Jam telah menunjukan pukul 02.15 dini hari, jalan raya hanya di lalui satu dua kendaraan yang lewat, seorang pemuda terlihat kesal menuntuntun motor nya, sesekali mulut nya mengeluarkan umpatan sumpah serapah, kepada orang yang telah menyebarkan ranjau paku di jalan raya.
Dan yang bikin ia semakin kesal, tiba tiba hujan turun dengan deras nya, tanpa peringatan dini, bahkan tanpa petir dan angin, mungkin juga ia tak menyadari tanda tanda alam, pikiran nya hanya satu mencari tukang tambal ban.
Dari tadi tak ada seorang pun yang tau di mana tempat tukang tambal ban, Seluruh pakaian nya basah, air masuk ke mulut terasa asin bercampur keringat, badan nya terasa lelah, sudah dua hari ia kurang istirahat, semenjak ibu nya di rawat di rumah sakit karena komplikasi berbagai penyakit.
Entah sudah berapa kilo ia menuntun motor nya, akhir nya ia kelelahan juga, setelah memarkirkan motor di pinggir jalan, ia kemudian duduk di sebuah bangku panjang milik kios rokok di pinggir jalan, kebetulan malam itu si tukang rokok sedang pulang kampung.
Sambil menggigil kedinginan ia mengeluarkan sebotol air minum dari dalam tas nya, baru saja ia hendak meminum air dari dalam botol tiba tiba terdengar suara pintu pagar di buka.
Comments
ah
Setelah menutup pintu pagar dan mengunci lagi, si pemuda berjaket merah berjalan menuju tempat pemuda tadi sedang duduk.
"Permisi mas numpang duduk sebentar" kata si pemuda yang tadi mendorong motor itu, kepada pemuda yang berjaket merah
"silahkan" kata si pemuda berjaket merah "Kok ujan ujanan mas ?" tanya si pemuda berjaket merah
"Iya nih mas, ban motor saya bocor kena paku" jawab pemuda yang membawa motor sambil menunjuk ke arah ban motor yang kempes "Mau kemana mas keluar rumah jam segini"
"Mo nyari makanan, lagi asik asik nonton film tiba tiba perut minta di isi" jawab si pemuda berjaket merah sambil melihat k kiri dan kanan, kali kali aja ada tukan makanan yang masih buka
Dan ternyata ia beruntung, tak jauh dari tempat itu masih ada tenda pedagang makanan, dari tulisan nya sih nasi goreng dan kawan kawan.
"Wah masih ada, tumben tuh si kumis masih jualan sampai jam segini" kata si pemuda berjaket merah "Makan hyuk mas" tawar nya kepada si pemuda yang kehujanan
"Enga deh, tadi udah"
"Ah ayolah" ajak si pemuda berjaket merah itu lagi
"Tapi ta..."
"udalah saya yang bayarin" Kata si pemuda berjaket merah
"Tapi mas, kita kan baru ketemu" kata si pemuda yang basah itu ragu ragu
"Udah santai aja, lagian kalau makan sendiri nga asek" si pemuda berjaket merah kemudian tersenyum manis "Mau ya mas"
"Ya udah deh, terserah mas aja" kata si pemuda basah itu pasrah
"Sip, bentar saya pesan dulu, ntar kita makan di dalam aja" si pemuda berjaket merah itu kemudian berjalan menuju ke warung tenda milik tukan nasi goreng
"Si pemuda yang basah tadi hanya diam sambil geleng geleng kepala, hari gini masih ada orang yang baik hati, dan yang paling penting, catet, pemuda berjaket merah itu chubby dan putih, sesuatu banget buat si pemuda yang basah itu. Ia melihat si pemuda berjaket merah tadi berjalan menjauh sambil tersenyum.
Dari jauh si pemuda berjaket merah itu tersenyum manis, dalam hitungan detik ia sudah berada di dekat pemuda basah, dan mengulurkan tangan, masih tersenyum
"Kenalin aku Dito" kata si pemuda berjaket merah
"Ardi" kata si pemuda basah sambil meraih tangan Dito, tanpa ragu ragu mereka bersalaman, lama, lama sekali, mereka berdua tak sadar, tengelam dalam pikiran mereka masing masing, sampai suara gemuruh petir menyarkan mereka, lalu mereka berdua tertawa geli, dan mulai melepaskan gengaman tangan satu sama lain
"Maaf" kata Ardi
"Nga apa apa" kata Dito, masih terus tersenyum manis, bikin jantung Ardi berpacu cepat
kemudian Dito duduk di sebelah Ardi
"Basah mas kursi nya" kata Ardi
"Nga apa apa, kamu udah lama ya kehujanan"
"Lumayan, kok tau ?"
"Itu kamu udah menggigil dan bibir kamu biru"
"iya nih dingin banget" kata Ardi ikutan tersenyum, rasa nya sudah lama ia tak tersenyum manis dengan ihklas nya, biasa nya juga iya tersenyum tapi tak pernah semanis ini
"Ya udah nanti sebelum kita makan, kamu ganti baju aja dulu"
"Tapi aku nga bawa baju ganti mas"
"Udah santai aja, pakai baju aku aja nanti"
"Tapi mas kita kan baru kenal, kok mas baik banget sih"
"Biasa aja, kita kan manusia, jadi wajar aja saling tolong menolong"
"Tapi mas terlalu baik, aku belum pernah bertemu orang sebaik mas"
"Ah lebey deh" kata Dito tersenyum malu, muka nya sedikit memerah, mendapat pujian dari Ardi
"Beneran, aku serius"
"Ya udah sih, kan aku dapat pahala kalau berbuat baik"
"Mas nga takut kalau aku orang nga baik ?"
"takut sih, ya abis gimana hidup buat aku udah nga ada arti nya lagi..." tiba tiba raut muka Dito berubah muram
"Ups maaf mas, aku nga bermaksud membuat mas tersinggung" kata Ardi, merasa bersalah
"Hehehe... ga apa apa, santai aja, bukan salah kamu kok, emang hidup ku udah berantakan sebelum kamu datang"
Tak lama tukang nasi goreng datang membawa plastik putih berisi dua porsi nasi goreng beserta kroni kroni nya
"berduaan aja nih udah seperti orang pacaran" sapa tukang nasi goreng
"Emang, kenapa lo mau hehehe" kata Dito asal sambil menerima plastik yang di serahkan tukang nasi goreng
"Hi emang aku cowo apaan" kata si tukang nasi goreng sambil tertawa terbahak bahak
"Udah sono sono noh ada yang mo beli nasi goreng" kata Dito
"Hati hati mas, si Dito nga boleh liat yang bening bening hehehe" kata si tukang nasi goreng sambil berjalan menjauh
"hus hus hus" kata Dito dengan gaya mengusir anak ayam.
"Ardi, hyuk masuk" kata Dito, setelah membuka pintu pagar
"Nga apa apa nih" Ardi masih ragu ragu sambil menuntun motor nya ke arah pagar rumah Dito
"Beneran, hyuk buruan bibir kamu udah biru tuh" kata Dito
"Ntar kalau orang rumah kamu nanya, aku jawab apa ?"
"Nga ada siapa siapa ko di rumah" kata Dito saat mereka sudah di dalam pagar, Dito kemudian mentup pagar, dan mengunci nya dengan gembok
kemudian mereka berdua masuk ke dalam rumah
"Hyuk ikut aku ke kamar mandi, kamu mandi sekalian, nanti aku ambilin pakaian kering" Kata Dito, kemudian mereka berdua berjalan menuju arah kamar mandi yang berada di bagian belakang rumah
Ardi hanya diam sambil memperhatikan bagian bagian rumah Dito, bersih, rapi dan sederhana, tak lama ardi sudah di dalam kamar mandi, Dito kemudian meninggalkan nya
Belum selesai Ardi mandi, sudah terdengar suara Dito memanggil nama nya
"Ardi, handuk dan baju nya ada di depan kamar mandi, jangan lama lama, aku ada di depan ya"
"iya, ini udah selsesai" jawab Ardi, dari dalam kamar mandi
"ya udah, buruan, ntar nasi nya keburu dingin"
"sip"
Setelah tak terdengar suara Dito, Ardi pelan pelan membuka pintu kamar mandi, setelah dipikir nya tak ada Dito disitu, segera ia bergegas mengambil handuk dan baju kering yang telah di siapkan Dito di luar kamar mandi.
Tak lama ia sudah mengenakan pakaian yang di berikan dito, minus pakaian dalam. kemudian ia segera menuju ruangan dimana Dito sudah menunggu nya.
"Ah biasa aja" kata Ardi tersipu malu
"Silahkan di makan nasi goreng nya" kata Dito
"Thanks" kata Ardie kemudian duduk di sebelah Dito dan mengambil piring nasi goreng yang telah disiapkan Dito
"Hyuk makan' kata Ardie
"Mari, kamu dari mana jam segini masih keluyuran aja" tanya Dito
"Abis dari rumah sakit mau pulang ke rumah" kata Ardi sambil mencuri curi pandng ke wajah Dito
"Oh siapa yang sakit"
"Ibu kena stroke ringan, sudah dua minggu di rawat"
"Sekarang siapa yang nungguin ibu di rumah sakit ?"
"Ada tante dan abang ku"
"Bapak di rumah ?" tanya Dito
"Bapak ku sudah seminggu meninggal karena serangan jantung"
"Ups maaf... Aku turut berduka cita" kata Dito dengan wajah penyesalan
"Terima kasih, santai aja, memang sudah waktu nya kali" Ardi mencoba tabah dan tersenyum dengan tatapan kosong
Selanjut nya mereka hanya diam, menhabiskan makanan masing masing
Setelah habis dan minum, Dito kemudian berdiri, hyuk tidur udah mau pagi nih
"Aku tidur sini aja, di sofa" kata Ardi
"Nga tidur di kamar aja, besok pagi ada pembantu yang bersih bersih, nanti kamu terganggu"
"Nga apa apa deh" kata Ardi "lagian nga enak kan kita baru kenal, masa aku udah tidur di kamar kamu"
"Nga apa apa, lagian kasur aku muat buat kita berdua, ayo.." kata Dito, sambil menarik tangan Ardi
"baiklah" kata Ardi pura pura pasrah, tapi dalam hati ia tersenyum bahagia, sesuatu banget bisa tidur sekasur dengan Dito, jangan jangan ini cuma mimpi
kemudian mereka berdua berjalan menuju kamar Dito setelah Dito mematikan lampu ruang tamu
'Ardi ayo tidur' kata Dito saat melihat Ardi masih duduk di pinggir tempat tidur sambil membuka sebuah majalah
'Bentar' jawab Ardi
'Aku tidur duluan ya, kalau mau matiin lampu tombol nya ada di dekat pintu' Dito kemudian naik ke atas tempat tidur dan mulai merebahkan tubuh nya
'Sip, bentar lagi aku tidur'
'Ardi kamu anak keberapa dari berapa bersaudara ?' tanya Dito sambil memeluk guling
'Aku anak nomor tiga dari tiga bersaudara, kita laki laki semua, kalau kamu'
'Kalau aku anak nomor tiga dari lima bersaudara, asik dong saudara kamu laki laki semua, bisa seru seruan bareng, kalau aku nga punya saudara laki laki, semua perempuan' kata Dito sambil menghela nafas
'Ah siapa bilang, saudara aku reseh reseh semua' Ardi ikut ikutan menghela nafas, lalu menutup majalah yang ia baca dan berdiri lalu mematikan lampu kamar.
'Ardi kalau dingin pakai aja selimut nya' kata Dito sambil memberikan selimut tebal kepada Dito, walau lampu kamar sudah di matikan masih ada sinar lampu dari kamar mandi yang masuk dari celah celah lubang angin di atas pintu.
'Bukan nya asik ya punya saudara cowo semua, bisa seru seruan bareng, bercanda, maen game bareng, tuker tukeran baju atau sepatu, temen sekolah dan kuliah aku seperti itu loh rata rata yang punya saudara cowo semua, apalagi kamu kan anak bontot pasti di sayang banget'
'Ah bobo boro di sayang, yang ada aku di kerjain tiap hari, mentang mentang mereka udah kerja dan memberi uang bulanan ke Ibu, jadi udah seperti raja aja di rumah, apa apa tinggal perintah ke aku, pokok nya semua kerjaan rumah aku yang harus kerjain, kalau baju nya nga di strika mereka bisa ngamuk ngamuk seperti orang kesurupan, kalau aku nga inget ibu sama bapak udah aku ajakin ribut aja'
'Ibu mah selalu belain mereka, aku tuh seperti anak tiri di rumah, tiap aku bersuara dikit ibu pasti bilang, nga boleh berantem sama saudara atau nga boleh ngelawan sama yang tuaan'
'Terus kamu diam aja'
'Ya aku cuma bisa diem dan nurutin kemauan mereka, soal nya kalau mereka ngamuk yang di salahkan tetap aku juga'
'Oh yang sabar ya Di, semoga mereka dapat pencerahan dari Tuhan'
'Iya sih, tapi aku udah bosen di rumah, pengen cepat cepat lulus kuliah dan kerja beneran biar nga tinggal serumah lagi dengan mereka'
'Oh kamu masih kuliah' tanya Dito
'Iya, kan aku masih sembilan belas tahun'
'Apa baru sembilan belas tahun, aku kirain kamu seumuran aku' kata Dito hampir tak percaya
lanjutkan!
( . Ђǻĭ.......
).
_!!_ @adacerita