It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
oke deh langsung aku post aja ya lanjutannya..
"Oh, jam berapa ini?"
"Jam 5 sore, Kenny."
"Sial. Aku tidur terlalu lama."
"Tenanglah. Kau memang butuh banyak istirahat."
"Tapi aku harus pulang."
"Kau yakin kau akan pulang dengan kondisi seperti ini?"
"Aku punya banyak alasan."
"Kau bisa menginap di sini semalam."
"Tak perlu Leroy. Aku tak mau merepotkanmu lebih banyak. Kau sudah terlalu baik padaku."
"Ayolah Kenny. Aku tak merasa direpotkan. Anggap saja ini sebagai balas budiku."
"Orang tuaku pasti mengkhawatirkanku."
"Kau bilang kau punya banyak alasan. Kau bisa bilang menginap di rumah teman kan?"
"Orang tuaku tahu aku tak punya teman, Leroy."
"Baiklah, baiklah. Aku akan mengantarkanmu pulang."
"Aku bisa pulang sendiri kok."
"Mengalahlah untukku kali ini Kenny. Aku tak mungkin membiarkanmu pulang sendiri."
"Baiklah, aku mengalah."
Leroy tersenyum.
"Trims."
"Lekas antar aku pulang."
"Baik Nona Kitty. Apa pun."
"Jangan memulai, Lery."
"Hahaha. Ampun Nona!"
"Diam!"
“Kau bisa galak juga rupanya.”
"Di mana ibumu Leroy? Dia belum pulang juga?"
"Sudah kubilang, dia sibuk bekerja dan berpacaran. Aku sudah terbiasa mengurusi semua sendiri."
"Aku tak menyangka kau anak yang mandiri."
"Jangan kau sangka anak berandalan tak bisa apa-apa."
"Hahah. Aku juga tak menyangka kau bisa melucu."
"Melucu? Apakah daritadi semua omonganku kau anggap lelucon?"
"Well, hampir."
"Sialan."
"Hahaha jangan tersinggung ya, Tuan Lery Hamsworth."
"Tentu saja tidak, Nona Kitty Anderson."
"Sekali lagi kau memanggilku itu, aku jatuhkan kau dari motor."
"Silakan saja. Aku jatuh, kau pun terjatuh. Adil kan? Kita sama-sama terluka. Hahaha."
"Haha aku sudah kebal dengan luka."
"Hmmh. Kau mengingatkanku akan teman-temanku. Hindari mereka sebisa mungkin, Kenny. Mereka sangat brengsek dan bengis. Mereka belum puas kalau korbannya belum babak belur."
"Yeah, aku salah satunya."
"Aku tentu melindungimu kalau aku ada di dekat kalian. Tapi bisa saja kau bertemu mereka tanpa aku."
"Mereka akan melihat perubahan sikapmu, Leroy. Kau tak perlu terlalu memihakku."
"Well, mereka sudah melihatnya. Setelah aku pikir-pikir, aku telah muak dengan mereka. Mereka hanya membawa keburukan dalam hidupku."
"Aku takut mereka malah akan menyerangmu, Leroy."
"Ha ha, coba saja kalau berani. Jumlah mereka tak sebanding dengan aku seorang diri. Lagi pula, mereka pasti takut denganku. Lihat bagaimana mereka pergi sewaktu aku berteriak di depan muka mereka. Kau harus melihat muka mereka."
"Jangan terlalu sombong dan sok kuat.”
“Hahaha. Bukan bermaksud begitu. Tapi begitulah kenyataannya.”
“Aku percaya denganmu."
"Maka dari itu, panggilah aku kalau kau butuh bantuan."
"Siap kapten!"
"Oke, kita sudah sampai di gang yang kau maksudkan. Sekarang di mana rumahmu?"
"Setelah belokan itu, rumahku akan tampak di barisan ketiga."
"Berpeganganlah, kita siap meluncur!"
"Aku tak mau memelukmu!"
"Terserah kau! Berdoalah semoga kau tidak terjatuh."
Ibu Anderson menyambut kedatangan mereka dan sangat terkejut akan hadirnya Leroy. Ia terkejut karena Leroy adalah satu-satunya teman Kenny yang pernah dibawanya ke rumah. Karena akhirnya anaknya memiliki teman.
Leroy disambut dengan hangat oleh anggota keluarga Anderson yang lain. Ibu Anderson sampai repot-repot menyiapkan ini itu untuknya. Maskipun Leroy bersusah payah menolak, ia tetap dijamu dan diberikan banyak makanan.
"Ehm, permisi Bu, kurasa ini sudah malam. Aku lebih baik pamit pulang."
"Oh, menginaplah di sini sehari saja, Nak. Kau bisa tidur di kamar tamu atau di kamar Kenny. Apa pun yang kau butuhkan tersedia."
"Aku tidak mau merepotkan, Bu Anderson."
"Tentu saja tidak, Nak. Kau sudah berlaku baik pada anakku. Biarkan kami membalasnya."
"Tak perlu berlebihan, Bu."
"Sudahlah sayang.
Kenny, siapkan kamarmu ya, Nak. Mungkin lebih baik Hamsworth akan tidur di kamarmu saja."
"Baik Ma."
"Kuberi tahu, Leroy, ibuku tak bisa dibantah."
"Aku tahu itu."
"Haha. Dia memang selalu begitu memperlakukan setiap tamu yang datang."
"Ibumu memang orang yang baik dan enerjik. Dia cantik sepertimu."
"Hey, kau meledekku?"
"Tidak. Aku berkata ju-, Hey! Kurasa kau tak perlu memerahkan mukamu begitu."
"Aku tidak... Kau selalu mengusiliku Leroy!"
"Tingkahmu memang lucu Kenny. Kau harus tahu itu."
"Tingkahmu menyebalkan Leroy. Kau mustinya tahu itu."
"Hahaha. Well, kupikir kita baru beberapa jam berteman. Tapi aku merasa kita sudah berteman cukup bahkan sangat lama. Maksudku, teman dekat atau semacamnya."
"Memangnya aku temanmu? Temanmu kan cowok-cowok berbadan besar menakutkan dan suka menghajar orang."
"Kalau begitu, berarti kau tidak bijak membiarkan orang asing tidur dalam kamarmu bersamamu, Kenny."
"Baiklah, baiklah. Aku bercanda. Selera humormu rendah. Huh."
"Hahaha kau pikir aku serius? Kau yang kurang pandai memainkan humor."
"Baiklah temanku, Leroy Hamsworth. Kau selalu menang."
Leroy mengacak-acak rambut Kenny. Ia biasanya main tinju bila sedang bercanda dengan teman-temannya tapi ia sadar ia tidak mungkin melakukan itu pada Kenny.
Leroy menyapukan pandangannya ke seluruh ruang kamar Kenny. Kamarnya tertata rapi dan bersih. Sangat bertolak belakang dengan kamarnya yang berantakan seperti kapal pecah.
"Oh, bonekamu."
Leroy beranjak dari kasur mendekat ke meja.
"Jangan sentuh! Aku tak mau kita bermain tarik menarik lagi."
Leroy memutar bola matanya.
"Aku bukan lagi bocah nakal delapan tahun."
Leroy mengambil Karen. Ia mengamati dalam-dalam boneka itu. Ia lalu menyentuh bekas jahitan di lehernya. Karena ulahnya boneka itu bisa begini.
Leroy mematung. Pikirannya kembali ke delapan tahun yang lampau.
"Billy. Kurasa aku telah menyakitinya."
"Itu salahmu, Leroy. Aku pikir kau sudah kelewatan. Ia sangat menyayangi bonekanya."
"Demi Tuhan aku tak berniat menghancurkan bonekanya."
"Sudahlah. Lagi pula tujuanmu sudah tercapai. Dia menangis kawan! Apalagi?"
Leroy masih memandangi Kenny yang terduduk menangis memegang bonekanya yang rusak. Beberapa anak perempuan mendatanginya dan menenangkannya.
"Maaf Kenny...." Katanya dalam hati.
"Setelah kejadian itu, kau menghilang dan tak pernah kembali. Kau pergi ke mana? Apakah itu karenaku?"
Leroy membuka kaosnya dan menghempaskan badannya ke kasur Kenny dan ia berada di sampingnya.
"Ah yang benar saja. Mana mungkin hanya gara-gara kau memutuskan kepala Karen lantas aku pindah sekolah."
"Lalu??"
Kepala Leroy ditelengkan menghadap Kenny.
"Ayahku dipindahtugaskan ke luar kota. Kakakku yang pertama tetap tinggal di sini sedangkan aku dan yang lain harus ikut pindah. Ibuku sudah menyiapkan surat-surat kepindahanku sejak lama, namun aku baru benar-benar pindah pada hari itu."
Kepala Leroy kembali menghadap langit-langit.
"Oh. Aku pikir semua gara-garaku. Kau tahu Kenny, aku menjadi anak pemurung semenjak kau tak ada."
"Sungguh?? Bagaimana bisa seorang anak nakal yang suka menangisi temannya tiba-tiba berubah menjadi pemurung hanya gara-gara ia berhasil menangisi seorang banci pembawa boneka??"
"Hentikan Kenny, itu tidak lucu."
"Oh, maaf."
"Aku juga tak mengerti. Saat itu, aku baru pertama kali merasakan yang namanya menyesal dan rasa bersalah. Perasaan itu muncul begitu saja. Aku tak tega saat melihatmu menangis meratapi bonekamu.
Sejak saat itu, aku lebih banyak diam dan tak berniat lagi menangisi siapa pun. Bu Mathilda heran akan perubahan sikapku. Tapi ia bersyukur. Haha."
"Kau bisa melankolis juga Leroy. Akan tetapi itu berarti aku sudah menyelamatkan jiwa-jiwa anak tertindas dan memberikan kedamaian satu sekolah, benar kan?"
"Kau merusak suasana, Kenny. Hahah, tapi kau benar.
Aku merasa kehilangan waktu itu. Karena, kau satu-satunya anak yang baik padaku."
"Tentu saja hanya aku yang baik padamu. Mana ada yang mau bersikap baik pada anak brengsek yang suka mengolok orang lain."
"Lalu, mengapa kau baik padaku? Kau tak ikhlas?"
"Jangan bodoh, Leroy. Tentu saja aku ikhlas. Aku kan memang baik pada semua orang. Kau tau itu."
"Kupikir orang baik takkan menyombongkan diri bahwa dia baik."
"Hahaha terserah kau, Lery.
Hebatnya diriku bisa merubah orang seperti kau ya. Tapi mengapa saat SMA kau kembali nakal?"
"Karena aku mulai melupakanmu. Hahaha. Omong-omong, mengapa kau tiba-tiba muncul di sekolahku?"
"Simple, karena ayahku pindah tugas kembali ke kota ini. Dan ia mendaftarkanku di sana."
"Lalu kau terus saja menontoniku sepanjang latihan setiap sore. Kau tak memiliki kegiatan lain?"
"Well, aku terkejut aku bisa melihatmu lagi. Dan permainanmu, oh kurasa kau yang terbaik."
"Trims. Sudah banyak yang berkata demikian. Kau mau lihat hasil latihanku selama ini? Lihat ini."
Leroy menekukkan sikunya dan memamerkan bisep trisepnya yang besar dan kokoh.
"Haruskah aku berteriak seperti gadis-gadis pemandu sorak itu?"
"Kalau kau mau. Hahaha. Kau bisa menyentuh ototku."
"Hentikan, dasar pamer!"
"Ayolah."
Leroy menarik paksa tangan Kenny dan meletakkannya pada otot lengannya serta membantunya membuat gerakan mengelus.
Kenny terdiam. Ia merasakan sesuatu yang lain. Jantungnya mendadak berdegup kencang. Kenny salah tingkah. Ia buru-buru menarik kembali tangannya.
"Kurasa sudah malam. Lebih baik kita tidur."
"Kau boleh tidur duluan. Aku belum mengantuk."
"Baiklah. Malam Leroy."
"Malam Kenny."
enjoy
ayo lanjut!
Btw, td sempet bingung di awal, pas mereka ngobrol di kamar. Eh ga taunya udah di motor ajah... Tapi, tapi ternyata ada pembatas garis gituh yah... Kalo baca dr hape gw tanpa log in, garis batasnya ga keliatan. Hihi payah bnget hape gue :-P *lah ngapa jadi curhat
Thx dah update ya :-D next update panjangin lagi ya :-P