Prolog
Aku langsung berdiri dari dudukku
Ketika kulihat rombongan orang membawa kayu berjalan pelan mendatangiku
Wajah-wajahnya yang ceria penuh canda
Akupun tersenyum sendiri menyambutnya
Ada sekitar duabelas orang…
Semuanya memanggul kayu dengan berbagai ukuran.
Kayu kluwih….
Yahhh yang dibawa adalah kayu kluwih
Di tempatku kluwih adalah sayuran yang buahnya mirip sukun
Dan kayunya biasanya digunakan untuk upacara adat…
Upacara ngayu…
Memang saat ini di rumahku sedang ada upacara adat ngayu
Ngayu dari kata’kayu’ yang berarti upacara adat kali ini adalah mencari kayu
Mencari kayu untuk pesta pernikahan lebih tepatnya….
Yaaahhh…benar, saat ini di rumahku sedang akan ada pesta adat pernikahanku
Upacara ngayu dilaksanakan tujuh hari sebelum diadakan pesta pernikahan
Dipilihnya kayu kluwih memberi makna, setelah menikah pasangan pengantin akan di beri kelebihan dalam kehidupan rumah tangganya kelak (kluwih=luwih=lebih)
Aku menghela nafas panjang
Setiap tarikan nafasku menyiratkan kegelisahan yang tak kumengerti
Rombongan pembawa kayu telah sampai di depanku
Selanjutnya kayu ini akan di keringkan untuk keperluan memasak masakan adat pada saat upacara midodareni
Begitu banyak ritual yang akan di tempuh
Sungguh berliku jalan seseorang untuk menjalani upacara pernikahan di desaku…
Dan…
Aku kembali menarik nafas panajang
Tak kuhiraukan bapak-bapak pembawa kayu kluwih yang tertawa lebar bergembira
Hanya satu yang kupikirkan saat ini…
Kebimbangan…
Yahhh…
Kebimbangan…
Apalagi masih kuingat bisikan hendra pacarku…”jiii….kamu takkan mungkin bisa melanjutkan pernikahan ini…batalkan jii…sebelum semua menjadi kacau”
Aku kembali menarik nafas panjang…
Entahlah…ini yang keberapa kalinya
Semarang, 15 mei….
Suasana sedemikian hening.
Aku duduk bersimpuh beralaskan tikar kumal dan seonggok kain sajadah lusuh.
Pukul 00 telah berlalu beberapa detik seiring deru nafas pelanku.
Hari ini seperti biasa, aku mengadakan sebuah ‘ritual’.
Yaahh…sebuah ritual penyambutan ‘hari baruku’.
Sebuah hari baru di depan sana, bahwa esok hari aku sudah berganti usia.
Saat ini, malam ini, detik ini juga, aku sedang bertambah usia.
Dan seperti biasa, ketika ada moment pertambahan usia, aku selalu duduk di tikar ini, termenung, menjalankan ritual yang ‘tidak biasa’.
Aku selalu berbeda dengan yang lain saat datangnya moment ulang tahun, ketika yang lain sedang berpesta, aku justru duduk menyendiri, tak ingin diganggu oleh siapapun juga.
Ini adalah moment, dimana aku selalu ‘berdialog’ dengan yang memberi umur hinga saat ini.
Dan….sudah sejak sepuluh tahun lalu, aku selalu duduk di tikar dan sajadah ini, hingga menjadi sedemikian kumal.
Sangat hening malam ini, hingga deru nafas pelanku terdengar sedemikian keras.
Aku hanya menunduk diam, tanpa kata, tanpa lafas doa, tanpa senyum atau lebih tepatnya tanpa ekspresi.
Entahlah, aku tak mampu untuk sekedar berucap pada Tuhanku, dan sejak tadi tak sepotong katapun meluncur keluar.
Hanya nafas pelanku saja.
Tapi…..aku percaya, sungguh aku percaya, bahwa Tuhanku tidak tidur, bahwa Tuhanku pasti mendengar gemuruh riuh suasana hatiku.
Malam ini sungguh lain…
Malam ini adalah malam sebuah eksekusi dari sebuah janjiku.
Sebuah janji yang tak terucap, janji entah pada siapa.
Sebuah janji yang mengalir begitu saja setiap ulang tahunku datang.
“aku akan menikah dengan wanita ketika usiaku berkepala tiga” itulah janjiku…
Akhh…..aku bisa saja mengingkari janji itu, toh aku tak pernah berjanji pada siapapun, tapi entahlah, sisi lain bathinku berontak, aku bukanlah seorang pecundang.
Dan…..
Malam ini adalah malam eksekusi…
Karena malam ini, adalah malam dimana usiaku benar-benar sudah berkepala tiga.
Sebuah malam yang sedemikian menggelisahkan.
Aku kembali menarik nafas pelan…
Dalam hati aku berbisik….
“Ya Tuhanku…Engkau Maha Tahu, Engkau Maha Mendengar apapun yang kuucap bahkan yang tersembunyi disudut kecil hatiku. Aku yakin saat ini Engkau pasti sedang menertawaiku, atau tersenyum mengejekku ketika aku tak berdaya dengan janji yang bahkan tak pernah kuucapkan.
Ya Tuhanku, aku tak tahu, malam ini aku harus bersyukur atau bersedih ketika usiaku sudah menginjak kepala tiga, yang jelas…usia yang Engkau berikan untukku pasti semakin berkurang, yang pasti, kegelisahan akan kembali muncul menghias hari-hariku di depan sana. Kegelisahan yang klasik, yang tentunya Engkau paham, bahwa di depan sana mungkin aku akan dihadapkan dengan sebuah pilihan, menikah dengan wanita atau hidup selamanya dengan pasangan hidupku, dan Engkau juga tahu…bahwa pasangan hidupku bukanlah wanita, tapi lelaki, dengan demikian…aku paham sekali lagi, bahwa Engkau saat ini sedang mencibirku, karena disudut hatiku ada sangahan terucap, aku takkan mungkin menepati janjiku karena aku takkan bisa mencintai wanita”
Aku tersenyum…
Tersenyum sendiri dalam keremangan ruangan.
Tersenyum pada garis hidupku yang saat ini aku jalani.
Aku tersenyum…
Tapi disisi lain bathinku kembali berbisik “Terserah Engkau ya Tuhanku. Yang jelas aku hanyalah ingnkan hal-hal terbaik di masa-masa mendatang.
Bersambung…..
Comments
member lama tapi jarang aktif.
gimana kabar hendra, adit, petruk, fian dan yg lain. apa ini masih kelanjutan 'Negeri di balik awan'?
uhhh.
nulis mendadak tadi kok, masih awut-awutan
kamu disini juga to?
dalam remang sekilas kulihat tubuh hendra yang tanpa busana tergeletak lemah di atas ranjang.
dia terlelap dalam mimpinya....
nafasnya pelan menggerakkan dada kekarnya.
tubuh yang sempurna..
kulit coklat...
wajah yang ganteng.
akhhhh....andai...
andai saja salah satu diantara kami bukan lelaki pastilah kami ditakdirkan menjadi pasangan terbahagia sedunia.
kudekati tubuhnya
sekilas kuamati....
tubuh yang sempurna
sungguh aneh bahwa kami sudah sekian lama menjalin hubungan dengannya...
hampir lima tahun lamanya.
lima tahun...
ukuran waktu yang lumayan panjang untuk jalinan pasangan gay.
sebuah waktu yang tanpa aku sadari telah kami lewati bersama.
semakin hari bukan semakin rumit, tapi semakin cinta dan sayang.
yahhh...aku makin cinta padanya.
pada sosok tubuh yang sedang terbaring dalam mampi.
tentu bukan hal mudah melewati kebersamaan dimasa-masa lalu.
banyak cobaan dan rintangan.
tapi....
semua dapat kami atasi
hanya satu kata kunci....
saling pengertian.
yahhh...saling pengertian
baik saat dekat atau saat berjauhan,
akhhh...'ndraa....i lov u ndra'
kutarik selimut keatas hingga menutup tubuhnya sebatas dada
kusisakan dada sexy nya untuk sekedar kupandang
hendra beda denganku...
mungkin karena tuntutan pekerjaannya.
dia rutin olah raga dan fitnes
tubuhnya padat walau tak sepadat binaragawan
tapi paling tidak, tak seperti tubuhku yang kendur.
toh fisik bukan lagi alasan kami saling mencinta dan menyayangi.
aku duduk pelan disisinya
bersandar pada sisi ranjang.
sengaja setiap gerakanku kubuat sepelan mungkin.
aku tak ingin mengganggu tidurnya, atau bahkan membangunkannya.
hendra pastilah sangat capek.
aku juga tak peduli dia tahu atau tidak dengan ulang tahunku.
toh aku bukan lagi remaja yang haus akan hadiah atau surprise saat ulang tahun.
aku sendiri sering tak mempedulikan hendra disaat dia ulang tahun.
toh romantisme pasangan bukan diukur dari bagaimana dia merayakan ulang tahun.
kuambil nafas panjang
sunyi....
malam ini sedemikian sunyi...
dan...
aku tak ingin tidur.
entah sampai kapan.
aku tak ingin tidur.
mungkin sampai esok pagi.
saat fajar baru menyambutku.
akhhh...tak terasa aku sudah sedemikian tua
tapi entahlah, aku merasa belum dewasa dalam berfikir.
tiba-tiba......
sebuah gerakan cepat menyambar tubuhku
dalam hitungan detik tubuhku sudah dibelit oleh hendra
nafasnya sangat cepat dan keras menerpa wajahku
dia mengecup pipiku dan menjilat leherku dengan rakusnya
aku berontak...
sungguh ini diluar dugaanku
ternyata hendra hanya pura-pura tidur
tubuhnya yang berat menindihku
dengan nafas tak beraturan terasa menonjok dadaku.
dalam remang kulihat....
bibirnya yang manis menyungging senyum.
sebuah senyum yang teramat manis yang sering meluluhkan hatiku.
"gilaa! bikin kaget saja kamu!' ucapku sedikit keras
dia tersenyum lebar
nafasnya menyapu pipiku
sejuk.....
tanpa komando dia melumat bibirku...
lumatan yang ganas hingga ujung bibirku terasa perih terkena gigitannya.
tanganku berusaha mendorongnya.
tapi tak kuasa...
tubuhnya terlalu kekar...
"hmppp...ndraaa...udahhhh..." aku berusaha berteriak
dia melepaskanku...
sekali lagi dia mengecup dengan cepat keningku
jemarinya mengusap rambutku pelan....
seperti gerakan menyisir..
sebuah gerakan yang membuatku sedemikian nyamannya.
kurasakan dia mengambil nafas panjang
"jiii..."
"hmmmm..."
"met ulang tahun ya....moga semua yang terbaik ada padamu"
aku terbelalak kaget.
sungguh aku tak mengira...
sangat-sangat tidak mengira
hendra ternyata tahu aku sedang ulang tahun.
"kamu tahu aku ulang tahun?" tanyaku dengan nada penuh keheranan.
"wahhhh gini-gini aku nggak kayak kamu yang sering lupa"
"hehehehee iya deh, makasih ndraa..."
"hmmm...cuma itu saja?" tanyanya heran
"emang mau apa lagi? oh ya, mana hadiah untukku?" tanyaku sambil mengerling jenaka.
dia kembali tersenyum.
"mana telapak tanganmu jii..."
kuulurkan tanganku, hendra memang kadang penuh dengan kejutan.
"jii..pejamkan matamu yaa...aku akan berikan hadiah untukmu"
aku nurut...
kupejamkan mataku
dan kurasakan telapak tangan hendra menggenggam telapak tanganku...
pelan....
dia menuntun telapak tanganku kebagian bawah tubuhnya
menelusur pelan
kurasakan kulitnya yang hangat.
terhenti sesaat di gundukan pantatnya....
dan terus menarik ke bagian depan...
kurasakan penisnya yang keras...
"genggam jii...ini hadiah untukmu...."
aku kaget..
langsung kubuka mata
"apa?"
"hahahhaha...." dia tertawa keras
kurang ajar, kali ini kembali aku dikerjain dia.
bukan kugenggam penisnya
tapi langsung kutampar keras bokongnya
dia menggelinjang
"asemmmm...."
"hahahahaha' dia tertawa dan turun dari tubuhku
dia terduduk...
aku meringkuk membelakanginya
pura-pura sewot akibat ulahnya
"jiii..." dia kembali memanggilku
"apa lagi hah"
"ayolah...tiup lilin dong, ini kan ulang tahunmu"
aku kaget...
tubuhku langsung berbalik dan memandangnya tak percaya
hendra sudah memegang piring...
ada donat diatas piring yang bagian tengahnya ada satu lilin memancarkan cahaya.
gilaa...aku kok nggak tahu ya, dia menyimpan semua ini.
"ayooo jii...tiup"
aku duduk menghadapnya
"ndraa...kamu kayak abg saja, pake tiup lilin segala"
"yahhh sesekali lah, sorry, aku baru inget tadi sore kalau kamu ultah, jadi nggak sempet pesen kue tart"
"hahahahahahah...pake tart segala"
"ayooo...cuma donat ini ji, ayo tiup yaa..."
wajahku mendekat
dan pelan kutiup lilin kecil yang menyala memancar
tanpa hiruk pikuk lagu selamat ulang tahun
atau tepuk tangan upara undangan
sekali tiup langsung padam
hening...
suasana kamar sedemikian temaram...
"jiii...sungguh aku berharap, hubungan kita langgeng selamanya"
aku tak dapat lagi berkata
airmataku menggenang membasahi pelupuk mata.
aku sangat bahagia.
kulihat hendra pelan mengambil sesuatu dari bawah bantalnya
sebuah kotak cincin
kotak cincin yang empat tahun lalu sempat kutolak
tanpa berkata, diambilnya jariku...
"ini hadiahku ji, ini simbol, hati kita telah terikat untuk selamanya"
pelan dimasukkan cincin di jari manisku.
sebuah cincin kecil.
jemariku bergetar seiring dengan masuknya cincin hingga mentok di bagian tengah.
"makasih ndra...makasih atas apa yang pernah kaulakukan untukku termasuk cincin ini, ini adalah yang paling berharga selalin dirimu"
suaraku parau menahan tangis bahagia.
"ayo, kita makan donat ini, cuma satu kok, kita makan berdua yah"
aku memandangnya
dia tersenyum
"kamu makan saja ndra, aku ngga suka donat"
"ayolah...."
dia menggigit sisi donatnya dan wajahnya maju mendekati wajahku.
aku paham....
kugigit pula sisi lainnya..
kurasakan deru nafasnya
kami makan donatnya sedemikian rakusnya
cepat....
hingga tak tersisa...
bibir kami belepotan coklat
ketika sisa potongan terakhir donatnya
bertemulah bibir kamu
tanpa sadar bibir kami sudah saling melumat
kurasakan keju dan coklat yang sedemikian manis dibibr hendra..
kami saling melumat
hingga tanpa sadar telapak tanganku kembali menelusuri punggungnya yang basah oleh keringat
menyusur...
dan memegang penisnya yang sedemikian kerasnya
dalam remang kulihat hendra tersenyum...
senyum bahagia...
sebagaimana besarnya perasaan bahagia yang menjalar diseluruh area jiwaku.
bersambung......
Mention ya
iya neh, ini ajiseno, ini kelanjutannya negeri dibalik awan, walau negeri di balik awan belum tamat hehehehe.
sengaja kupost disini emang.
samar....
perlahan kubuka mata
agak berat memang, mungkin karena semalam aku baru terlelap tidur sekitar jam dua.
atau mungkin karena terlalu capek setelah bercinta dengan hendra dengan sebegitu dasyatnya di malam ulang tahunku.
akhhh...kulit tubuh hendra masih terasa menempel panas di punggungku.
pelan kusingkirkan lengan kokoh hendra yang memelukku dari belakang.
akhh...tidur dalam pelukan hendra memang sedemikian nyamannya.
dia masih tertidur pulas...
benar-baner pulas hingga kudengar dengkuran ringan dibelakangku.
pelan aku bangkit....
melepaskan diri dari pulukan hendra
sempat kulihat tubuhnya yang tanpa sehelai benangpun.
entahlah....
sampai kapanpun juga aku selalu terpesona memandangnya.
aku bangkit...
tubuhku juga masih telanjang tanpa sehelai benangpun.
dan...ketukan di pintu depan semakin keras...
sekilas kulihat jam dinding di kamar.
pukul 6 pagi..
duh, siapa sih bertamu dipagi buta di hari minggu gini?
mengganggu saja
dengan cepat aku memakai pakaian.
"salamualaikuummmm...." suara laki-laki keras di pintu depan
"laikum salammmm..." aku berteriak keras.
dengan tergesa kuputar pintu depan
dan kubuka pelan
aku terbelalak kaget
melihat sosok tubuh jangkung di depan pintu
dari raut wajahnya terlihat kesal
aku paham, mungkin dia lama menggefdor-gedor pintu.
"mas yoyok?" reflek aku setengah berteriak
"kamu ini, kalau tidur kayak kebo saja, di gedor pintunya nggak bangun-bangun, biasaan!"
"maaf mas, biasa lah semalam maen pe malem"
"maeennnn terus ya, udah tua masih saja suka keluyuran!"
dia ternyata masih kesal
"yo wis mas, masuk dulu mas!"
dia mas yoyok
salah satu kakak kandungku.
dia tinggal di surabaya.
dari postur sampai wajah, mirip banget denganku
cuma mas yoyok kulitnya lebih putih dari pada kulitku yang cenderung coklat tua.
dan perbedaan yang paling tajam antara aku dan mas yoyok adalah....
cara kontrol emosinya.
mas yoyok mudah sekali marah, sedikit-sedikit marah, bahkan dulu di masa muda aku sering terkena pukulannya.
makanya...sampai sekarang akutak begitu akrab dengannya.
"mas....duduk dulu mas, aku mau cuci muka dulu"
"jadi...jam segini kamu belum subuhan? wong edan kowe sen..."
"hehehehe maklumlah bujangan mas"
"yo wis sono, subuhan sekalian, eh...semalam aku kurang tidur, mana kamarmu, aku mau tidur"
aku kaget..
bukankah di kamar ada hendra yang sedang bugil?
duhhhhhh bisa kacau neh
kulihat mas yoyok sudah berdiri menuju kamar.
trus ini aji dan hendra yg di Cerita Negeri DiBalik Awan kan??