Halo gays...
Newbie ijin bergabung ya. Mohon kritik dan sarannya.
Case 1 : His name is Rico
Fanfiction from
203 Goushitsu No Jinco-San by Nari Yamada
Modified by
Zuyy18
* * * * * *
“Bukan
Kau sudah mati,
Terimalah hal itu dan tolong jangan datang kesini lagi..”
Aku duduk bersila di atas ranjangku dan memandang jengah pada sosok di depanku.
“Jadii akuu benarr benarr sudahh matii ya... Tuann Micoo...”
Sosok itu memandang sayu kepadaku. Berbicara dengan suara yang dalam dan berat.
“Hadeh..bukan Mico.. tapi ‘Rico’...” aku menggaruk belakang kepalaku yang sebenarnya tidak terasa gatal.
Cklek!
Kami sontak menoleh ke arah pintu kamar yang mendadak terbuka.
“Rico, cepat tidur! Besok terlambat sekolah lho!”
“Iya ma..”
Sejenak mama tertegun melihat ke arahku.
“Eh..
Umm..
Ya sudah, pokoknya jangan tidur terlalu larut!”
“Iyaaa.......”
Blamm!
Hemmhh...
Aku menoleh kembali ke arah sosok yang duduk di hadapanku.
“Akuu mengertii.. ternyataa akuu memaangg sudahh matii..
Selamatt tinggaall...”
“Jangan ragu, pergilah ke alam baka dengan tenang”
“Baikk...”
“Jaga dirimu”
Perlahan sosok itu terbang keluar jendela dan menghilang di pekatnya malam.
Hemmmhh....
Aku merebahkan badanku dan meletakkan kedua tanganku menyilang menutup mataku.
* * * * * *
(flashback)
Sosok kecil berkuncir dua itu terus mendekatiku, dan ikut berjongkok disebelah kami yang sedang asik bermain pasir di bak pasir taman komplek rumah kami.
“Bolehh..akuu ikutt mainn denganmuu..?”
“Kau sudah mati, kita gak bisa main bersama”
Aku menoleh pada sosok kecil yang sepertinya sebaya dengan kami.
Dia menunduk sendu menatap ember dan sekop warna-warni yang kami pakai membangun istana pasir.
“Hei! Rico! Kamu ngomong sama siapa? Jangan ngomong sendiri lagi deh!
Serem banget kamu ini!”
Ferro , teman sepermainanku sedari TK ini menghardikku yang lagi-lagi mendadak berbicara sendiri.
Ya mau gimana lagi, mungkin dia tidak bisa melihat anak itu, yang sudah melayang meninggalkan kami. Entah kemana perginya anak itu. Aku hanya bisa menatap langit biru cerah ke arah perginya anak perempuan berkuncir dua itu.
“Hei Rico! Jangan melamun! Nanti kau menghancurkan istana kita!”
Aku menoleh pada Ferro dan tersenyum padanya yang selalu bersungut-sungut.
“Kenapa senyum-senyum? Dasar gila...”
Sambil terus menggerutu dia menepuk-nepuk pasir dihadapannya.
Aku tetap tersenyum, karna aku tau dia tidak marah, karena setelah itu dia menyunggingkan bibirnya sedikit setelah aku tersenyum padanya tadi dan pipinya bersemu merah.
* * * * * *
Nyamm..nyamm..nyamm..
“Hei Rico! Pagi!”
Aku menoleh ke belakang.
“Pagi Ferro, mau?” aku menyodorkan kantung plastik berisi makanan.
“Ish kau ini! Selalu makan sambil jalan! Tapi boleh deh...”
Aku memutar bola mataku melihatnya nyengir dan mengambil satu bungkus snack dari sekantung plastik snack yang kubawa.
“WAAAA...!!!!”
“Uhukkk”
Hampir saja Ferro tersedak snack yang dimakannya karena tiba-tiba saja ada cowo berkacamata bingkai tebal mendadak muncul di tikungan yang berteriak dan mengacungkan telunjuknya ke arahku.
“KAU!! Kalau berada di dekatmu selalu jadi menggigil seperti ini..!” ujar cowo itu sambil menggigil memeluk tubuhnya sendiri.
“Eh?”
“Aku tau! Kau pasti manusia salju kan! Sana kembali ke alam mu!!”
Cowo itu kemudian berjalan cepat meninggalkan kami yang masi terbengong karena kemunculannya yang mendadak.
“Apa-apaan si culun itu? Dasar culun aneh....” Ferro terus menggerutu dan kembali berjalan di sisiku sembari kembali memakan snacknya yg baru habis setengahnya.
Aku hanya berjalan dan memakan rotiku sembari melirik dua fans hantu yang melayang dibelakangku sedang terkikik geli.
* * * * * *
“Heh...untung bel masuk belum bunyi, ayo cepat kita ke kelas!
Hei Rico! Sedang apa kamu..?”
Ferro menoleh ke belakang mendapati aku yang ternyata sudah tidak berjalan di sebelahnya tadi.
Aku hanya berdiri diam tertegun melihat ke arah lantai dua bangunan sekolahku.
Semenjak tadi masuk ke dalam gerbang SMA ku ini aku melihat ada dua sosok hitam bertudung yang melayang di dekat balkon lantai dua.
Auranya hitam gelap dan membentuk bayang-bayang samar di sekitarnya.
Sosok apa mereka itu...
Dan aku bergidik ngeri saat kedua sosok hitam itu menolehkan mukanya kearahku.
“Rico! Cepet! Kamu liat apa sih?!”
Ferro menarik lenganku dan menyeretku dari alam yang terkadang membuatku sejenak melupakan dunia fana ini.
Aku hanya diam membiarkan lenganku diseret dan mengikuti langkah Ferro dalam diam.
Hemmmhh...
Semoga tidak terjadi sesuatu yang menyusahkan.
* * * * * *
Bersambung....
Comments
Ditunggu ya lanjutannya
@callme_DIAZ iya ini dilanjut
@andhi90 ini dilanjut. nacromancer apaan yak?
Kalo udah lanjut di mention ya
“Eh hari ini ada murid baru lo!”
Daka yang duduknya di bangku belakangku memajukan badannya begitu aku meletakkan pantatku di kursi pagi ini.
Aku berbalik dan belum sempat mengatakan sepatah katapun pada Daka ketika Bu Rika masuk ke dalam kelas.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Selamat pagi bu.....”
“Hari ini kalian akan mendapatkan teman baru.. Silakan masuk nak”
Bu guru mengangguk pada anak baru yang nampaknya sudah menunggu di luar kelas.
Hegh!
Seorang anak cowo masuk ke dalam kelas, dia tinggi, wajahnya tirus dan sedikit pucat, rambutnya hitam agak acak, dan yang agak mengganggu adalah tatapan matanya. Tatapan mata yang tajam, seperti malaikat pencabut nyawa.. Auranya... gelap...
“Silakan perkenalkan namamu kepada calon teman-teman barumu nak”
“Selamat pagi, nama saya Laso. Salam kenal.”
Nama yang aneh.. mungkin ibunya adalah penggemar serial film koboi yang suka bermain tali lasso.. atau dulunya orang tuanya aktif di pramuka jadi mahir menyimpul tali..
atau...
jangan-jangan dia penggemar bondage.. BDSM...
Pfffttt....
Aku nyengir-nyengir sendiri jadinya...
Deg!
Mendadak anak baru itu menatap dengan tajam ke arahku. Mengadu pandangannya denganku.
Tatapan cowo ini aneh..
Tatapannya seperti...
Ah! ya...! Seperti sosok bertudung yang melayang di dekat balkon lantai dua tadi!
“Baiklah nak, silakan kamu duduk di sebelah sana”
Bu guru menunjuk ke arah bangku yang kosong di barisan agak belakang, di deretan sebelah deretan mejaku.
Bulu kudukku sedikit meremang saat dia berjalan melewati mejaku menuju bangkunya di belakang. Sejenak dia menoleh padaku saat dia melewati sisi mejaku.
Apa seperti ini perasaan si cowo culun berkacamata tadi pagi itu...? hahaha. Merinding.. Ternyata lumayan seram juga..
* * * * * *
“Oh anak baru itu masuk di kelasmu? Aku sempat dengar saja sih desas-desusnya. Emang anak barunya kayak apa sih?”
Kami sedang berada di kantin saat jam istirahat ini, Ferro sedang meniup-niup baksonya. Sedangkan aku melahap nasi goreng porsi jumbo pesananku.
Hap hap hap...
Sruuppppp.......
Aku menyelesaikan makanku dengan minum jus jeruk yang tinggal separo, diiringi dengan cibiran Ferro yang sudah hapal kebiasaanku makan banyak dan dalam waktu yang singkat.
“Kau ini makan banyak begitu tapi badanmu tetap langsing begitu..
Mengingat porsi makan jumbo itu harusnya badanmu udah seperti mereka tuh!”
Ferro menunjuk dengan garpunya ke arah pojokan kantin, tampak segerombolan sumo-maksudku- sekumpulan siswa berbadan subur sekali yang nampak antusias menyantap makanannya, dan mungkin mereka bisa memakan meja kantin juga bila tidak ada lagi makanan yang bisa disajikan.
Mengerikan.....
Tanganku bergerak mengambil roti yang ditata di meja kantin dan membuka bungkusnya.
“Hei! Gimana anak baru itu? Ayo ceritakan padaku..!”
Ferro mengulangi pertanyaannya tadi karena merasa belum mendapatkan jawaban dariku.
“Oh, anak baru itu...
Ummm...
Sedikit menyeramkan..”
Jawabku berusaha menggambarkan sosok anak baru tadi.
“Ha?
Menyeramkan?
Maksudmu?”
Ferro mengernyitkan alisnya lucu, mulutnya membundar dan sendok berisi bakso ditangannya menggantung, kebingungan memahami jawabanku.
“Iya menyeramkan... Tatapan matanya tajam, dan....
Aku rasa.. tatapannya seperti malaikat pencabut nyawa yang muncul di balkon lantai dua pagi tadi...”
“Apa...? apa maksudmu dengan malaikat pencabut nyawa? Aduhhh!!”
“Ferro tanganmu berdarah”
“Ahhhh... meja sialannn...! kenapa juga ada paku mencuat
begini sih!”
“Sudahlah, ayo cepat ke uks, biar diobati disana”
Aku merogoh saku mengeluarkan uang dan membayar makanan kami.
* * * * * *
“Untung saja pakunya ga karatan.. Bisa tetanus nanti kamu..
Untuk sementara cukup dengan ini saja..” kata suster penjaga klinik sekolah sembari menempelkan plester di tangan Ferro setelah sebelumnya diberikan antiseptik.
“iya.. makasih bu...”
Braakkk!!
“Bunyi apa itu?” Ferro celingak celinguk mencari sumber suara gaduh barusan.
Krekk....
Terdengar bunyi tirai penyekat bilik dibuka.
“Lho? Kiky, kamu sudah baikan?” suster klinik bertanya kepada cowo putih manis yang baru keluar dari bilik ranjang. Dibawah mata kanannya nampak tahi lalat kecil.
“Iya bu, saya sudah baikan.”
Drap drap drap!!!
Mendadak terdengar suara gaduh dari luar klinik.
Kami segera keluar mencari tahu apa yang sedang terjadi.
“Hei! Sepertinya ada yang lompat dari ruangan anak kelas tiga!”
“Bunuh diri ya??”
“Gila! Masa bunuh diri di sekolah!”
Terdengar suara salah satu murid yang berbicara kepada temannya yang lain.
“Ruangan anak kelas tiga? Berarti dari lantai 2 ya?” Ferro bergumam setelah mendengar penjelasan murid tadi.
* * * * * *
“Orang yang kemarin bunuh diri itu... pacarnya Kak Rafa em?
Tadinya ai mau menyerah... tapi sepertinya ini kesempatan buat ai..”
Freggie, cowo centil di kelasku berbicara dengan sekumpulan gank nya di bangku deretan sebelah jendela yang menghadap ke lapangan luar.
“Sekarang bukan waktu yang tepat Gie!” Terra kawan dekatnya memperingatkan.
“Iya iya ai tahu... tapi kalau gak cepat-cepat ntar keburu diambil orang kan..?” Freggie meniup-niup poninya dengan centil.
Freggie, dan kawanannya yang super... super menjijikkan..
Ternyata gerombolan seperti ini tidak hanya ada di dalam cerita saja, saat masih kelas 3 SMP dulu aku pernah membaca cerita gay, ada sekumpulan cowo di sekolah yang merasa dirinya cantik dan menamai gank nya dengan sebutan De Jelitaz dengan ketuanya yang bernama Essel..
Kupikir lucu saat membaca cerita itu, apalagi saat membaca dialog Essel, bisa terpingkal-pingkal aku saat membacanya. Tapi waktu mendapati kumpulan makhluk seperti itu di sekolah yang seharusnya dikhususkan bagi laki-laki –tulen- ini pada awal masuk sekolah.. rasanya dulu ingin kabur.. apalagi sekarang sekelas dengan beberapa wujudnya..
Errrgh...
beberapa kali anggota gerombolan itu mengedip ke arahku dan memberikan kiss bye jarak jauh yang membuatku merasa ingin muntah.
“Hei Kau! Berduka sedikit dong!” Laso tanpa diduga menghardik Freggie dengan telunjuknya yang mengacung ke arah muka cowo sok cantik itu.
“Apa-apan kau murid baru! Ga sopan banget sihh! Maen tunjuk-tunjuk muka orang...
Uggghhh.....” belum selesai nyerocos mendadak Freggie mengkeret juga ditatap oleh mata tajam Laso si murid baru.
Aura hitam muncul di sekitar cowo itu.
Eghhh...
Aura hitam pekat itu... membuatku merinding.. benar-benar seperti saat ada sosok bertudung yang melayang di lantai dua kemarin. Ah? Ruang kelas tiga di lantai dua ya..
Hemmmhhh.....
* * * * * *
Aku berbaring di kamarku, dengan selimut menyelimuti setengah badanku, memikirkan kejadian yang terjadi belakangan ini.
Anak baru itu, Laso, dia masuk ke sekolah kami tepat dengan kejadian anak kelas tiga yang melompat bunuh diri dari lantai dua. Apakah ada hubungannya dengan kematiannya..
“Kauu..
Ricoo darii rumahh nomorr 18 kannn...?” sesosok bayangan laki-laki muncul dengan tiba2 di atas tubuhku yang sedang berbaring.
“Emh.. Iya benar, kau siapa?” kataku beranjak mengubah posisiku menjadi setengah duduk.
“Akuu Reynoo..
Orangg bertelingaa lebarr yangg kutemuii di blokk 3 bilangg...
Kalauu akuu datangg kesinii.. akann adaa yangg bisaa mendengarkann ceritakuu..”
Aghhhhh....
Sapa lagi yang menyebarkan gosip tentang aku yang bisa melihat hal gaib..
Meskipun itu bukan gosip juga sih..
Tapi...
Ughhhhh....
Aku meremas rambutku pelan.
“Eh!
Seragam itu...
Jangan-jangan kamu yang bunuh diri kemarin ya??”
“Akuu nggakk bunuhh dirii..
Akuu dibunuhh oleh seseorangg....”
Eh?
“Tapi dari cerita yang kudengar kemarin, kamu lompat sendiri?”
“Akuu nggakk pernahh punyaa pikirann untukk bunuhh dirii. Kemarinn, begituu sadarr, akuu sudahh terjatuhh..
Pastii adaa seseorangg yangg mendorongkuu..”
Sosok melayang berupa bayangan buram hitam itu memiliki poni yang hampir menutupi matanya, masih memakai seragam sekolah. Dia menunduk sendu, setiap ucapannya berat dan seperti menyimpan duka yang dalam.
“Kalauu dibiarkann, akuu akann jadii arwahh penasarann..
Tolongg carii tahuu siapaa yangg telahh membunuhkuu..
Tolongg akuu Ricoo...
Tolongg....”
Kemudian sosok bayangan hitam itu bergerak dan menghilang begitu saja.
Aku menjatuhkan badanku diatas kasur.
Hemmmhhh.........
Nampaknya memang akan terjadi sesuatu yang menyusahkan....!
tuh udah di apdet..
mohon kritik dan sarannya ya.... ^:)^
Maaf gak pinter kasih kritik, kalo sekarang ini masih dinikmati αjα ceritanya, semoga bakal ѕαмρє ending ya ,, masih bingung juga ini cerita мαυ dibawa kemana.. semoga cerita ini dibikin kejutan ² biar gak gampang ditebak
Keep writing ya
#gambarpentagram
muncullah
@masdabudd @wessel @idhe_sama @totalfreak @yuzz
lihat nih
mata Soul Eater ga bisa dibohongi.....
khukhukhukhu.....
SUMMON
@totalfreak dan @wessel
#setel.lagu.iwakpeyek
#jogetjoget
Penulis nya sama kan?
#nyimpen tali
@yuzz jadi kita ikut ngrusuh di sini? berapa lapak lagi yang harus jadi korban kita?
oke karena udah terlanjur di sini, jadi... aku musti ngapain nih? kritik dan saran ya? bentar baca dulu sampe beres
#celinguk kanan kiri nyari TS