yang mana karena terlalu banyak pantai di Bali,” ucap Lukas sambil tersenyum.
“I think that’s a terrific idea,” sambut Carla.
Gue cuman ngangguk. “Lukas, thank you again for the surprise this morning.”
Tiba-tiba, Lukas keliatan kayak gue udah buka kartu AS dia. His facial expression is priceless! Gue selalu ketawa tiap kali liat Lukas tersipu kayak gitu. Dan sekarang, gue punya alasan buat bikin dia tersipu.
“Rena, please don’t bring that up again. Kamu tahu aku pasti malu kalau ingat tadi pagi.”
“What did you do, Lukas?” tanya Carla.
Gue memang belum cerita ke Carla tentang surprise yang dikasih Lukas sama Satya pagi tadi. Jadi, gue mandang Lukas dengan senyum yang sengaja gue tahan. Beneran nggak kuat buat cerita ke banyak orang tentang apa yang Lukas lakuin pagi ini.
“Mau gue atau lo yang cerita?” tanya gue ke Lukas yang dijawab sama senyuman doang sambil nutupin mukanya pakai tangan.
“I shouldn’t have agreed with Satya’s idea.”
Gue langsung mandang Carla. “Jadi, pagi ini, pagi banget sekitar jam 6 an, gue denger suara orang main gitar dan nyanyi di depan pintu kamar kosan gue. Gue pikir, siapa sih nih pagi-pagi ribut di depan kamar gue. Lo tahu gue paling nggak suka dibangungin pagi-pagi tanpa alasan yang jelas. Jadi, gue bangun, dengan mood yang udah jelek, ngebuka pintu kamar gue and there they were.”
Gue sebenernya udah nggak tahan buat nggak ketawa tapi bagian yang bakal gue inget terus, belum gue ceritain ke Carla.
“Can you skip that part, Rena?”
Muka Lukas udah merah tapi gue tetep semangat ngasih cerita ke Carla.
“Pas gue buka pintu, Lukas sama Satya udah di depan pintu kamar gue, bawa kue sama lilin, nyanyi Happy Birthday and guess what? Mereka dandan ala Marilyn Monroe! Lengkap sama blonde wig dan white dress! Siapa yang nggak ketawa coba?”
Kami bertiga ketawa begitu gue selesai cerita. Gue nggak tahu gimana Satya bisa ngebujuk Lukas buat pakai dress dan wig. Yang gue masih belum tahu, dari mana mereka dapet ide brilian kayak gitu. Pas liat mereka, gue tahu, ini pasti idenya Satya karena Lukas, nggak akan pernah kepikiran buat bikin surprise kayak gitu.
“Rena, please keep that story for yourself, ok?”
“Did you take their picture?” tanya Carla.
“Ya iyalah. Kapan lagi gue bisa liat Lukas sama Satya pakai dress dan wig? Lukas, lo nggak usah khawatir kalau gue bakal upload ke Facebook.”
Sebenernya, lucu juga sih kalau diupload ke Facebook dan liat reaksi orang-orang yang kenal Lukas ataupun Satya, but, I want to keep that memory for myself.
“Please don’t Rena.”
Aku cuman gelengin kepala liat Lukas dengan tampang memohon kayak gitu. I love him even more.
“Eh Sat, lo juga, serius banget sih obrolan lo sama Ida sama Laras. Ini ulang tahun gue tahu, malah guenya dicuekin.”
“Mau minta apa lagi coba? Kan udah bikin kamu ketawa pagi ini.”
“We just talked about that Satya. And please, don’t mention this to anyone. You don’t want my face turns into a boiled lobster, right?”
Gue, Carla dan Satya nggak bisa nahan ketawa sementara Lukas masang tampang memelas. Party wise, ini jelas bukan jenis birthday party yang gue suka, beda dengan sebelumnya. Biasanya, gue ngajak tamu-tamu gue clubbing setelah birthday dinner. Tapi, nggak tahu kenapa, kali ini, gue lebih pengen stay di vila. Ironis nggak sih kalau di hari biasa kadang gue pengen banget clubbing sementara di ulang tahun gue, malah gue pengen stay di vila?
“Any plan after this?” tanya Lukas.begitu bir di tangannya abis.
“Gue nggak pengen kemana-mana. Nungguin anak-anak pulang aja. Lagian, besok pada harus kerja kan? Jadi, gue rasa, kalaupun gue bayarin ke Hu’u atau ke The Stones, paling pada milih pulang.”
Lukas cuman ngangguk, sementara Satya ngeliatin gue heran.
“Kamu serius, Rena? Nggak biasanya kamu absen clubbing di hari ulang tahun kamu.”
“She’s getting older, Satya, makanya absen dulu clubbingnya,” jawab Carla asal.
Gue denger suara ponsel berdering dan pas tahu itu ponsel Carla, with her lady manner, excuse herself dan menjauh dari gue, Satya dan Lukas.
“Rena, gue kesana dulu ya? Ada penggemar kayaknya.”
Gue cuma gelengin kepala gue ngeliat Satya yang tiba-tiba lari-lari kecil ke arah Laras yang manggil dia dari kolam renang. So, here I am with Lukas.
Gue nepuk kursi di samping gue dan minta Lukas buat duduk. “Are you enjoying the party?”
Lukas ngangguk. “You really know how to throw a party, Rena. Maybe you should start your own event organizer.”
Gue cuman ketawa. “Noted.”
Gue ngelirik Lukas yang masih megang birnya dan mandang ke kolam renang. Gue jelas tahu siapa yang jadi pusat perhatian dia.
“How’s your feeling?”
Sebenernya, gue tabu banget nanyain itu ke Lukas. Gue berusaha nggak nyiksa diri gue sendiri dengerin Lukas ngomongin tentang perasaannya ke Satya kalau gue tanya kayak gitu. Tapi, gue juga nggak bisa nahan rasa penasaran gue. I’ve been wondering all these times. Email Carla masih gue inget banget dan kadang, gue kepikiran kalau dia bener tentang satu hal. Gue nggak bakal bisa maksain Lukas buat ngelupain Satya atau sebaliknya karena gue nggak punya hak buat itu. Tepatnya, gue nggak bisa ngelakuin sesuatu yang memang jadi hak mereka. Cuman, gue juga nggak mau terima gitu aja. Selama Lukas masih disini, gue bakal berusaha supaya dia bisa jaga jarak sama Satya. Heart-wise.
“Still the same, I guess?” jawaban Lukas, yang lebih ke pernyataan itu, bikin gue cuman bisa nelen ludah.
Gue mandang dia. “Can you find someone else? Maksud gue, nyoba buat ngalihin perasaan lo ke orang lain. It usually helps.”
Lukas cuman kasih gue senyum tipis. “I wish I could do that, Rena. Aku mungkin bisa saja melampiasakannya kepada orang lain, tapi, itu sama halnya aku berbohong sama diriku sendiri. Lagipula, waktuku disini tinggal satu bulan. All I need to do is just trying not to think about my feeling too often. Once I get back to Germany, it will be easier.”
Gue ngangguk, setuju sama omongan Lukas. It will be easier too for me, too, Lukas.
“Lo udah beli tiket balik?”
Lukas ngangguk. “June 29th. My flight will be around 4 PM”
“June 29th?” tanya gue lagi, berharap gue salah denger.
Lukas mandang gue kaget. “You look surprised, Rena. Memang ada apa tanggal 29 Juni?”
Gue ngeliat kalender yang kebetulan ada di meja ba di deket gue. “It’s Wednesday.”
Lukas cuma ketawa. “Yang artinya?”
“Gue nggak bisa nganter lo ke airport.”
“That’s okay, Rena.”
And it’s also Satya’s birthday. Tapi, gue nggak bilang itu ke Lukas karena gue nggak mau Lukas jadi excited dan ngerusak ulang tahun gue. I’ll tell him later.
“Lukas?”
Lukas mandang gue dan again, gave me his megawatt smile. “Yes?”
Gue pengen banget bilang kalau gue suka dia, just for the sake of letting him know what I’m feeling.
“Thanks for coming to my birthday.”
“You know I would, Rena. So, keep it for yourself.”
Gue cuman bisa ngangguk. Damn! Kenapa sih gue ini? Kebawa situasi mellow dari mana? Gue nggak boleh ceroboh sampai Lukas balik ke Jerman. Just a month, Rena, and everything will be much much easier.
Sementara itu, gue merhatiin Lukas yang sepertinya nggak capek mandangin Satya. Gue jadi pengen tahu apa yang dipikirin Lukas sekarang dan apakah gue bakal bisa terima kalau gue tahu.
Kenapa jatuh cinta bisa jadi serumit ini sih?
Aku posting dua chapter karena kemungkinan minggu depan postingnya bakal agak telat,jadi biar nggak dikomplain, sekalian dua aja Jujur, beberapa minggu belakangan memang nggak terlalu diurusin cerita ini meski stoknya masih ada 4 chapter lg yg udah bisa diposting Sabar ya?
@hwankyung69 : Nggak tahu terinspirasi dari siapa, hahaha. Belakangan ini bacaanku bervariasi, nggak dari satu pengarang aja. Cuma, pas nulis part sebelumnya kayaknya pas lagi baca The Secret Scripture-nya Sebastian Barry yang mostly memang narasi Kalau yang email2 ini ini, pas baca The Guernsey Literary and Potato Peel Pie Society dan lagi pengen bikin chapter yg epistolary
@bebong : semoga happy ending ya?
@tyo_ary : Hahahaha, ini udah dimention kan?
@Adam08 : malah jadi pengen nulis historical fiction based on that article loh, hhehehe. Tapi ntar dulu lah. Kapasitaskuu belum mumpuni buat nulis historical fiction
@caetsith : Untungnya bukan anak tiri yang tertindas oleh Ibu tiri ya? hihihihi
@Klanting801 : Hahahaha. Ya namanya juga cerita, harus bikin yg baca geregetan dong
@tialawliet : Kamu sadis juga ya ternyata? hahaha
@masdabudd : Ditunggu aja
@shuda2001 : Maaf ya? Aku masih sering lupa mention yang dulu2. Mentionnya yg terakhir komen2 aja. Kebiasaan
@arieat : Thank you!!
@Emtidi : Hahahaha, nanti juga kejawab kok kenapa pake bulan2 dan tahun gitu.
@RifqiAdiNagoro : Hahahaha. Ini udah ditelantarin lama gara2 ngurusin BEST MAN nih Udah lebih dr 2 mingguan nggak disentuh ini cerita
@WinteRose : LOL, Rena memang sesuatu ya?
@adzhar : Loh, konfiknya kan ini. Satya sama Lukas sama2 suka tapi nggak tahu gara2 Rena. ya itu konfliknya Kamu berharap konflik yang gimana?
@DiFer : geregetan ya? hahahaha
@kiki_h_n : Hahahaha. Sama2 susah ah
@iboobb7 : You're welcome
@fenan_d : Aduh, kalimatmu itu, pakai terbakar segala, hahahaha. Asal jangan hangus duluan ya? Belum kelar nih ceritanya
@adam25 : Ini udah dimention kan?
@jakasembung : Flat ya? Semoga part2 selanjutnya lebih dapet gregetnya Will try my best
Colek2 yang lain, semoga berkenan
@DM_0607 @totalfreak @rarasipau @Andhi90 @DarrenHat @Adra_84 @the_angel_of_hell @obay @sky_borriello @yuzz @chaliszz @Emtidi @raroma @bponkh @bowamz @kyiskoiwai @yubdi @Zhar12 @tama_putra @zackattack @alvian_reimond @dark_realm @Venussalacca