It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
nggk kok, cm gk mo d tyngin cpt2 aj, nih dah slsai d ktik lnjutny bsok
nnti juga akn trjwab mksdny pov ini, mksih y dah setia koment,,,
d sini gak ada jco kakak willy.. eh tp gw abis bikin donat.. sini gw kasih sisa2nya.. lol
memori... Kau membuka...luka lama... Yang ku ingin lupaaaaaaaaa... @atwil, ku tunggu yah apdet nya
idihhhhh mana mau gue makan yang sisa,,, aduh masa j.co pun tak ada,,,, ckckckckck
hhehehehehheheh,,, padahal TS nya sama skli nggak suka warna ijo, tapi karakternya suka bngt
iyaaaaa, nih mau ku update,,,
Aku berdiri di depan pintu rumahku, hatiku tak menentu saat ini melihat sms yang di kirimkan Boni, dan disinilah aku berdiri kaku di depan rumahku, di depanku ada sosok lak-laki yang menatap tajam ke arahku, waktu terasa berhenti dan aku serasa tak memijak kaki di lantai ini
Dengan mata elangnya seorang laki-laki menatapku ada senyum sinis di bibirnya, dengan kaos putih yang ku beli berpasangan, masih ku ingat saat itu di pasar malam di Wilayah Kemang, Boni membawaku jalan saat jadian kami seminggu dan dia membeli 2 buah baju putih dengan inisial B dan J di depannya, baju yang sangat manis dan masih ku simpan di lemari ku dan tak berani ku sentuh dan kini baju itu ku lihat lagi sedang di kenakan laki-laki yang sedang berdiri di depanku
“Kenapa diam?” Tanya dia yang membuyarkan lamunanku, aku hanya diam seribu bahasa dan tak mampu bergerak, kaki ini terasa berat seperti ada batu ribuan Ton yang sedang menimpa kakiku, ingin rasa aku menutup pintu ini dan segera berlari menjauh dari laki-laki itu, tetapi aku tak bisa, tatapannya seperti menusuk ke dalam hatiku, tatapan penuh benci dari seorang yang baru ku kenal, NANDO
“Kenapa James? Kamu berharap kalau Boni yang akan datang?” Tanya dia dengan senyuman sinis yang menggambarkan kemenangannya atas diriku yang tak bisa berkutik
Rasanya mulutku telah di jahit, rasanya seperti hujan di siang terik saat ku tahu Boni berada di depan rumahku dan ternyata bukan hanya hujan tetapi petir yang menyambar karena ternyata bukan Boni melainkan Nando, permainan apa ini? Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana Nando bisa mengenakan baju itu? Bagaimana bisa dia memiliki no handphone Boni? Semua rasa itu berkecamuk di dadaku, ku genggam erat jemariku, rasanya ingin segera ku lepaskan ke wajah pemilik senyum iblis itu, semua kutuk rasanya tepat aku sematkan padanya
“Kenapa James? Kamu kaget? Atau kamu mau aku memanggil Windra?” apa-apaan dia? Mengapa harus menghubungkan itu semua dengan Windra?
“Kamu jatuh cinta dengan Windra kan?” Tanya dia lagi yang sukses menohok ke dalam hatiku
“Ulatttt” teriak seseorang di samping rumahku dan kulihat dia segera berlari, aku tak tahu itu siapa tapi yang pasti itu suara wanita, astaga, apalagi yang akan terjadi?
“Hei siapa itu?” teriakku tapi tak di gubris oleh empunya suara yang sudah terlanjur lari, aku juga tak terlalu memperdulikannya lagi karena masalahku kali ini yang berada di depanku akan rumit
Segera ku tarik laki-laki itu kedalam dank u kunci pintu, aku tak mau ada orang lain yang mendengar apa yang terjadi, rasanya sudah teramat rumit masalah yang kuhadapi ini
“Apa maksud kamu dengan ini?” teriakku sambil menarik bajunya erat, dia hanya tersenyum sinis, tak ada ekspresi yang ku tangkap dari wajahnya, hanya dingin, ya dingin sekali
“Kamu mau tahu James?” sinisnya lagi
“Cukup Nando, cukup, apa sebenarnya mau kamu?” teriakku tak bisa lagi kutahan
“Kamu kaget dengan apa yang terjadi? Tapi itu masih belum seberapa dengan apa yang telah kamu perbuat dengan sepupuku James, dan aku tak akan biarkan kamu bahagia sedikitpun” ancamnya dan dia beranjak membuka knob pintu
Aku berhasil meraih tangannya dan ku tarik dia, tak akan ku biarkan dia pergi begitu saja tanpa penjelasan, sudah cukup aku merasa di permainkan oleh semua permainannya
Emosi ini sudah di ujung kepalaku dan tangan yang sudah ku kepal dari tadi akhirnya ku lepaskan tepat di wajahnya dan sukses membuatnya tersungkur ke sofa, di berbalik menatapku, masih dengan senyum manisnya tapi dengan sedikit noda darah di ujung bibirnya pertanda cukup kuat pukulanku barusan
“Tak akan ku biarkan kamu pergi tanpa menjelaskan semua ini” teriakku dengan emosi yang sudah tak tertahan lagi sedari tadi
“Kamu ingin tahu apa yang terjadi hah?” tanyanya berbelit-belit, sepertinya dia memang sengaja menguji kesabaranku, dan rasanya masih harus 10 kali tonjokan untuk membuka mulutnya
“Cepat katakan” teriakku dengan emosi menggebu-gebu
“Ini” dia menyerahkan hp itu kepadaku, aku sangat hafal kalau itu hp Boni, masih terdapat wallpaper kami berdua di handphone itu dan tanpa dapat ku cegah air mataku ini menetes dengan sendirinya
“Hanya melihat Wallpeper itu kamu sudah menangis? Belum kamu tahu apa yang terjadi dengan dia” teriak Nando, aku menjadi diam, aku tak bisa berucap apa-apa dan tiba-tiba sebuah tinjuan mendarat di pipiku
“Itu untuk Boni yang sudah kamu sakiti” teriak Nando, kulihat di wajahnya, ada marah yang teramat besar dan juga kesedihan yang dapat ku baca dari matanya, ada air disana, ya dia menangis juga
“Katakan, apa yang terjadi?” kataku dengan hampir tak bisa lagi bersuara”
“Ini” dia melemparkan baju itu ke wajahku, baju coupleku dengan Boni
“Kamu wajib merasakan semua derita yang sudah kamu lakukan kepada sepupuku James, kamu iblis!” teriak Nando dengan air mata yang kini membanjiri wajahnya
“Hentikan, aku mohon hentikan” teriakku sambil menutup kedua telingaku
“Kamu harus rasakan semua itu” teriaknya lagi
“Kamu tahu bagaimana dai menderita karena kamu hah?dan sekarang dia, dia” katanya terputus-putus
“Katakan, ada apa dengan Boni?” teriakku kali ini,
“Dia sudah MATIIII, kamu sudah puas? Hah? Dia sudah matiiiiiiiiiiiiiii” teriak Nando di depan wajahku. Lemas sudah kali ini,, aku benar-benar sudah merasa mati, aku hanya terdiam dengan air mata yang terus jatuh dari kedua mataku
“Tidakkkkkkkkkkkkkkkkkk” aku terus menangis dan ku dengar Nando tertawa
“Kamu puas? Semua ini karna salahmu James, dan aku tak akan biarkan Windra merasakan hal yang sama dengan apa yang di rasakan Boni, tak akan pernah aku biarkan itu terjadi, camkan itu” Nando beranjak pergi dengan tertawa penuh kemenangan telah berhasil menghancurkanku, ternyata ini maksud dia datang kesini, dia ingin membuatku hancur
Boni, aku tak percaya, aku tak percaya ini terjadi, rasannya tak ada lagi tulang di tubuhku, aku merasa seperti seonggok karet yang di buang yang untuk berdiri saja aku tak mampu melihat Nando yang berjalan penuh kemenangan itu tapi aku juga tahu ada luka yang sangat dalam serta dendam di matanya, aku tak mampu lagi berkutik, aku kalah sekarang
“Ingat James, aku tak akan pernah biarkan kamu bahagia, apalagi bahagia itu Windra, tak akan pernah” ancamnya lagi lalu tak lagi kulihat bayangnya di depanku dia sudah pergi dengan kata-kata yang masih terus menghantuiku
“TIDAKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK” teriakku tak lagi dapat aku tahan dan tubuhku lemas dan aku tak tahu lagi apa yang terjadi.