BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

He's not Him! [Chapter : Aku, Kamu dan Kenanganku] [Antara Pengakuan dan Kebohongan]- Page 4

edited November 2013 in BoyzStories
Hai semuanya, ini merupakan karya ku yang sempat mati suri, kucoba menghidupkannya kembali, sambil ada beberapa editan penulisan di cerita awal, ada kenangan dan semangat untuk melanjutkan cerita ini, yaaa semoga mood itu bukan muncul untuk tenggelam lagi, heheh..

Settingannya sih balik ke tahun 2000an, saat mIRC masih booming, dan kehidupan Victo seorang siswa SMA, Ino mahasiswa S2 dan seseorang yang memiliki usaha kecil - kecilan.

Dengan tokoh pendukung, Sasha, Vina, dan masih banyak lagi.

Cerita merupakan gabungan setting nyata kehidupan saya, mimpi saya, serta kreasi saya.

So, Enjoy the story yah ^^

Serta Jangan lupa komentarnya ya :)
«1345

Comments

  • Perkenalkan, saya Victo, salah satu penghuni SMA Swasta di Surabaya, hari ini adalah hari pertamaku menjadi penghuni kelas 3 Bahasa.

    "Seneng deh Nyet, akhirnya 3 bahasa dibuka."

    "Iya ya, napa gak dari dolo ajah nih kelas dibuka." Aku memanggilnya nyet, she's my best friend dari awal perjumpaan kita waktu Ospek dulu.

    Aku akan bercerita sedikit tentang Sasha. DUlu, waktu Ospek Sasha pernah hampir berantem sama kakak kelas karena dia merasa apa yang diucapkan kakak kelas waktu itu sama sekali gak masuk akal, tapi tau sendiri dia orangnya keras kepala dan gak mau kalah, untung waktu itu dia sempat dihalau ama kakak kelas yang jadi incarannya, kalau gak bisa habis tuh kakak kelas, FYI, dia pemegang sabuk merah taekwondo.

    "Dasar nenek lampir!!" kata Sasha bersungut - sungut

    "Kenapa toh nyet?" aku penasaran melihat dia, wajahnya memerah menahan amarah.

    "Untung aja tuh orang cewe, kalau cowok udah aku gampar habis - habisan."

    "Lho, bukannya untung kalau dia itu cewek, jadinya, ladies vs ladies, masa kamu mau nglawan cowo?" aku semakin penasaran.

    "Ya iyalah, kalau cewek, gak sebanding, bisanya cuman main jambak, aku khan mau adu jotos." sasha mengepalkan kedua tangannya.

    "Emang kenapa, ayo cerita." aku mengambilkan air mineral dari dalam tasku, mengeluarkan dan membuka untuk ia minum.

    "Tadi itu, waktu di kelas, kita sempat debat. Ada statement kakak kelas itu yang gak bisa diterima sama nalar. Teman - teman yang lain juga sempet bingung sama yang dia sampaikan, akhirnya aku protes, eh dianya nyolot, kata dia anak kecil gak usah ikutan ngomong. ya udah aku ladenin, makin ribut deh. Coba gak dilerai ama si ganteng Rio, udah habis tuh cewe aku lalap." dia meneguk air mineral yang barusan kuberikan.

    "Udahlah nyet, namanya juga Ospek, kakak kelas mah gak mau peduli, bawaannya jelek - jelekkin adik kelasnya." aku berusaha menenangkan dia

    "Aku bingung aja, orang sebodoh itu bisa jadi anak OSIS, menang cantik tapi gak menang otak!"

    "Ya udahlah, pulang yuk."

    ---

    "Ngapain kamu senyam senyum sendiri ?" tanya Sasha membuyarkan lamunanku

    "Oi nyet, tar pulang skul ke camp yookk !! lagi pengen chat ama browsing neh!." aku berusaha mengalihkan pertanyaannya

    "Wahh, aku banget, sama neh aku juga lagi kangen, pengen cari gebetan, masa nge-jomblo terus yee!!."

    "Wuakakaka, nggak laku seh, kaya aku dong banyak yg ngantri." tambahku.

    "Jelas ajeee lu laku, yang naksir pan lekong." dia melirik ke arahku, mengejek.

    " Shhttt! jangan buka kartu dongg, banyak anak, tuh bacot mbok dikecilin dikittt, tar rahasiaku terbongkar gemana?"

    "Xixixi, sekali lekong tetep ajaaa lekonggg ..." Sasha memperkeras suaranya. aku hanya bisa diam

    Ehem ... yahh biasalah sekarang khan hari pertama, dimana kalo hari pertama skul, pasti pulang cepet, setelah bel pulang dikumandangkan, kita beres – beres dan berdoa ... Camp neh, tempat kita main internet, tempat kita kumpul dan bercanda ama anak warnet yang gokil plus doyan banget online depan komputer.

    "Tra .. ke Kantin Yuk ?! Laper neehh ... Maem gitu."
    "Lah ayuk, lagian dah kangen nech ma tante Kantin, kangen ma mie gorengnya ."

    Kantin – Warung Tante
    "Tanteee !!! Mie gorengnya satu, nggak pake lamaaaa." bacotku mulai ngoceh
    "Tanteee ... aku juga miee ... pake nasgor plus telur ceplok !!" Si Sasha gak mau kalah teriak nya.

    "Eh .. Nyet ... enaknya ntar chat ngapain yah ?? Cari yg pigimana yak ?" Pertanyaan bodohku muncul karena lapar.

    "Ya, yang biasa ajah lah tra, ga' usah muluk – muluk, nanti malah dapet yang ancur bang-get!!."

    Tante Kantin mengantarkan mie pesanan kami.
    "Ya, udah deh, makan dolo yeee, laper neh !" langsung deh tanpa dikomando aku mencomot mie goreng dan menyeruput es teh yang ada di hadapanku. Nyummi..
    "Met makan nyeet" aku mengaduk - ngaduk mie yang blm tercampur

    "Eh ndul, aku mau tanya" Sasha memasang wajah serius, nggak pernah dia seserius ini

    "Napa nyet ? Serius amat ?"

    "Ngga .. gini lho, kamu nggak salah ambil jurusan yah ??" tanya Sasha sambil menguyah makanan

    "Salah ? Nggak kok emangnya kenapa?"

    "Bukannya kamu tuh pinter, dan guru - guru khan sempat nawarin kamu untuk pindah jurusan ke IPA, kok ditolak sihh ??"

    "Hehehe, aku bosen aja sih, liat angka sama rumus, pengennya yang nyantai dikit, ngapain kita melakukan sesuatu yang gak kita senengin, iya tho ?"

    "Halaahh, palingan juga ada alasan lain, kamu mau ketemu terus khan ama guru Bahasa Jepang yang cucok itu." Sasha memegang sendok dengan dilambaikan waktu bilang "cucok"

    "Hahaha .. yaaa, mungkin itu salah satunya , lagian aku khan gak mau jauh2 dari kamu, nanti kamu pacaran ama cowok cakep, aku gak bisa ngincip." sambil ngerlingkan mata ke Sasha.

    "Brrtt ..." Sasha keselek..

    "Anjjiirr ... enak aja! Situ pikir aku doyan apa berbagi pasangan? gak gak, waahhh ... ngomong jorok neh orang" *nyipratin air pakai sedotan.

    "Hahaha ... biarin aja, lagian, biasanya juga gitu, setiap cowok yang deket ama kamu khan selalu aku seleksi dulu, kali aja radar aku bunyi, kamu khan bisa selamat dari bahaya."

    "Iya .. tapi setiap 'radar' kamu bunyi, aku kudu nyari cowo lain buat digebet, terusin ajah tuh 'radar' bunyi, kali ajah tuh radar kamu minta di servis, udah bobrok keseringan liat cowok cakep." Sasha sewot

    "Hahahha .. ya ya .. udah ah cepetan makannya, katanya mau ke camp."

    "Iya ndul, sabar, aku khan cewek, jadi makan harus anggun donk."

    "Ihh .. najeez amat, emang sih, toket gede, badan sexy, tapi tetep ajah, cantikan aku, bwuakakakakak."

    "Ih ... parah!"

    Memang kuakui, Sasha termasuk cewe yang menarik, dia pintar berdandan, ibunya keturunan Jerman, ditambah badannya yang memang yahut! Yaa, walau banyak lelaki yang berusaha mendekatinya, tapi selalu dia tolak, karena dianggap kurang jantan, balik lagi dengan kemampuan beladiri nya yang lumayan, tentu setiap laki yang mendekat sudah keder duluan, bahkan sekedar mengajak basa basi.

    Aku memberesi tasku dan mengambil dompet dalam saku celanaku, aku mengeluarkan lembaran duapuluh ribuan.

    "Tante, semuanya brapa ?" tanyaku.

    "Eh .. kamu mo bayarin aku yah ? kok tanya semuanya ?"

    "Yee .. ge-er amat kamu jadi anak orang, lagi seret neh, adanya tuh kamu yang bayarin aku, .. bukannya kamu habis 'main sama om-om'" bisik aku

    "Ihhhhhh" aku dicubit

    "Enak ajaaa , sapa yang main ama om - om ??" Sasha berbisik sambil terus nyubit.

    "Aduuuhh, ampun - ampun, khan bener, kemarin kamu main sama bokapmu, main badminton toh? terus taruhan, kalau kamu kalah, kamu mijitin bokapmu selama sebulan, kalau bokap kamu kalah, kamu minta duit jajan dinaikkin, khan kamu menang." aku ngomong sambil meringis nahan sakit

    "Ooops .. maaf, iya ya, bener juga yah ?? duhh sorry sorry, kamu khan manggil bokap aku juga om ya? sakit yah cubitan aku ??"

    "Iyee oon, udah bayar neh makanan cepet!"

    "Iya deh, daripada kamu marah, hihihih .."

    "Brapa tante tadi semuanya" tanya Sasha

    "Udah berantemnya? Heran, udah pada kelas 3 kelakuan masih kayak anak kecil."

    "Hihi, maap deh tante, habisnya, Victo nyebelin sihh" sambil nyubit lagi.

    "Aduuhh, udah ah, daritadi nyubit melulu, kamu kira gak sakit apa?"

    "Hihihi, maap, reflek, habis tangan kamu enak buat dicubit - cubit."

    "Semuanya, 10 ribu, punya victo, 5ribu, kamu juga 5 ribu."

    "Nih tante" Sasha mengeluarkan 1 lembar 20ribuan

    "Nih, kembaliannya"

    "Makasih yah tante, kita pulang dulu, da tante" pamit Sasha

    "Tee .. pulang dulu yaaa, makasih."

    Aku pamit pada beberapa temanku yang lagi menikmati makanan mereka, terlihat beberapa teman baru di kelasku yang sekarang, mengapa baru? karena tahu sendiri, aku pindahan dari kelas IPA, semacam kemunduran? dari IPA ke Bahasa, bagiku tidak! aku bisa mempelajari beberapa macam ilmu yang baru dan itu bagus menurutku.

    Sasha membonceng pada motorku, hari ini dia gak bawa motor. Lagi diservis, katanya. Aku melaju ke arah pintu keluar. Biasanya, anak - anak lain diminta STNKnya, tapi gak untukku. Jadi anak OSIS lumayan juga, aku jadi kenal satpam - satpam penjaga sekolahku, aku gak perlu susah payah mengeluarkan dan memasukkan STNKku, menghemat waktu.
    Aku masih terbayang pertanyaan Sasha, alasanku beralih jurusan. Sejujurnya, aku belum yakin akan pilihanku itu, tapi bukankah itu sesuatu yang kusuka. Mempelajari hal yang baru!

    Jalanan cukup sepi hari ini meskipun sekarang adalah hari senin, hari dimana orang berkutat kembali dengan pekerjaannya. Sepuluh menit waktu yang cukup untuk menempuh perjalanan sampai ke Camp
    Tampak beberapa anak SLTP 35 duduk di kursi dan di dekat meja cashier, hmm, cukup ramai siang ini, terlihat mbak Tiwi mondar - mandir keluar masuk ke dalam warnet, mbak Anis sibuk mengeprint file - file yang diminta oleh user - user warnet.
    Camp. Begitulah sebutan kami berdua untuk warnet favorit ini, Kumbang CyberCafe. Di bagian muka tampak meja etalase untuk menjual aneka CD, sampai kertas - kertas berwarna, kemudian disampingnya ada meja cashier tempat user membayar jam pemakaian mereka.

    "Nyet, kayaknya rame deh, pasti full, nih banyak yang antri gini."
    "Kayaknya gitu, tanya ajah deh ke mbak Tiwi."
    "Hmm, tapi dia sibuk gitu deh, godain aja yuk sekalian."

    Sasha berjalan menghampiri etalase pembatas antara user dengan operator.

    "Mbak ada yang kosong gak komputernya ??" tanya Sasha

    "Antrrriiiii" mbak Tiwi sibuk lalu lalang mengambil kertas dan mengantar user ke dalam.

    "Mbak tiwi sayaanngggg" aku menggodanya

    "Duuhhh .. dieem ajaaa nihh" tambah Sasha

    "Haduh, udah deeh, lagi sibuukk !!" mbak Tiwi mulai jengkel dengan godaan kita.

    "Cantik - cantik kok sewot siihhh ???" tambahku lagi

    "Udah ah, kalau gini gak pake cantik - cantikan, jelek juga gak papa, sana sana, minggiirrrr" mbak Tiwi meninggalkan kami dan masuk ke dalam warnet.

    "Hey, berdua aja ??" tiba - tiba Mbak Anis menyapa kami

    "Iya neh mbak, masih antri brapa sih ?? pengen cepet - cepet online neh!" Sasha antusias

    "Tiga orang lagi, gak lama kok, tunggu aja yah."

    "Mbak mau nge print, komputer 15" tiba tiba datang user lain dari dalam warnet, dan menghampiri mbak Anis

    "Eh, aku ngeprint dulu, kalian duduk dulu sana, minum - minum dulu sana." mbak Anis meninggalkan kami

    "Dibayarin mbak ??" tanya Sasha

    "Boleh kok. gratis malah. ngambilnya sih gratis tapi kalau udah buka tutup botolnya, bayar full yee" mbak Anis meringis

    "Yeee si mbak!, kirain"

    "Deeh, kamu, kalau gratisan ajah cepet" aku menimpali

    "Ih biarin!!"

    "Ya udah, sana ambil, gantian aku yang bayarin, tapi nanti point kamu main buat aku ya!!"

    "Iya deh, lagian, aku jarang - jarang main disini kok, kalau kamu khan tiap hari online, heheh, thx lhoo."

    Kumbang menggunakan sistem point, 1 jam pemakaian dapat 1 point, kalau udah 10 point bisa dapat satu jam, kadang setiap beberapa periode kumbang buat undian khusus, aku gak pernah menang waktu undian grand prize yang hadiah utamanya handphone. Seringnya, menang undian harian yang hadiahnya 20 point paling banter 100 point lumayan lah main gratis kalau gak punya uang.
    Aku melangkah menuju kulkas di depan pintu masuk warnet, Warnet ini menggunakan sistem billing manual, artinya, setiap orang yang masuk hanya diberi selembar kertas yang menunjukkan jam dia mulai bermain serta dicatat dalam buku besar, saat aku tanya ke bossnya, kenapa sih gak pake billing yang automatic? Alasan dia sih, biar operatornya bisa interaksi langsung sama para user, karena usernya khan dianter ke tempat duduk dan dikasih jamnya langsung sama operatornya, hmm .. cara yang unik.

    "Nyet, mau minum apa ??" tanyaku

    "Hmm .. Tekita ajah deh ndul, ngidam itu."

    "Okay!" Aku membuka tutup botol dan memberikannya ke Sasha.

    "Neh nyet"

    "Makasih, sayang" sambil ngelirik

    "Sayang, sayang, sandal melayang"

    "Ihh .. iya deh tau, yang gak suka C - E - W - E" Sasha sengaja mengeja kata - kata cewek itu, untungnya tidak terlalu keras mengucapkan itu

    "Shhhttt ..." aku panik mendengar dan melihat yang dia katakan

    "Haa ?? Victo gak suka cewe ??" Mbak tiwi tiba - tiba muncul di belakangku dan melihat Sasha berbisik

    "OOhh .. bukan kok mbak, Victo ini cowo tulenn, betul gak sayang??" Sasha berdiri dan memeluk bahuku

    "Eh eh .. Iya mbakk .. bercandaa diaa, lucu yah ??" aku mengacak - ngacak rambut Sasha sambil berbisik

    "... anjriit looee shaaaa." Dia cuman ketawa ngikik.

    “Ohh gitu toh ceritanya, ya ya, tuh udah ada yang kosong” mbak Tiwi mempersilahkan

    “Kosong brapa mbak ??” tanyaku

    “Baru ada satu tuh.” Katanya lagi

    “Ya udah kalau gitu, nyet, aku dulu yah yang pakai, kamu ikut bareng aku aja mainnya, nanti kalau ada yang kosong baru kamu main, gimana ?” tanyaku ke Sasha.

    “Hmm .. ya udah deh, mbak kita masuk yah, mbak Anis, kita main dulu”

    “Oke” sahut mbak Anis yang masih sibuk nge print
    Komputer 02, pas sekali, komputer favoritku. Aku meng klik tombol Yahoo! Messenger, dan memasukkan username serta paswordku, mengetikkan di tombol search di bagian paling atas Mozzilla Firefox, browser kesukaanku, dan tentu saja mIRC.

    “Heemm .. tetep deh mIRC.” Sasha menyindirku

    “Ya gimana yah buk, namanya juga lelaki yang butuh belalai lelaki, eehh, salah, belaian lelaki.”

    “Deeh, belalai lelaki, aye juga doyan kalau belalai lelaki.”

    Hari ini, gak begitu mood untuk chatting, pengennya sih parkir nick aja, tapi gak papa deh, mungkin aja ada yang menambat di hati.
    Aku menggunakan nick sby_rungkut, karena memang aku sedang di daerah Rungkut saat ini. Aku ketikkan /server arcor.dal.net, server yang kuanggap paling cepat, tak berapa lama pun terhubung, aku masukkan channel, tentu saja #gim.

    “Wah, rame juga hari ini.” Kataku
    “Emangnya brapa orang, ndul? “ tanya Sasha
    “Nih, banyak, 575 users online.”
    “Yang dari Surabaya ? banyak gak neh ??” tanya Sasha lagi.

    Sekedar informasi, Sasha merupakan satu dari sekian temanku yang tahu, bahwa aku memiliki orientasi yang lain dari lelaki kebanyakan, dan dia juga satu – satunya yang gak kaget, waktu aku bilang hal itu.

    “Banyak juga, ada mungkin 10 orang-an”
    "Aku doain deh, kamu dapet jodoh."

    Tiba – tiba mbak Tiwi datang mengejutkan kami

    “Sha, tuh, ada komputer kosong, jadi pakai apa gak?” tanya mbak Tiwi
    “Iya deh mbak, nomer brapa ?”
    “Tuh, nomer 12” kata Mbak Tiwi lagi
    “Ohh .. okay, bentar ya mbak”
    “Tra ..” Sasha berbisik kepadaku
    “Kenapa nyet?” tanyaku

    “Ntar, kalau ada yang cakep, aku kasih tau kamu yah, ntar kamu yang nilai, tapi pleeaasseee, kali ini, tuh radar dimatiin dulu yaa, capek kalau kamu ngomong radar kamu bunyi terus, hiks …”

    “Hehehe, yah maap, itu khan diluar tanggung jawab ayee, iya deh, sana, aku mau hunting cowok.”
    “Oke – oke, kamu main berapa jam neh ?” tanya Sasha lagi
    “Hmm .. liat nanti deh, kalau gak ada yang sesuai selera, kita pulang aja.”
    “Ok deh, aku ngikut kamu aja.”

    Ya, aku selalu membantunya menilai cowok yang ia dapatkan, seleranya tinggi, mungkin iseng ajah dia cari teman kencan lewat chatting, karena aku tahu mantan dia adalah seorang pembalap yang meninggal saat kecelakaan lalu lintas, sejak saat itu Sasha sangat selektif saat memilih pacar untuknya, begitu pula dengan aku yang membantu memilihkan pasangan untuknya. Walau terkadang, beberapa teman chattingnya 'ada bakat' untuk melenceng dari jalan yang seharusnya.
    Sasha sudah hilang dari pandanganku, sekarang mataku tertuju pada layar computer di depanku. Kulihat baris chat di sebelah kanan berkedip merah, tandanya ada seseorang yang masuk dan memberi pesan padaku.

    *sby_pengen hi asl plz
    [sby_rungkut] 19 176 60 .

    Pertanyaan klasik, menurutku. Sebenarnya, aku gak terlalu suka chatting dengan orang yang mengembel-embelkan nafsu birahi di nickname yang ia pakai, tapi, aku sadar, bahwa ini adalah mIRC, dan notabene penggunanya memang menggunakan channel gim, untuk mencari partner bercinta, walau tidak semuanya.

    Yah, terbutki, di tengah – tengah percakapan, dia mengajak ML, huff .. aku pun meng ignorenya. Menurutku, kalau mau ML jangan terlalu jujur dong ah … Hal seperti ini khan bisa diomongin setelah ketemuan, menurutku lhoo.

    Kemudian aku mencari – cari nick lain yang sekiranya gak menampilkan nafsu birahi di nicknya.

    Sby_sibuk_neh

    Aku berpikir, ya udah lah, walaupun lagi sibuk, aku khan bisa ninggal pesen, syukur – syukur dibales, khan niatnya temenan dulu, hehehe.
    15 menit berlalu, tidak mendapat respon. Aku melanjutkan browsing ke situs – situs favoritku, salah satunya boyzforum.com, tiba – tiba lampu indicator mIRC menyala,

    miRC [message waiting] . berkedip merah .

    [sby_sibuk_neh] waduh, sorry baru bales, aku habis cari – cari bahan buat kerjaan aku neh.
    [sby_rungkut] Wah, gak papa kok mas, kalau sibuk, lanjutin aja kerjaannya, aku msh lama kok OLnya.
    [sby_sibuk_neh]Gak kok, udah kelar, o ya, asl plz
    [sby_rungkut] 20 176 60. Mas?

    Seperti biasa, aku selalu menampilkan stats lengkapku tanpa diminta, biar ngirit nulisnya, gak bolak balik

    [sby_sibuk_neh]25 178 70
    [sby_rungkut] Lho? Udah kerja mas ?
    [sby_sibuk_neh]Ya, usaha kecil – kecilan lah
    [sby_rungkut] Udah lulus kuliah ?
    [sby_sibuk_neh]Udah, dua tahun lalu lulusnya. Trus sekalian ambil S2 lagi sih
    [sby_rungkut] Wah, cepet yah kuliahnya, pinter donk ?
    [sby_sibuk_neh]Ahh, nggak, biasa aja, o ya, kamu di rungkut ?
    [sby_rungkut] Yup, kenapa mas?
    [sby_sibuk_neh]Aku juga di rungkut, daerah UPN, kamu ?
    [sby_rungkut] Aku di kumbang mas, deket SMA 17, tau ?

    Obrolan kami berlanjut, basa – basi nanya nama, mulai dari sekolah ku, kerjaan dia, kita pun guyonan.
    “Hayoooo .. senyam senyum sendiri, chatting ama sapa hayoooo.”
    “Sana sanaa, ganggu aja!!” aku menutupi layar monitor
    “Ngintip donkk, cucok nggak?” Tanya Sasha menyelidik
    “Nyeett, pergi gak! Aku sambit pake botol tekita neh ntar.”
    “Wek, sambit aja, emangnya brani , kalau botolnya pecah khan kamu yang suruh bersih – bersih.”
    “Ya udah, kamu mau minggir, apa mau pulang jalan kaki, pilih manaaa ?”
    “Laahh, ini, ini neh, ancemannya mulai, kasih pilihan lain, aku gak mau minggir, tapi pulang tetep kamu anterin, gimana ??”
    “Nyeeettt!!” aku angkat botol tekita
    “Serius neehhh !!”
    “Hihihi, iya iya, dasar, gak adil ! kalau situ dapet cowok cakep aja gak pernah mau kasih tau, giliran aku yang dapet gw dipaksa – paksa, huh, coba aku pulang gak nebeng kamu, udah aku liat dengan paksa!!
    “Tapi gak papa, aku masih tenang kok, STNK motor kamu khan masih ada di aku, huahahaha, gimana kamu bisa pulang kalau gak bawa STNK, hauhahahaahu.” Sasha tertawa puas.

    “Ihh, biarin, rumah aku cuman sekilo aja, bisa jalan kaki, lah, rumah kamu khan jauh, kayak tempat jin buang anak, mojoooookkkk. Udah ah, temen chat aku nunggu, lagian kamu gangguin orang aja, gak ada yang PM yaa??”
    “Ih, enak aja, banyak lagi, cuman aku udah pada pamit sama mereka, mau ngerjain temen aku.”
    “Ya udah, skrg udah puas belum ngerjain aku ? Sono sono, pergi, jauh – jauh.”

    Sasha meninggalkanku

    mIRC [message waiting]

    [sby_sibuk_neh]hallow ..?
    [sby_sibuk_neh]kok diem ?
    [sby_sibuk_neh]sibuk yah ?

    Waduh, gara – gara Sasha neh ..

    [sby_rungkut] Duh mas, maaf, tadi ada temen neh gangguin, jadinya mesti masukkin dia ke kandang dulu, kabur dianya.
    [sby_sibuk_neh]Wah wah, ada – ada aja, neh. Masa temennya dikembarin sama penghuni kebun binatang sih ??
    [sby_sibuk_neh]To, mau ketemu gak ?
    [sby_rungkut] Kapan mas?
    [sby_sibuk_neh]Yah habis gini aja, kerjaanku udah beres, sekalian mau cari makan, kamu udah makan ?
    [sby_rungkut] Udah sih mas, tadi di kantin.
    [sby_sibuk_neh]Kalau nemenin minum aja mau gak? Sambil ngobrol gitu, mau ?
    [sby_rungkut] Boleh deh mas, ketemu dimana ? Mas bawa motor ? Mau naek motorku atau punya mas ? Kalau punya mas, biar aku nanti bawa helm.
    [sby_sibuk_neh]Aku ke warnet kamu aja gimana ?
    [sby_rungkut] Jangan deh mas, mending ketemu di SMA 17 aja, nanti biar aku jalan dikit, serem, disini ada hewan yang belum jinak.
    [sby_sibuk_neh]Hahahaha. Ya udah, aku berangkat sekarang, aku pake motor Yamaha yah. Nomer hapeku [demi keamanan Anda, lebih baik tidak memasang nomor HP di forum.]
    [sby_rungkut] Lho mas, Lho ..
    *no such nick / channel

    Mampus, kok dia udah off yah ? Aku khan belum sempet tukeran foto, ntar kalau salah orang gimana?
    Ntar kalau gak sesuai kriteria gimana ? Kalau ternyata dia gak suka ama aku, haduuhh ..
    Seribu macam pertanyaan muncul di benakku, akhirnya kuputuskan untuk ketemu, yaa namanya juga Nambah temen, mau cakep atau jelek, khan yang penting temenannya.

    Aku menghampiri meja Sasha. Sasha tahu aku mendekat, dia bersiap - siap.

    "Weiitzz weitz, gak boleh ngintip." reflek tangan Sasha menutup layar monitor

    "Yeee .. ge er, sapa yang mau ngintip. Eh, nyet, aku mau ngomong." aku memasang tampang serius

    "Ngomong apaan, tuh muka serius amat."
    "Hmm .. gini, aku mau ketemuan ?"
    "Buset, lha, trus, aku pulangnya gimana ?" tampak wajah Sasha kebingungan
    "Makanya dengerin aku ngomong dulu."
    "Ya ya, gimana ?"

    "Gini, kalau nanti misalnya aku belum kelar ketemuannya, kamu pulang ajah naik motor aku."
    "Lha trus ?"
    "Ya udah, motor aku kamu bawa aja, waktu berangkat sekolah kamu jemput aku pagi - pagi."

    "Kamu lama gak ? kalau kamu cepet aku tungguin aja deh, kali aja aku juga dapet temen ketemuan, sekali - kali gak pake kamu razia dulu." tanya Sasha

    "Yaa, itu dia gak tau, pokoknya gitu aja deh, gimana?"
    "Ya udah deh, tapi nanti telpon - telponan yah."
    "Beres, aku cabut dulu yah, doain aku."

    Aku meninggalkan Sasha, masih dengan berjuta perasaan takut. Entah siapa nanti yang akan aku temui. huff .. semoga aku tidak kecewa lagi. Aku berjalan perlahan menuju pintu, mengambil sepatu dari rak, dan menghampiri mbak Tiwi.

    "Mbak, udahan."
    "Lho, kok cepet, biasanya lama." tanya mbak Tiwi
    "Iya neh mbak, ada perlu"
    "Ohh. yah udah, tekitanya dibayar siapa ?" tanyanya lagi
    "Aku aja mbak yang bayar"
    "Ok, semuanya Rp 7500"

    "Neh mbak, o ya, nanti poinnya Sasha masuk ke aku yah, mbak, aku titip kunci, nanti kalau aku belum balik kasih ke Sasha aja."

    "Lho, trus kamu ? Jalan ?"
    "Iya neh mbak, mau nganterin temen, janjian ketemu di SMA 17."
    "Temen apa temen???" mbak Tiwi menyelidik

    "Halah, ya udah mbak, kasihan dia nunggu nanti." aku mengambil kembalian ku
    "Udah yah mbak, makasih. mbak Anis pergi dulu!!" sahutku ke mbak Anis yang lagi sibuk
    "Eh .. iya Vic, hati - hati."

    Aku meninggalkan camp. SMA 17 tidak terlalu jauh letaknya, hanya sekitar 1km dari camp. Hampir saja aku terjatuh, tersandung jalan yang tak rata, tentu saja karena melamun. Ya, masih tetap membayangkan siapa yang akan aku temui nanti. Kumantapkan hati dan berpikir.

    Sudah lah, nambah teman gak ada salahnya khan ?
    Aku mempercepat langkahku, tak ingin dia menungguku.
    Aku menyeberang jalan, dan melihat di kejauhan. Tak ada tanda - tanda orang dengan motor Yamaha.
    Apa dia membohongiku?
    Aku harus berpikir positif, mungkin dia belum datang, aku tunggu saja.

    Tak berapa lama sebuah sepeda motor berhenti di sebelahku. Aku ragu, apakah itu dia atau bukan. Aku maju, mundur, berniat menghampiri. Kuurungkan niatku. Aku menunggu lagi.
    Ahh, betapa bodohnya aku, aku khan sudah mencatat nomor hapenya tadi.
    Aku mengeluarkan handphone, men - dial nomornya . Tersambung . Aku melihat orang di sebelahku. Dia tidak bereaksi .
    Apa mungkin dia sudah tahu ya? trus menungguku menghampirinya?

    "Mas, ayo pulang!" seorang cewe berseragam SMA 17 langsung membonceng dibelakang lelaki itu.

    "Lho, udah dateng toh dik, trus sekarang mau kemana ?" tanya lelaki itu
    "Jalan dulu deh mas, ngomongin di jalan aja."

    Motor itu melaju di depanku, meninggalkan asap yang mengepul. Aku terbatuk - batuk.

    Asem!! Tuh motor minta di servis kali yah, asapnya sampai item gini. umpatku dalam hati

    Aku menunggu lagi. Berharap dia segera datang . Tak berapa lama, sebuah motor berhenti agak jauh dari tempatku berdiri sekarang. Tapi kok ?? Motornya gini yah ?? Emang sih bener, motornya Yamaha, tapi kalau ini mah, YaPek, Yamaha Perek kalau kakakku ngomong, sepeda motor lawas warna orange ngejreng, masih 2 tak, mana jalannya kayak siput, trus kalau jalan asepnya kemana - mana lagi, pokoknya kuno deh!! Tapi, Masa bener ini dia, kalau bener juga gak papa. Shock aja.
    Cowok itu mengeluarkan handphone dari saku celananya. Dia tampak mengutak - atik handphonenya. Handphone-ku bergetar.
    Mampus, itu memang dia. batinku

    Aku menekan tombol "Yes".

    "Halo .." suaraku parau
    "Hei, aku udah sampai neh, kamu dimana ??" tanyanya
    "Aku, disebelahmu." kataku pasrah
    "Kamu yang pake jaket Adidas warna putih itu ??" dia celingak celinguk mencariku
    "Ii.. ya" dia melambaikan tangannya ke arahku. Aku membalasnya dengan harap - harap cemas.
    "Ok, aku kesana ya sekarang."

    Dia menuntun sepeda motornya ke sampingku dan memarkirnya. Aku hanya bisa pasrah. Aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas, dia memakai helm teropong dan juga cadar penutup hidung.

    "Kamu Ino?" aku melirik ke arahnya
    "Yup, kamu Ito khan ??" tanya dia
    "Iya." dia mengulurkan tangannya kepadaku. Aku membalas ulurannya. Kita bersalaman.

    Setelah bersalaman, dia membuka helm yang ia kenakan. Gundul ??
    Kemudian, dia melepas cadar yang menutupi hidung dan mulutnya.
    Aku terpaku, yang kulihat di hadapanku sekarang adalah sosok cowok gundul, berlesung pipit, bercambang, dan memiliki mata yang tajam. Idamanku. Ia berdiri tepat di depanku . Aku membeku.

    "Hei. kok ngelamun ??" dia membuyarkan lamunanku
    "Ehhmm .. Ngga. kenapa ?" aku gelagapan.
    "Kamu kecewa ketemu sama aku ??" raut mukanya berubah sedih
    "Ngg .. ngga kok, cuma aku heran aja."
    "heran kenapa ?" tanya dia penasaran
    "Ngga jadi deh, nggak jadi herannya."

    Maaf, aku berbohong, aku hanya kaget. Ada yah lelaki setampan kamu, naik motor Yamaha taun 80-an. Aku tertawa dalam hati.

    "Kok senyam - senyum sendiri sih ?" tanyanya lagi
    "Ehh, nggak papa kok. Kita mau kemana ??"
    "Terserah kamu deh, kamu gak malu khan naik motor bututku ??"
    "Malu ?? Nggak lah mas, aku juga ada motor kaya' punya mas di rumah."
    "Oo ya ?? kamu pakai juga ?"
    "Ohh .. nggak, yang pakai kakakku, yuk jalan."
    "Hmm .. kita kemana yah ?? Ke Jade Cafe mau?" tawarnya.
    "Boleh deh mas, aku lagi pengen jus nya yang mantap itu."

    Dia menghidupkan motornya. Ya, seperti yang sudah aku bilang, asapnya berlari kemana - mana. Orang - orang di sekitar kami menutup hidung masing - masing, tak ingin asap ini meracuni mereka perlahan - lahan.

    "Mas, cepet kabur deh, asapnya tuh." aku menepuk pundaknya, sambil berharap agar dia cepat berlalu.
    "Hehehe, maklum, motor tua, yuk."

    Motor butut - pun berjalan perlahan, meninggalkan asap putihnya yang mengganggu orang - orang yang berdiri di sebelahku tadi.
    Aku membetulkan posisiku duduk, menyentuh punggungnya, aku gak agresif,hanya jok motornya saja yang tidak cukup, tau sendirilah, motor taun lawas gitu lohh, untuk boncengan saja harus berdempetan gini.

    "Nggak cukup yah jok nya ?" tanya dia mengagetkanku.
    "Oh .. cukup kok. Cukup bikin aku nyaris jatuh." kataku bercanda.
    "Wahh .. jadi gak enak nih, ya udah sini majuan dikit, nanti kamu jatuh lagi."
    "Kalau jatuh juga nanti kedengaran kok." candaku lagi.

    Aku terdiam lagi. Bingung. Bingung untuk berkata - kata, atau mengajak ia bicara. Dia sungguh tampan, dan hal inilah yang mebuatku diam membisu.

    "Kok diam aja, to?" tanyanya.
    "Hmm .. nggak kok mas, lagi menikmati jalan kayak siput aja pakai motor ini."
    "Deeuuh, nyindir nih yee. Habisnya cuman mampu beli motor kayak ini sih, belum punya duit."
    "Hahaha, gak masalah kali mas, mau motor kayak apa, yang penting bisa jalan, walau kayak siput aja..."
    "Yeee .. nyindir lagi." dia mencolek pinggangku. aku menghindar.
    "Week, gak kena, lagian, aku lho gak geli mas, hohohoh."
    "Ihh .. kata orang, kalau gak geli brarti istrinya jelek."

    "Biarin aja, lagian dimana - mana, Tuhan menciptakan semua nya pasang - pasangan, cakep ama jelek. So, kalau istriku jelek, itu berarti aku yang cakep. Lagiaann, aku khan belum mikir mau punya istri apa nggak" kataku. Aku mencolek pinggangnya, dia kegelian.

    "Tuhh .. mas kegelian khan, berarti, istrinya cantik, otomatis mas itu jelek." aku tertawa
    "Ih, kurang ajar yah ama kakaknya."
    "Hehehe .. biarin aja, mas yang mulai duluan sihhh, ya aku tanggepin."
    "Emangnya, mas mau punya istri yah?" tanyaku dengan nada bercanda. Dia tidak menjawab.

    "Eh, udah sampai nih, ramai ya ternyata." dia mengelak. mungkin dia tidak ingin menjawabnya. Sudahlah, pikirku. Pertanyaannya juga tidak begitu penting untuk dijawab.


    Aku turun dari motor, menunggu Ino memarkir motornya. Suasana Jade Cafe benar - benar ramai oleh anak SMA. Sepertinya, hari ini juga merupakan hari pertama mereka masuk. Aku celingukan, mencari tempat duduk.

    "Wah, rame juga yah siang ini." Ino muncul di belakangku
    "Iya nih mas, rame banget, mana ngga' ada tempat kosong lagi." ujarku was was.
    "Nah, itu ada yang udah selesai." Mas Ino menunjuk ke sudut Cafe.
    "Iya, yuk mas. Keburu ditempati orang lain." Aku berlari ke meja yang ditunjuk.

    Pegawai Cafe mengangkat piring kotor dan mebersihkan meja yang akan kami tempati, sembari menyodorkan daftar menu kepada kami berdua.

    "Mas mau pesan apa ?" tanyaku
    "Kamu aja deh pesen duluan, aku mau ke toilet."
    "Ikut donk" candaku sambil mengerlingkan mata.
    "Hahaha .. belum saatnya." dia mengacak - acak rambutku, kemudian berjalan ke arah toilet

    Aku menuliskan jus di kertas order, hmm .. sudah lama aku tidak minum jus disini. Ya, walau cuma sekedar jus, tapi tetep, jus disini yang paling mantap dibandingkan jus - jus di tempat lain, ntah mungkin yang bikin mantap itu, minum jus sambil ngelihatin cowo - cowo SMA lain sedang makan disini, hohohh .. itu kayaknya jadi faktor tambahan kenapa aku suka suasana disini.

    "Udah, to? Pesen apa jadinya." Inu kembali dari toilet
    "Jus melon, lagi ngidam neh mas, udah lama pengen kesini, baru kesampaian sekarang." kataku
    "Eh to, sini deh aku bisikin." katanya serius
    "Kenapa mas?" aku memajukan telingaku.
    "I Lap U." sambil mengelapkan tangannya yang basah ke baju SMA ku.
    "Ihh, gak sopan! Daritadi aku dikerjain terus." protesku
    "Hehehe .. sekali - kali khan gak papa to." kilah dia sambil mengacak rambutku lagi.
    "Ya udah, mas mau pesen apa ? katanya tadi laper." tanyaku
    "Hmm .. pengen makan ayam kecap, nanti kalau gak abis, kamu bantuin ya!"
    "Boleh deh, sambil incip - incip juga."

    Aku memanggil pelayan. Seorang pelayan datang, dengan baju khas jade cafe yang menurutku cukup unik, warna cerah perpaduan merah menyala dan hitam, dengan topi khas beraneka model yang berbeda untuk tiap pegawai.

    "Sudah selesai ?" tanyanya
    "Yup"
    "Saya ulangi pesanannya ya mas. Ayam kecap dan nasi putih 1, jus melon 1, sama es jeruk 1. Ada tambahan ?" tanyanya melanjutkan
    "Udah itu dulu aja mas, minumnya cepat yah mas, haus."
    "Sip, beres. ditunggu 5 menit lagi ya." dia berlalu meninggalkan kami

    Kami terdiam. Pandangannya jauh menerawang ke tubuhku. Tidak, dia tidak mengamatiku. Dia melihat hal lain. Pandangannya kosong. Entah apa yang dia pikirkan
    Aku pun terdiam. Bingung. Tidak ada topik yang bisa aku mulai untuk mencarikan suasana kaku ini.

    "Mas, haloo, mass?" suara pelayan cewe mengagetkanku
    "Duh, ganteng - ganteng, berdua, kok ngelamun toh. Nih pesanannya" tambahnya
    "ehh .. Iya mbak." jawab kami hampir bersamaan
    "Makasih ya mbak" tambahku singkat

    Aku segera mengambil jus mkamun dan menyeruputnya. Enak. Mantap banget. Di seberang aku, aroma ayam kecap merasuki lubang hidungku. Aku tiba - tiba ingin mencobanya.

    "Wah .. mas, ayam kecapnya kayaknya enak." aku memasang muka mupeng

    "Deeh .. katanya tadi gak mau, hehehe. mau tah ? aku suapin yah ?" dia menyodorkan sendok yang sudah berisi nasi dan ayam

    "Duh, sok romantis. Boleh deh mas, tapi cepet yah! banyak orang, malu" kataku gelisah, tapi pengen. Sepasang mata seorang pelayan mengawasi gerak - gerik kami, curiga.

    "Ahh .. cuek aja, masa kita kayak pasangan sih ??" kata dia sambil tertawa

    "... I Hope so" kataku lirih

    "Ha ? Kenapa to? kamu bilang apa?" tanyanya penasaran
    "Nggak, aku cuman bilang, mungkin aja" aku meringis

    "Enak ya ayamnya." kata dia memuji
    "Iya mas, makanan disini khan emang sedap semua." tambahku
    "Mau disuapin lagi?" tanya dia

    "Udah, nanti aja, mas makan dulu deh, aku ntar terakhir aja kalau gak habis."
    "Bener nih gak mau disuapin lagi ??" tanyanya sambil mengerlingkan mata
    "Deeeh, genit amat sih." aku mencubit lengannya.

    "Aduh.."

    "Kapok, rasain, jadi orang jail amat" aku memonyongkan mulutku, dan menjulurkan lidahku. seperti dua orang anak kecil saling mengejek.
    "Ih, awas yah, aku bales nanti."
    "Nggak takut"

    "Untung nih tempat rame, kalau gak rame kamu udah aku apa - apain." candanya
    "Mau dong" tantangku
    "Bener nih ?"

    "Iya, aku tungguin apa - apanya." aku meledek
    "Udah ah, makan dulu, ntar keburu dingin."

    Ino melanjutkan makannya yang tertunda. Aku menatap wajah tampannya. He's so perfect. Terlihat tampan dengan t-shirt yang ia kenakan sekarang, berwarna cokelat tua dipadukan dengan putih kulitnya. Cambang dan sorot matanya yang tajam membuat aku terpesona.
    Sepertinya aku jatuh cinta. Jatuh cinta pada pertemuanku yang pertama. Apakah ini benar cinta ? Atau hanya obsesiku semata ?
    Aku menatapnya. Melihat dia dengan sedapnya menyantap ayam kecap di hadapannya, sembari sesekali menyeka kuah yang menempel di sudut bibirnya.

    "Liat apaan sih ?" dia mengagetkanku
    "Hhh. nggak kok, cuman lagi pengen ngelihat kamu aja." aku mencoba mencari alasan
    "Hehehe, naksir yah ??" dia cekikikan
    "Ihh .. ge - er, nggak lah." nggak salah, aku membatin
    "Ya udah, awas nyesel ya."
    "Nggak .. nggak nyesel kok, masih banyak yang lain."
    "Hmm .. emangnya, kamu suka yang kayak gimana sih?"
    "Yang gimana yah, mungkin, yang mirip - mirip kamu, tapi bukan kamu." tambahku
    "Maksudnya?" dia penasaran. Sebutir nasi menempel di pipinya

    "Eh, tuh ada tamu yang mau masuk di pipi kamu." dia mengusap pipinya, mengambil nasi yang menempel dan memasukkan ke mulutnya.

    "Duh, mas makan lama banget sih"
    "Ih, biarin, lagi seru neh. Enak banget ayamnya, apalagi tulangnya."
    "Ya udah, cepetan ya, kasian nanti, monster di camp nungguin aku."
    "Siapa? Temanmu tah?"

    "Iya tuh mas, nih udah missed call dianya." aku menunjukkan layar handphone ku dengan satu panggilan tak terjawab

    "Iya deh, eh aku kenalin donk ke dia, cantik gak?"
    "Emang masih suka cewe??" aku menyindirnya
    "Hmm .. ada deh, pokoknya kenalin yah ??" dia mengharap

    "Jangan dulu deh, bahaya, dia belum jinak, nanti aku bawa dia ke dokter hewan dulu, biar disuntik obat penenang."

    "Ih. sadis juga kamu"

    "Yaa dikittt, nanti kalau mas buas deket - deket sama aku, juga bakalan aku suntik kok."
    "Suntiknya sakit gak ?"
    "Gak kok, paling kaya digigit macan."

    "Yeee .. aku mau disuntik tapi yang gak sakit aja, tapi, aku suka nya menyuntik, buka disuntik, tapi kalau sama kamu gak papa deh."

    "Maksudnya mas?" aku keheranan, nggak paham.
    "Ahh .. pura - pura gak tahu."

    "Beneran emang gak tahu kok. Emang apaan ?" aku bertanya lagi

    "Udah ah, gak usah dibahas, aku udah selesai nih, yuk balik." dia berdiri sambil mengeluarkan dompet dari dalam saku celananya.

    "Tanyain sana brapa."
    "Dibayarin neh critanya??" aku memanggil Pelayan
    "Iya adikku sayang." dia mengacak - acak rambutku. Lagi
    "Semuanya 18 ribu mas." pelayan itu menunjukkan lembaran tagihan.
    "Ini mas." dia memberikan selembar uang dua puluh ribuan.

    "Ditunggu yah mas kembaliannya." tambah pelayan itu
    "Ohh. gak usah mas, kembaliannya ambil aja."
    "Wah, terima kasih mas." senyuman mengembang di bibir pelayan itu.
    "Iya sama - sama. Yuk to, pulang" dia menarik lenganku.

    "Duh, sabar donk, gak usah pake tarik - tarik." aku menepis tangannya, sakit.
    "Iya neh, udah gak sabar mau dikenalin ama si monster."
    "Yee .. gak mau ahh, kapan - kapan aja." tambahku

    "Pokoknya dikenalin, plzzzz." dia memohon, seperti anak kecil minta dibelikan permen.

    "Liat nanti deh, yuk pulang." aku membonceng di motor bututnya. Motor dinyalakan, asap putih kembali memenuhi udara. Kita mulai berjalan perlahan meninggalkan cafe. This is my lucky day,
    batinku dalam hati.
  • dulu pernah baca di gif. sampai pergi ke pesta temennya victo.
    kali ini sampai tamat gak?
  • @~m0x~ ceritamu bagus, salah satu cerita nggantung yg masih penasaran sama endingnya.
  • waa..dilanjut juga,,hehe. dulu baru nyampe yg mereka lagi belanja baju.. tamatin dong, jgn gantung lagi.. :D
  • Sebenarnya cerita itu masih puaaannjjjaaaaaaannggg banget, hehehe, tenang, lanjutan nya sudah dibuat kok, tapi karena harus recap dan ada pengeditan

    Menyesuaikan gaya bahasa dulu dan sekarang, hehe..

    Sabar yaaaa
  • aduh mau baca panjang bgt

    victor?
    anak surabaya?
    anak pataya jg ya :))
  • Iya, anak surabaya, tapi skrg ngga lagi di Surabaya, udah kerja di luar
  • Sy jg sdh baca yg ada d gif. Bagus tu ceritax! Sy penasaran sama endingx. Moga z d sni mp tamat. :D
  • Gif?? Wah.. Ada yang naruh kesana yahh?? Hehehe, aku malah nggak tau
  • gif yg dulu, sblm yg skrg. kayanya pake nama ~m0x~ juga.

  • lanjut mas...

    jadi ingat nih aku pernah jadi pelaku MiRC dulu pas hahaha....

    tapi asl kan harusnya age sex location knp si victo jawab age tinggi badan berat badan hahaha
    piye to??
  • chibipmahu wrote: »
    lanjut mas...

    jadi ingat nih aku pernah jadi pelaku MiRC dulu pas hahaha....

    tapi asl kan harusnya age sex location knp si victo jawab age tinggi badan berat badan hahaha
    piye to??

    Yep, asl memang age sex location, tapi karena percakapan cowo-gay, asl plz biasanya berubah menjadi asl stats

    Kan dibilang, daripada nulis yg nanti bakal biasa ditanyakan dalam sebuah percakapan mirc cowo dan cowo

    Toh kalau co sama co, kita sudah tau dia cowo, dan pasti kita sudah tau location dia di kota mana, yaa tohh?

    Jadi ga perlu menulis : 19 m sby

    Gitu :)

  • Ino hanya mengantarkanku sampai ke warnet, dan tentu saja Sasha sudah pulang karena tiba – tiba Mamanya menelepon, aku pun tidak keberatan jika harus berjalan kaki untuk pulang ke rumah, toh jarak warnet ke rumah tidak terlalu jauh. Ino sempat kecewa karena tidak berhasil ketemu dengan Sasha, tapi aku berjanji akan mengenalkannya suatu saat.

    Aku berjalan sambil bersenandung kecil, terkadang aku tersenyum sendiri mengingat - ingat sang pangeran buruk rupa yang baru saja aku temui tadi.

    Akhirnya aku sampai juga di depan rumah, rumahku tidak terlalu besar, tetapi cukup nyaman untuk ditinggali bersamaku dan keluargaku. Rumahku tampak sepi seperti biasanya, kakak - kakakku pada sibuk kerja. Cuma aku yang masih sekolah. O iya, aku belum cerita mengenai keluargaku. Aku anak kelima dari lima bersaudara, lahir premature 7.5 bulan. Papaku meninggal waktu aku kelas 1 SD, sejak saat itu Mamaku lah yang banting tulang menghidupi keluargaku. Dia benar - benar wanita idamanku.

    Aku membuka pintu rumah. Nampaknya, mamaku sedang ada di rumah. Di umurnya yang menginjak kepala lima, dia masih terlihat cantik bagiku, begitupun kata teman - temanku. Mereka selalu menanyakan hal yang sama, kenapa beliau gak kawin lagi ya. Aku juga tidak tahu mau jawab apa, hanya beliau dan Tuhan yang tahu jawabannya.

    "Siang Ma, kok gak ngantor ?" aku menyapanya.
    "Iya nih, pulang cepet, lagi malas di kantor, gak enak badan. Gimana sekolah kamu ?"
    "Baik ma, yah lumayan dapat beberapa teman baru." aku berjalan ke arah kulkas, membuka pintunya mengambil botol dan meneguknya.

    "Lho, motor kamu mana ?" tanya mama sambil memandang ke arah halaman yang kosong.
    "Dibawa Sasha ma, tadi dia gak bawa motor, diservis. Daripada aku nganterin ke rumah dia yang jauhnya kayak jin buang anak, mending dia yang suruh bawa trus besok dia jemput aku." aku menyeka air yang menempel di bibirku.

    "Ohh, gitu toh. Ya udah, mama tidur lagi yah, istirahat. Capek." mama membuka pintu kamarnya dan bergegas masuk.

    "Ok ma, aku juga istirahat dulu yah." aku segera berjalan ke arah kamarku. dan merebahkan tubuhku di atas kasur kesayanganku.

    Kemudian aku bangun, melepaskan seragam dan sepatuku. Aku tersenyum sendiri, membayangkan lagi pertemuanku barusan dengan Ino. Aku mengganti bajuku dengan baju rumah, berjalan ke arah kamar mandi dan mencuci wajah serta kakiku. Aku ingin segera memeluk guling kesayanganku. Istirahat. Aku ingin memimpikannya!

    ===

    Beberapa kilometer dari rumahku.

    "Ma, aku pulang" keringat membahasi kening dan baju yang dia pakai, tampak jelas bekas keringat membentuk disana.

    "Kamu kenapa ?? kok keringat sampai segitu banyaknya."

    "Iya neh ma, biasanya motornya mogok lagi. Jadi aku dorong lagi deh sampai rumah." Ino terkekeh sembari menuju dapur dan mengambil air minum disana.

    "Kamu itu yah, udah mama bilang, motor butut gitu masih dipakai. Ingat lho yah, kamu gak boleh terlalu capek"

    "Duh, ma. Ino bukan anak kecil lagi, lagian motor butut itu khan kenangan mama sama papa, boleh donk aku terus pakai."

    "Ya udah terserah kamu lah."
    "Ma, aku mau cerita sesuatu."
    "Apa ?"
    "Akhirnya aku menemukan orang yang kayaknya aku sayangi." Ino berkata bangga.
    "Siapa ?"
    "Ada deh ma, nanti kalau udah sreg, aku kenalin ke mama. Pokoknya dia SIIPP deh. Percaya deh! ya udah, Aku ke atas dulu yah." Ino berlari meninggalkan mamanya yang terdiam.

    Mama Ino menghampiri lemari di sebelahnya, mengambil bingkai foto yang diletakkan di atasnya. Itu adalah foto suaminya. Suami yang telah meninggalkannya dua tahun yang lalu. Tak terasa ia meneteskan air mata. Ia memandang foto itu dan berkata

    "Pa.. semoga kali ini anakmu benar - benar menemukan orang yang tepat."

    Ia mendekap foto itu ke dadanya. Air mata mengalir deras dari matanya, membasahi pipi dan kemudian jatuh ke baju yang ia kenakan. Ia kemudian tersadar, tak boleh menangis disana. Tak boleh ada orang yang melihatnya menangis. Ia harus tegar. Setegar apa yang telah dilakukan oleh orang - orang yang dicintainya.

    Ia menyeka air mata menggunakan tangan kanannya, mengembalikan foto itu ke kamarnya kemudian berjalan menuju kamarnya.

    Kamar Ino
    Ino mengambil handuk dan menyeka keringat di sekujur tubuhnya. Ia membaca sms yang tertera di layar handphonenya. Dia tersenyum. Kemudian tampak memijit - mijit tombol handphonenya.

    "Udah sampai rumah nih. Lagi ngapain?"
    Tentu saja yang ditanya tidak akan menjawab sms nya. Dia sedang menikmati mimpi indahanya disana...

    ===

    Jam 17.00
    Ito terbangun karena pintu kamarnya digedor.

    "Dik, bangun .. Sasha telepon tuh!" Ito tersentak kaget dan menggerutu dalam hati.
    "Iya ma, sabar." ia berjalan malas menuju pintu kamarnya. kemudian berjalan ke arah telepon yang terletak di ruang tengah.

    "Haloo." suara Ito terdengar serak.
    "Heeeeeeee .. nggak ada kabar sih, gimana gimana, cerita donk ketemuannya, cakep gak, truss ngapain aja." Ito menjauhkan gagang telepon dari telinganya, suara Sasha yang begitu menggebu serasa memecahkan gendang telinga.

    *Hooaaeemm . Ito menguap

    "Elo masih tidur??" Sasha bertanya kembali.

    Hmmm ..."
    Klek. Tutt tuutt tuutt

    "Hallow hallow ???" di seberang sana Sasha kebingungan karena hanya suara tut tut saja yang terdengar.
    "Kok ditutup sih." sasha mengomel, dia menekan tombol redial. Tak berapa lama

    "Apaan laggiiiiii ?"
    "Yeee .. kok ditutup siihh telponnyaa, gew khan pengen tahuu kelanjutan kaliaaann gimanaa"

    "Hoaaaeeeemm ... elo tuh yah, udah tahu kalau jam segini biasanya gew tidur, masih aja digangguin, besok aja ngapa critanya. NGANTUKKK neeehh. udah yaaahh daaaaaaaa"
    Klek. Tutt tuuttt tuutt

    "Yahh.. ditutup lagi, duhhh nyebelin banget sih jadi anak." Sasha pasrah dengan seribu macam pertanyaan mengusiknya, ingin segera bertemu Ito di sekolah besok.

    ===

    Ito kembali ke kamarnya, mengambil handphonenya. 3 pesan baru.

    [Ino Gundul] *Wah, lagi tidur yah? Yah udah deh. Met bobo aja

    [Nyet Sasha] *Gimana woyy gimanaaa ceritanya ??

    [Ino Gundul] *Udah sampai rumah nih. Lagi ngapain ?

    "Duh, sorry baru balas neh mas, keenakan ngimpi." ... Sent ... tak berapa lama

    "Heheh, gpp kok, udah mandi ? mimpi aku gak ? " Ito tersenyum membaca sms tersebut

    "Ge er amat yah jadi orang? Rugi ah ngimpiin situ, mending ngimpiin Brad Pitt" ... Sent ...

    "Aku khan mirip ama Brad Pitt, mirip klo diliat dari Mars."

    "He5x. Udah ah mas, mau mandi dulu. Mas juga mandi dulu sana."

    "Ok. C u adikku sayang."

    Aku berbunga - bunga, tak bisa dipungkiri, Ino memanggilku sayang? Secepat itu?

    Aku gak boleh ge-er, bisa saja, dia hanya menganggapku tak lebih dari adik, yaa.. Sayang kepada adik.

    Ahh entahlah, tak usah kupirkan, aku tak peduli dengan panggilan sayang tersebut apa artinya, yang jelas aku sedang bahagia
  • Keesokan harinya

    Aku membuka mataku dengan malas, hari kedua ku sebagai anak Bahasa pun akan segera dimulai. Aku masih memeluk gulingku, malas. Surabaya begitu dingin hari ini, tak seperti hari sebelumnya. Temanku pernah bilang, “Di Surabaya bisa hujan yah?” kata – kata dia memang bukan tanpa alasan, udara panas di Surabaya bisa membuat orang meleleh, panasnya tak karuan. Tapi, entah mengapa belakangan Surabaya jadi dingin, hmm .. Global Warming kah ?? atau … ahh tak tahulah.
    Aku masih saja berguling ke kanan dan kiri. Drrrtt.. drtt.. Hapeku bergetar. Aku memang selalu men-silent handphone ku, aku lebih suka mengubah status menjadi getar daripada harus mendengarnya berbunyi, berisik. Aku melihat layar handphone Nokia 3110 Classic kepunyaanku. 1 pesan baru diterima.

    *Ino Gundul
    “Adek, dah bangun? ayo semangat y skulx. Nanti siang plg skul, mas jmpt km di skul. Jalan yuk.”

    Aku membalasnya.
    “Mo kmn emangnya mas?? Ya udah, emang udah tau aku skul dimana ??”

    Tak berapa lama …

    *Ino Gundul
    “Nah, tuh dia yg mo mas tanya, skul mu dmn yah ?? He5x, maklum, kangen”

    Aku tersenyum sembari menggeleng – gelengkan kepala saat membaca sms Ino, dasar orang aneh pikirku.
    “aQ skul di SMATAG .. jemput di pintu dpan aja yah, aku tgg, jam ½ 2 an”

    Tak lama dia membalas
    *Ino Gundul : Okay .. c u later

    Aku segera bangun dari tempat tidurku, meregangkan badanku kemudian membenahi bantal serta gulingku. Aku membuka pintu kamar, tampak mamaku sedang sibuk menyiapkan sarapan di atas meja.

    “Pagi Ma!” aku menyapanya
    “Pagi, dik. Sana cepet mandi! Barusan Sasha telpon katanya dia agak telat jemput kamu, soalnya disuruh nganterin adiknya dulu ke sekolah.”
    “Ohh .. ya udah ma, lagian hari kedua, telat dikit gak papa lah. Aku mandi dulu yah ma!”

    Aku beranjak meninggalkan mamaku, aku melirik ke atas meja makan. Tampak beberapa potong ayam kecap kesukaanku, hmm .. aku mencomot sepotong sayap ayam.

    “Heh !! Blom mandi udah nggado!” Mama mengagetkanku.
    “Hehehe, iya nih ma, habis enak sih.”
    “Udah sana cepet mandi, makanannya udah matang smua.”

    Aku berjalan ke halaman depan sambil menikmati sepotong ayam, mengambil handuk dari jemuran dan menyelempangkannya di leherku. Tampak beberapa ibu komplek rumah sedang menjalankan ritual mereka, jalan pagi. Aku tersenyum pada mereka. Mereka pun membalasnya. Aku masuk kembali dalam rumah, dan segera beranjak ke kamar mandi. Ahh, air pagi ini benar – benar dingin. Lumayan, memulai hari dengan rasa segar di badan. Aku mempercepat mandiku, ingin segera menikmati sarapan yang sudah disiapkan mamaku.

    Kring .. Kring ..

    Aku segera mengeringkan badan dan memakai bajuku. Aku berlari menuju ruang tengah.

    “Halo ..” suara di seberang menyahut
    “Yah, pagi ..” aku menahan rasa dingin yang tersisa.
    “Mama ada?” aku mengenali suara itu.
    “Oh .. tante, bentar yah. Mama masih di dapur.” Aku memanggilnya.
    “Ma, telpon dari tante Ririn.” Terdengar sahutan dari arah dapur.
    “Yaaa, sebentar. Dik, tolong sini sebentar. Tungguin masakannya mama neh, nanti gosong. Tolong balikkin yah.” Aku bergegas menuju dapur.

    Aku menunggui masakan mamaku, tempe goreng. Kesukaanku kakakku. Memang, selera anggota keluarga kami berbeda – beda. Aku sangat suka ayam goreng, Kakakku laki suka ikan goreng, dan ada lagi yang sukanya tahu tempe. Heheh, maklumlah keluarga besar. Jadinya terkadang mama memasak beberapa pilihan makanan untuk anak – anaknya, aku sangat menghargai itu. Di tengah kesibukannya yang benar – benar padat, dia masih tahu kewajibannya sebagai ibu rumah tangga yang baik.
    Aku memandang kearah luar jendela. Suara deru motor menghampiri rumahku. Sasha datang.

    “Lho Nyet! Katanya nganterin adikmu dulu?”
    “Iya neh, udah aku anterin cepet- cepet mana aku laper neh belum makan, habisnya aku pengen cepet dengerin ceritamu kemarin. Oiya, mamamu masak apa hari ini? Trus elo ngapain disitu?”
    “Nih, lagi nungguin gorengannya nyokap, dia lagi telpon. Masuk gih, sekalian makan. Aku baru kelar mandi. Elo bilangnya mo dateng agak siangan jadinya aku molor mandinya.”
    “Ya udah, nggoreng yang bener. Awas gosong.”
    “Oke, bisa masuk sendiri khan?” Sasha membuka pintu pagar dan memarkir motorku di halaman. Ia melepas sepatunya dan masuk ke dalam rumahku.

    “Pagi tante” ia menyapa mamaku yang sedang asyik telepon.
    “Eh, iya. Pagi, masuk sini Sha. Tante tak telepon dulu”

    “Hayo .. nggoreng apaan say? Berasa belajar jadi ibu rumah tangga yang baik neh??” Sasha menepuk pundakku dari belakang.
    “Hush, ngawur. Nih goreng tempe. Udah kelar kok.”
    “Ahhhh … Panaasssss …” Sasha mencomot tempe yang baru saja aku goreng, kemudian memakannya tanpa meniup nya terlebih dulu, jelas aja panas. Hot from Teplon sihh …
    “Yaah, pagi – pagi udah bego. Ya jelas aja lah panas, wong barusan aku goreng.” Aku mengambilkan air putih dingin dari kulkas di sebelah kompor.
    “Nih minum dulu.” Aku memberikannya pada Sasha.
    “Kenapa, dik??” Mamaku kaget melihat Sasha yang jingkrak – jingkrak menahan panas.
    “Ini nih, si Sasha main makan aja, udah tahu baru selesai di goreng langsung aja dimakan.”
    “Habisnya laper sih tante, mana keliatannya enak gitu.” masih terlihat ia mengibaskan tangannya ke arah lidahnya. Kepanasan.
    “Ya udah, makan bareng aja. Lagian udah pada selesai semua nih. Dik, ajak Sasha makan sana.”
    “Iya ma, siap.” Aku menarik tangan Sasha keluar dari dapur.
    “Dah kamu duduk sini. Ambil nasinya sendiri, jangan lupa ambilin aku nasi juga. Aku mo ganti baju dulu.” Aku mendudukkan sasha di meja makan, dan segera menuju kamar untuk bertukar baju seragamku.

    “Wah .. Tante, masakannya enak.” Terlihat dari suaranya, kayaknya ia begitu kelaparan. Aku sudah selesai memakai baju seragamku, kemudian mengambil beberapa buku kosong dan memasukkan ke dalam tas ranselku. Aku membuka pintu kamar, dan berjalan kea rah meja makan. Perutku tak bisa di kompromi, lapar.
    “Mana nyet nasi aku?”
    “Nih, anak manja.” Aku mencubit tangannya
    “Enak aja bilang aku anak manja, awas kamu yah, brangkat jalan kaki!! Atau kalau gak, habis elo makan aku keluarin bon, trus elo bayar apa yang elo makan disini kalau gak mau elo cuci sendiri tuh piring bekas kamu makan.” Aku menjulurkan lidah ke arahnya.
    “Ihh .. gak ikhlas neh critanya aku makan disini. Lagian, tante lho ikhlas kok kamunya nggak. Iya khan tante ??” Sasha mencoba mencari seseorang yang bisa membelanya.

    “Duh, udah udah. Cepetan makannya, nanti pada telat.”
    “Trus trus, gimana ceritanya kemarin, ceritain ketemuannya kemarin gimana.”
    “Ntar aja deh di sekolah yah, males cerita disini.”
    “Ahh .. elo tega yah bikin aku penasaran, aku nunggu setengah hari, penasaran gak bisa tidur. Eh, elo masih nyuruh aku nunggu lagi ??”

    “Duh, apa sih ribut lagi??” mama muncul dari dapur
    “Emang ketemu sapa sih dik??” aku gelagapan. Bingung. Aku mencubit paha Sasha, yang dicubit menahan rasa sakit.

    “Ehngg .. nggak kok, te. Kemarin di warnet Ito ketemu ama temen SMP nya, trus ngobrol gitu deh. Trus, saya liat kok cakep juga gitu temennya dia, Sasha jadi naksir deh, minta dikenalin tapi Ito nya gak mau.” Sasha mencoba mengarang cerita, walaupun kelihatan banget cerita itu gak ada korelasinya sama sekali.

    “Waduh, kalau udah ngomong masalah cowo, tante angkat tangan deh. Ya udah, tante ke kamar dulu. Mau mandi.” Tampaknya mama percaya dan itu tandanya kita aman.

    “Elo sih nyettt. Awas yah kalau sampai ketahuan aku bisa berabe. Deket – deket ama cowo lagi. Untung tadi nyokap aku percaya, coba kalau nggak. Berapa banyak pertanyaan yang akan keluar.” Aku berbicara sambil berbisik, takut terdengar mamaku.

    “Iya deh iya, maaf banget. Habisnya aku antusias sih. Aku khan nggak mau ketinggalan zaman gitu loh. Tapi beneran, nanti di skul ceritain yah.”

    “Iya iya.. makannya udah selesai blom ? Berangkat sekarang yuk, takut telat.”

    “Udah nih, ayo berangkat.” Aku memberesi piring bekas kami makan dan menaruhnya ke dalam tempat pencucian, kemudian mengambil botol air minumku dari kulkas dan meneguknya. Aku dan Sasha berjalan ke kamar depan, aku ketuk pintunya.

    “Ma, aku berangkat dulu yah!!”
    “Tante, Sasha berangkat dulu yah, makasih sarapannya.”
    “Eh iya, sama – sama, tapi jangan sering – sering yaa, nanti bangkrut!! Ati – ati kalian semua di jalan, maaf lagi mandi soalnya.” Aku tahu kalau mamaku sedang bergurau, aku dan Sasha tersenyum. Aku mengambil helm yang aku taruh di atas meja depan. Kemudian mengeluarkan motorku dan menghidupkannya. Yah ,, Hari ini pun dimulai!

  • Sempat kepikiran untuk menambahkan POV di sela-sela cerita, agar karya lawas ini menjadi lebih beragam

    Mohon masukan dan saran yaaa
Sign In or Register to comment.