maaf buat boys and guys yang mungkin eneg dengan story ini. mungkin akan banyak kendala dalam penyampaian. masih baru dalam hal tulis menulis ini.
(Sayap1)
Kau tahu..????
Ini bukan rekaan seperti yang kau pikirkan selama ini. Tapi ini adalah kisah hidupku. Mencari cinta sesaat dan mendapatkan apa yang aku mau. Boleh saja kau mengatakan aku ini bodoh. Orang brengsek dan segala macamnya. Tapi inilah aku, inilah hidupku. Kau tak mungkin bisa mengerti aku karena kau bukanlah aku dan bukan pula bagian dari hidupku. Panjang lebar aku memberi pengertian dan pada akhirnya kau hanye akan mengatakan satu kata “bulshit” karena sampai kapanpun kau takkan memahaminya karena otakku bukanlah milikmu dan otakmu bukan milikku.
Sejak saat itu aku tak pernah lagi mendengar kabar darinya. Sudah hampir tujuh tahun berlalu semenjak dia mengetahui oreantasi sex ku yang menyimpang. Aku enjoy karena inilah hidupku. Cukup sudah aku mencari jati diri dan lelah aku menyangkal keadaanku. Lebih baik aku berdamai daripada selamanya aku bersembuyi dibalik topeng kemunafkanh.
Aku takkan berlari lagi dari diriku demi siapapun dan demi apapun juga. Aku tak menampik jika bayangan sering mampir dan hinggap dikala aku seorang diri. Tapi buat apa? Aku tak ingin mengejar impian kosong dan tak berujung.
ooOoo
Angin dingin menelusup lewat tirai jedela kamarku. Aku tahu ini sudah pagi tapi aku masih ingin menikmati hangatnya selimut.
Semalam sampai jam tiga aku memeras hasrat yang terbendung selama seminggu ini. Aku tak ingin lebih lama lagi menahan siksaan yang tramat sangat.
Ingatanku kembali mengembara disudut malam yang panas.
“hai Rik” sebuah tepukan halus mendarat dipunggungku. Aku berusaha mengenali suara diantara bisingnya dentuman music live.
Aku terkesiap mamandang sosok tinggi putih yang tak jua melepaskan senyum penuh magis di wajahnya. Aku terpesona oleh pandangan yang begitu menggoda dihadapanku. Senyum yang sekian lama mampir dikepalaku. Sejak lima bulan yang lalu kami berkenalan di pesta ulang tahun Doca. Aku mencari seseorang melewati bahunya yang kokoh. Jotha mengikuti arah pandanganku.
“kau menunggu seseorang?” tukasnya setelah tak mendapatkan apa yang aku cari.
“dia kemana?” Aku mencari sosok yang biasa sama dia. Karena selama ini yang aku tahu dimana ada dia selalu ada Rendy.
“dia siapa?” Jotha balik bertanya. Aku kembali menatap wajahnya. Aku tak tahu harus ngomong apa lagi.
“ohh…, dia. Sudah tiga bulan ini kami tak bersama lagi…” Aku lihat dia mencebikkan bibirnya yang merah. Sangat serasi dengan tampangnya yang memiliki rahang yang kokoh menggambarkan siempunya wajah benar benar jantan.
“dia keluar negeri lagi?” Aku berusaha mencari Sesuatu diwajahnya. Tak munafik sejak bertatap matanya yang hitam dan tajam itu aku udah interest padanya. Tapi sayang dia sudah ada yang memiliki.
“kami tak bersama lagi. Dan dia sudah memilih menempatkan hatinya pada orang lain” bisiknya seakan berkata dengan dirinya sendiri.
“ohhh…” hanya itu yang bisa aku ucapkan.
Tatapnya seakan menerawang menrobos melewati pintu diskotik dan menembus pekatnya malam. Aku tak tahu apa yang sdang dipikirkannya. Dan aku tak inin terlalu jauh bertanya lagi. Biarlah dia bermain dengan pikirannya. Jotha tiga tahun dibawahku, tapi soal pergaulan dia sangat luas dan memiliki jam terbang tinggi. Itu yag kudengar dari teman temanku. Semenjak itupula aku berusaha menyingkirkan juh jauh peikiranku untuk mendekatuinya. Tidak juga untuk berteman dengannya. Karna aku sadar jika aku telah memiliki respek yang berlebih tak kuasa aku menolak keinginan hati yang tru dan terus mengejar asa yang ada. Jalan satu satunya adalah menghindar untuk berkontak langsung atau tidak langsung dengan Jotha. Aku tak ingin larut dalam arus pesona yang dia miliki.
“boleh aku mengajakmu kesuatu tempat malam ini…?”
“apa?”
“boleh aku mengajakmu kesuatu tempat malam ini?” menegaskan kata kata dia sebelumnya. Aku hanya diam dan memikirkan arah omongannya kemana.
Kutatap lagi wajah yang memiliki alis yang lebat turunan dari bokapnya yang dari tanah Hindustan. Belum sempat aku menjawab dia sudah menrik tanganku.
“masukkan dalam listku. Okey!” dia mencubit pipi Ryan yang jadi bartender malam itu. Aku bagaikan anak kucing yang digigit oleh induknya untuk mecari tempat yang lebih aman.
Kami menerobos angin malam. Lampu lampu jalan telah jauh kami tinggalkan. Semenjak naik ke mobilnya belumm ada satupun kata yang terucap dari ibir kami berdua. Au tak ingin memulai pembicaraan. Karena dia yang memilki tanggung jawab untuk memulai pembicaraan. Meski demikian aku tetap merasakan penasaran apa yang dia inginkan dariku saat ini. Mengingatkan kami tak pernah menjalin komunikasi secara langsung. Hanya jika ada temannya atau temanku berbicara. Itupun sangat jarang terjadi.
Lampu lampu diarea gunung Pandaan semakin terlihat jelas bagaikan kunang kunang mengitari malam yang kian lelah. Kami baru saja lewat orong malam hari yang terbebas dari kemacetan stelah semburan lumpur yang belum bisa dicarikan solusinya.
ooOoo
“Rik banguuuunnnn….” Suara cempreng berhasil merampas lelapku. Mataku terasa perih medapatkan paparan langsung dari matahari yang menerobos lewat jendela kamarku.
“pa an sih lo” sentakku dan membuang selimut yang masih melilit badanku. Bukannya takut malah dia tertawa ngakak. Aku bingung dengan sikapnya.
“diam goblok” teriakku. Lintang malah keras tertawanya.
“bi.. bik.. bikin kemah bro..” aku lari menuju jendela kamarku. Melihat aktifitas yang sering dilakukan anak anak sekolah disaaat mendapatkan jatah libur akhir semester seperti saat sekarang ini. Tak ada apapun diluar sana. Suara tawa Lintang kian menjadi jadi. Aku semakin geram dibuatnya. Lintang menunjuk kearahku.
“oh my god…” Aku cepat berlari dan memungut kembali selimut yang sepat aku lemparkan tadi. Aku tahu saat wajahku terasa terbakar mendapatkan diriku seperi ini. Aku lupa jika tak mengenakan selembar benangpun ditubuh. Sedangkan yuniorku dengan angkuhnya berdiri menantang apapun yang didepannya. Sial sial sial rutukku dalam hati. Cepat cepat aku beralih kekamar mandi.
“jangan lupa mandikan yang bersih biar dia gak nakal lagi” Teriak Lintang masih tertawa ngakak. Aku hanya dia. Jika aku menjawabnya dia akan semakin puas mentertawakanku.
Oh ya. Aku belum bercerita tentang Lintang kan?
Lintang adalah sahabatku semenjak awal kuliah. Tepatnya seminggu setelah mos. Waktu itu inagurasi dengan senior dikampus. Sifatnya yang konyol dan periang membuatku terpikat untuk mengamatinya. Dia yang selalu membantuku karena kebetulan fak yang kami ambil sama. Lintang memiliki tekstur tubuh yang hanmpir sempurna kecuali codetnya yang memanjang dibawah dagunya. Dan itu mendapatkan kesan macho. Lintang pernah satu sekolahan denganku saat SMP tapi kami tak saling mengenal karena saat aku pindah ke Surabaya di baru pindah dari Banyuwngi ke Jember. Otomatis kami hanya tahu setelah kuliah. Awalnya kami tak satu kos, namun ditahun kedua kami berinisiatip untuk tinggal berama untuk menekan biaya kos yang terlalu mahal. Tentu saja setelah kami berdua akrab. Anehnya semnjak kami berkenalan dia belum pernah mebawa pacarnya ataupun mengenalkan secara langsung padaku.
“suatu waktu kau akan kukenalkan dengannya Bro.” kalimat itu yang selalu menjadi pemungkas dari pembicaraan kami jika membahas masalah itu.
ooOoo
Aku meninggalkan lobby kantor sesaat setelah meeting usai. Sebenarnya ini bukanlah meeting untukku. Papa memberi kepercayaan karena ada keperluan mendadak ke Ausie. Tapatnya Brisbane. Devon mengalami kecelakaan kerja saat memindahkan alat berat ksebuah lokasi proyek. Sebenarnya Devon bukanlah kakak kandungku, melainkan kakak angkat disaat bonyok ingin mendapatkan anak. Karena hampir tujuh tahun mereka nggak memiliki anak. Jadilah kak Devon menjadi anak pancingan. Itu menurut Oma waktu aku tanya mengapa kami tak pernah memiliki kesamaan fisik sama sekali. Devon memiliki garis wajah yang kuat dan terlihat laki banget. Sedangkan aku memiliki raut wajah yang cenderung cantik menurut tetangga dan teman temanku.
Ada sesuatu yang bergerak dari kantong celanaku. Aku tahu itu phonselku yang sengaja ku buat silent profil agar tak mengganggu aktifitasku selama dikantor. Aku memang terlihat galak dimata karyawan papa. Cenderung sombong dan angkuh. Tapi sebenarnya itu hanya terjadi saat kerja, diluaran dari semua itu aku memiliki sifat yang bertolak belakang cemnderung manja dan kolokan. Apalagi pada orang orang terdekatku. Maka dari itu aku dijuluki bunglon oleh mereka.
Ada sembilan SMS dan tiga panggilan tak terjawab. Dalah satunya dari Jotha. Aneh, paahal aku tak pernah memberikan nopeku padanya. Tapi aku mendapatkan nomernya pada Rifai sahabatku yang juga menjadi sahabatnya. Semua SMS aku baca. Mama yang slalu memonitor kegiatanku. Salsa yang manjanya minta ampun dan satu lagi dari lintang yang kadang bikin BETE sekaligus ngangenin.
Aku keluar dari lift dan masuk kebasement lewat pintu samping. Kerena aku ingin menghindari pertemuanku dengan Salsa yang sengaja menungguku di lobby depan. Aroma kendaraan segera menyeruak dihidungku.
Aku terkesiap melihat sosok yang hampir aku lupakan dalam kuburan hatiku. Dingin menerpa tubuhku.
Comments
tapi yg lain bagus kok. semangat untuk TS-nya @DavidLiu , salam kenal juga. dilanjut ya
itu menjadi sebuah fragmen trsendiri dalam hidup Dev.. Jotha adalah penyanggah kala sayap Dev Letih
masih akan dilanjut kan?
ayo lanjuttt
Bayangan bayangan itu kian merajam pikiranku. Bayangan yang tak seharusnya bersemayam didada ini. Bayangan yang berhasil menggali lobang dalam hati.
“Dev...”
"apalagi yang kau inginkan?” kataku sinis menutupi getar dalam hati. Aku menatapnya penuh kebencian tapi didalamnya ada rindu yang sangat dalam. Tinggal sepuluh langkah lagi Damar mendapatkanku. Tiba tiba..
“hai sayang, aku cari dimana mana ternyata ada disini..” Lelaki itu langsung memeluk pinggang damar dengan manjanya. Ada rasa mual dalam perutku. Perih menggerigit mengunyah uluhatiku.
Lalaki itu yang tak ingin kusebut namanya berhasil membawa Damar jauh dariku. Aku melihat wajah Damar menatapku sebelum mereka masuk kedalam mobil Silver. Ya Tuhan. Aku menghempaskan napasku yang terasa kering dan sakit.
ooOoo
catatan kaki
(Kalian pasti heran kan dengan panggilanku yang berbeda beda, oke aku beritahu nama lengkapku yaitu David Jericho Liu makanya banyak yang manggil Dev dari kata David Erik atau Rik dari nama tangahku. tapi bagi karyawan papa demua memanggilku Liu atau tepatnya koh Liu. oarangnya satu tapi memiliki tiga karakter tergantung nama apa yang meeka sebut dihadapanku).
ayo lanjut lagi!
#semangat!
nb: masih ada sedikit typo tuh
Pohon Flamboyan berbunga penuh. Aku bersandar dibawahnnya di bangku coklat saat senja mulai temaram. Hari ini aku sengaja kesini. Aku merasa sendiri dan tak diacuhkn sama sekali. Disaat aku ingin dapat perhatian setidaknya cukup dengan patahan kata. Tapi tak ada yang peduli. Apa memang aku tak punya arti buat mereka?
Gumpalan awan dalam hati perlahan menggerimis dan menimbulkan bulir hangat disudut kelopakku. Tapi, tidak. Aku tak ingin hariku menjadi rapuh. Rinai yang muncul merembes tanpa bisa aku bendung. Aku mencari awan tepat diatas kepalaku seperti kata oma jika saat bersedih tataplah awan itu dan biarkan kesedihanmu terbawa oleh awan rasa. Tapi itu hanya buaian masa kecil. Aku tahu itu hanya akal akalan oma agar genangan airmata tak tumpah. Aku tersenyum kecil mengingatnya. Tapi yang aku rasa basah hati kian membuncah. Aku mengatupkan mata kuat kuat berusaha menahan air yang sebentar lagi muncul.
Angin mendesir membawa bunga bunga yang terbang terbawa samapai keujung taman. Aku merasakan sentuhan bayu yang kian membuatku larut dalam sketsa senja yang makin teduh. Aku bagaikan terseret dalam dunia khayal. Aku membuat kisah tersendiri dalam bayanganku. Aku rasakan mataku semakin berat. Tapi ta yang aku rasakan katupan dua tangan dimataku. Tangan itu sangat halus dan lembut. Desie halus merambat hatiku.
Wangi itu, aroma khas yang selalu merampas hari hariku. Memporak porandakan pikiranku. Aku tak tahu rasa ini terlalu aneh aku rasakan. Aneh untuk aku cerna. Tahun kemarin semua masih terasa sama. Tak ada hal yang berbeda ketika kami bersama. Bergumul bercanda hingga keringat membasahi tubuh kami berdua. Saat berpelukan ketika kami membuat poin dalam pertandingan volley jika berakhir dengan kemenangan. Semua terasa biasa. Tapi aneh menginjak tahun kedua di SMP. Semua terasa tak biasa lagi. Bahkan hanya sekedar menatap matanyapun ada sesuatu yang bergerak diam dalam hatiku. Dan ketika menyentuh bagian tubuhnya ada ribuan watt yang mengalir lewat pori poriku.
Ketika darma wisata ke Batu malang tahun ajaran baru itu yang menjadi tolak awal yang membuat hubungan kami terasa berbeda. Tentu saja hanya aku yang merasakannya. Dia otomatis tidak merasa seperti apa yang aku rasakan. Sejak kepulangn dari batu.
Dia datang dan mengganggu setiap malamku. Merampas tidurku dan merampok ketenangan yang aku miliki. Dia dan hanya ada dia yang selalu bermain dengn pikiran dan perasaanku. Oh tuhan, rasa apa ini…????? Aku kadang bertanya dengan diri ini. Apa ada yang salah dengan hati yang aku punya, ataukah otakku sudah tak berfungsi lagi untuk menyaring hal apa yang seharusnya hadir disaat yang semestinya.
Keanehan juga muncul ketika dia bersama orang lain . Ada rasa tak rela jika dia bergaul dengan orang lain bahkan lebih parahnya lagi ada yang terbakar dalam hatiku jika dia bercanda dengan makhluk yang bernama perempuan. Aku takut perhatiannya berkurang. Takut kebersamaan kami akan berkurang dengan kehadiran orang lain diantara kami. Semakin kesini aku semakin manja dan semakin tergantung pada dia. Ya pada dia sahabatku yang bernama Damarwulan Septiansyah. Apakah aku..? Akh tidak. itu tidak benar.
Tangan itu masih menempel diwajahku dan menutupi mataku yang sebenarnya tertutup. Dan aroma khas itu, aroma yang menyeruak melewati indra penciumanku dam menyesap kedalam batang otakku.
“happy birthday best brader” bisiknya ditelingaku.
“uhufft’’” aku tergagap. Suaranya merubah angin menjadi symphoni syahdu, menggugah daun dan bunga menjadi kecapi yang melafadkan bait bait kasih yang bermain dalam benakku. Sekejap saja rasa hangat itu kembali hadir menguapkan awan dan rinai gerimis yang sempat bertengger dihatiku.
Dia melepaskan tangannya. Aku masih ingin menikmati keindahan yang tercipta, karena ini yang paling andah aku rasakan selama hidupku. Tapi aku tak ingin membuat dia curiga dengan sikapku. Mataku terkerjap mesnyesuaikan dengan kleaadan sekeliling. Segurat senyum yang poertama aku tangkap dari bibirnya yang mulai ditumbuhi bulu bulu halus. Bulu yang muncul pertanda diapun telah beranjak remaja sepertiku. Senyum itu menyempurnakan rasa indah dan menenggelamkan gundah yang tadi ada.
“nih” dia menyodorkan gantunagn kunci panda padaku. Biar selalu imut dan lucu. Ucapnya lalu mengacak rambutku. Biar, biar saja kali ini dia bebas mengacak rambutku, seperti dia mengacak hati dan pikiranku.
“met birthday sayang…” lalu mencubit hidungku…
“apa….? Sayang..? oh may god, god, god teriakku tentu saja dalam hati. Aku berkaki awan sekarang berpijak diantara mega senja yang kian menjingga.
“Happy birthday to you” tiba tiba koor suara yang muncul dari segala penjuru taman. Aku terkejut dengan perasaan terharuku. Ini kenangan paling manis yang aku alami. Kejutan manis diangka 15 aku hadir dimuka bumi ini.
Aku salah sangka. Trnyata mereka tak mengacuhkanku apalagi melupakan hari jadiku. Rasa hangat kembali hadir diujung mataku, tapi ini berbeda dengan yang tadi. Ini rasa bahagia yang membuncah dalam dada yang tak bias aku ekspresikan, kecuali dengan senyum yang membiarkan air itu menetes meski hanya dua tetes.
“hei, malu tau…” dia mencolekku
“biarin..” balasku
“kau telah berhasil mengacaukan hariku” lanjutku dengan senyuman yang paling manis yang aku miliki. Lalu
Awwwww teriakan tertahan muncul seketika ketika tanganku berhasi mendarat dipingggangnya.
“cie cie cie…”
“co cwewtt”
suara anak anak bersahutan. Jika ada kaca dihadapanku aku bias memastikan wajahku merah padam oleh rasa malu tapi aku suka mengalaminya.
Taman kecil yang tak jauh dari sekolah kini berubah dengan garden party sederhana. Aku tak tahu sejak kapan mereka menyiapkan semua itu. Kue tart dengan angka limabelas diatasnya dan ada ada lebih dari sepuluh karton berukuran sedang berisikan makanan didalamnya. Aku takjub melihat kesekelilingku. Oh tuhan maafkan aku yang telah berburuk sangka terhadap teman temanku semua. Anak kelas VIII3 hadir semuanya dan beberapa anka dari kelas lain yang sering berhubungan denganku dan Damar juga ikut hadir. Mereka meberikan ucapa selamat padaku. Dan si manis darin kelas VIII1 juag ikut nimbrung bersama di hari ulang tahunku.
Akh… Rasa itu kian mendekam erat dalam hatiku. Dan mekar hingga bertahun tahun tanpa bisa aku cabut apalagi mencerabut keakar hatiku. Itu gak mungkin.
“koh da telpon tuh” Jaka mebuyarkan segala ingatanku.
“dari siapa?” tanyaku. Jaka mengangkat bahu dan angan.
“gak dia sebutin namanya koh” Jaka lalu melepaskan kaos kaki yang belum sempat aku lepas semenjak pulang tadi. Anak itu, sudah seringkali aku larang tapi tetap saja ngotot bin ngeyel. Aku malas malasn bangkit. Tapi aku penasaran siapa yang telpon lewat telpon rumah. Kenapa gak lewat hape saja?
“hallo..” hening, hanya helaan napas halus yang tertangkap pendengaranku.
“hallo siapa disana?” masih tak ada jawaban. Aku mulai gak nyaman menerima telpon aneh seperti ini. Sebelum aku mengajuikan pertanyaan lagi ada nada putus yang terdengar.
“orang aneh” desisku lalu meninggalkan ruang keluarga. Aku ingin mandi biar segar.
@brownice thanks juaga dah menyempatkan diri menengok lapak Dev yang sumpek pek heheh
@Gabriel_valiant wokeh dilanjutkan
@gue3 thanks juga
Dilanjut ya , Mention kalau update:)
#DudukManis
udah lebih baik nih. good!. tingkatkan terus ketelitian dan dalam pemilihan katanya, supaya tidak terjadi kalimat yg rancu.
gak usah terburu-buru dalam memposting cerita ya. ingat, teliti.
#semangat!
gelombang yang aku alami dan akan ada dimana aku berada di titik nadir kehidupan dan hampir tak memiliki harapan untuk menjalani hidup lebih lanjut.
tapi maaf mungkin akan sedikit lompat lompat karena aku tak mengetahui pikiran dan apa yang terjadi saa aku bercerita begini. dan nanti ada saanya akan terungkap....
gelombang yang aku alami dan akan ada dimana aku berada di titik nadir kehidupan dan hampir tak memiliki harapan untuk menjalani hidup lebih lanjut.
tapi maaf mungkin akan sedikit lompat lompat karena aku tak mengetahui pikiran dan apa yang terjadi saa aku bercerita begini. dan nanti ada saanya akan terungkap....