Different D.N.A.
Chapter 1
Stranger
Dunia itu luas, galaksi itu banyak dan masih banyak rasi bintang yang belum diketahui oleh kita, manusia.
Namun, saat aku membuka mataku, saat itu aku berpikir bahwa Bumi bukanlah satu-satunya tempat makhluk hidup berada.
Ada satu, bukan, dua, tidak, bahkan lebih dari tiga tempat yang memiliki kehidupan.
Kehidupan yang jauh lebih baik daripada Bumi, kebudayaan yang berbeda dari Bumi, bahkan aku menemukan cinta yang "salah".
Malam yang gelap, malam yang melelahkan bagiku setelah beraktivitas seharian. Aku rebahkan badanku diranjang kesayanganku. Lalu aku tarik selimut untuk menutupi sebagian badanku. Rumahku memang berhawa dingin karena letaknya di pinggir kota yang masih banyak hutan. Untungnya aku tinggal dengan kedua orang tua dan adikku jadinya rumah pinggir kota ini terlihat masih "bernyawa".
Mataku perlahan-lahan mulai menutup untuk segera terlelap di pulau kapuk. Badanku terasa ringan saat mata ini tertutup seakan-akan aku tidak akan sadarkan diri hingga aku merasa ada getaran kecil di kamarku. Semakin lama semakin kencang, getarannya terasa seperti.
"GEMPA!!!!!!", teriakku bangun dari tidur. "PAPA MAMA!!!!", teriakku nyaring.
Goncangan itu semakin keras, seisi kamarku bergerak ke sana kemari. Aku ingin berlari keluar dari kamarku. Aku berjalan ke arah jendela kamarku. Aku lihat banyak pohon yang bergoyang seperti ditiup angin topan.
BRUKK!! Aku menabrak kaca jendela di kamarku.
"Aku....", desisku melihat di balik jendelaku. Sebuah meteor besar menabrak Bumi. Ledakannya sangat keras dan membuat disekelilingku bercahaya. aku bisa merasakan derasnya angin menerpa kaca jendelaku. Aku terpental dan tertidur.
"Ran...", seseorang menepuk pipiku dan memanggil namaku. "Ran, sadar Ran....".
"Ukhhh....", aku berusaha membuka mataku. "Gempa........".
"Huuuuu, bisa-bisanya pingsan", seorang anak kecil di sampingku protes.
"Eh, jangan gitu sama Kakakmu", tegur seorang wanita. Sepertinya itu suara Ibuku.
"Ran... Bangun Ran...", Ibuku sepertinya yang menepuk pipiku.
Sebenarnya sangat berat membuka mataku ini. Kepalaku malah terasa pening. Namun aku harus segera sadar dan ingin tahu apa yang terjadi tadi.
"Bu....", aku melihat Ibuku duduk di sampingku.
"Kamu ngga apa-apa Ran?", tanya Ibuku khawatir. "Ada yang luka?".
"Ibu...", aku tersadar dan bangkit. Ternyata aku masih di dalam kamar hanya saja keadaannya berantakan. "'Kamarku...".
"Untung selamat..", ibuku mengelus dadanya.
"Tadi itu apa Bu?", tanya adikku yang menghadang di depanku. Adikku ini cewek tapi sifatnya terlalu tomboy.
"Ga tahu Ibu, kayaknya polisi sudah datang", jawab Ibuku.
Aku pun menggerakkan badanku dan melangkah ke arah jendela kamarku. Aku melihat lalu lalang kendaraan polisi lewat tidak jauh dari rumahku.
"Sebenarnya itu tadi apa?", gumanku dalam hati.
Suasana pagi mulai menghampiri rumahku. Cahayanya perlahan merasuk ke dalam relung kaca-kaca. Aku segera mengeluarkan sepedaku dari garasi rumah. Seperti biasa, aku menggunakan sepedaku untuk pergi ke kampus yang tidak jauh dari rumahku.
Aku kayuh sepeda kecilku dan menuju kampus. Namun, sebelumnya aku melewati kejadian tadi malam. Banyak garis polisi dan lalu lalang wartawan yang meliput tempat kejadian. Aku berhenti sejenak tepat di sisi depan seorang wartawati yang tengah live report dari tempat itu.
"Sekarang siaran langsung dari pinggiran kota, tempat jatuhnya meteor", ucap seorang wartawati yang tengah menjadi reporter.
"Ha? Meteor?", gumanku dalam hati. "Kenapa ada meteor di sini?".
Aku pun sejenak memperhatikan sekeliling tempat meteor itu. Walaupun dihalangi banyak orang dan papan polisi. Tapi ada satu hal yang menarik pandanganku. Ada seorang anak laki-laki, mungkin masih berumur belasan tahun bukan lebih dari lima belas tahun tengah berdiri di pojok tempat itu. Mengenakan baju putih dan dia melihat aku menatapnya. Sekilas aku menduga dia orang dari tempat lain.
To be continue....
Comments
Chapter 2
Stranger
Benar-benar menjadi sebuah pemberitaan heboh. Ada yang bilang tadi malam itu UFO, ada juga yang bilang ilmu santet dari Malaysia. Tapi aku percaya yang tadi malam itu GEMPA BUMI. Tapi, berkat kejadian tadi malam banyak orang yang menanyakan detail kejadian itu karena aku satu-satunya orang yang tinggal dengan lokasi kejadian.
"Jadi benar tadi malam itu meteor?", tanya Deki, sahabat cowokku yang paling baik di kampus. Orangnya memang tampan dan sedikit bloon. Hanya saja badannya lebih berisi dari aku yang kurus.
"Bukan Ki... Tapi gempa bumi", jawabku sembari duduk di kursi kantin.
"Yakin??", Deki terlihat ragu dan menatap aku dengan wajah tampan bloonnya.
"Iya, aku serius, buktinya ada lubang besaaaarrrrrrr", aku menggerakkan tanganku seakan-akan memberi gambaran besarnya lubang bekas kejadian malam itu.
"Wow.....", Deki terlihat takjub. "Aku nanti malam ke rumah mu ya...".
"Ngapain?", aku mengambil jus pesananku yang sudah datang.
"Ya lihat itu lah", ungkapnya senang.
"Eit!! Ga usah, aneh-aneh aja", aku mencoba melarang Deki.
"Yah, pelit kamu...", Deki tertunduk lemas.
Akhirnya aku bisa bebas dari rutinitas kampusku. Saatnya aku kembali pulang ke rumah. Namun, cuaca sekarang menjadi lebih dingin di siang hari. Awan mendung mulai berlarian di atas menutupi langit cerah. Angin semakin terasa kencang menusuk kulitku.
"Sepertinya bakal hujan deras", gumanku. Kembali aku kayuh sepedaku dengan cepat menuju rumah.
Lalu lalang kendaraan aku lewati di sisi jalan. Untungnya sekarang cuaca mendung jadi tidak terasa panas. Aku kemudian melewati beberapa blok jalan kecil agar cepat sampai ke rumah.
Meskipun kampusku dekat dengan rumahku namun kondisinya berbeda, di kampus lebih terkesan padat dengan bangunan sedangkan rumahku, di pinggir kota dengan alamnya yang asri.
Akhirnya aku sampai juga di rumah. Rumah kecil di sisinya masih banyak hutan.
"Aku pulang", ucapku sembari menaruh sepedaku di garasi rumah.
"Eh... Randy udah pulang", sapa Ibuku yang nongol di pintu depan.
"Ada apa Mah? Tumben nyambut gini", tanyaku.
"Ngga apa-apa kok..", Ibuku menarik bahuku dan membawa masuk ke dalam rumah.
"Pasti ada maunya", ucapku penuh selidik.
"Kok tahu?", Ibuku berhenti di ruang tamu.
Aku menengok seisi ruang tamuku. Ada yang berbeda di sini, ada seorang pria muda yang tadi pagi aku lihat. Dia tengah duduk sembari menyeruput secangkir teh hangat. Dia menatapku dengan pupilnya yang biru. Penampilan dan apa yang ada ditubuhnya berbeda dengan orang di sekitar sini.
"Itu siapa Mah?", tanyaku bisik-bisik.
"Nah itu dia masalahnya Ran, tadi pagi Mama nemuin itu orang di jalan", jelas Ibuku.
"Nemu? Kayak apa aja", sanggahku.
"Dia bisu", tambah Ibuku. " Dari tadi Mama tanya ngga bisa ngomong".
"Terus......", aku menatap Ibuku.
"Nah karena itu sementara ini Mama suruh dia nginap di sini", kata Ibuku seraya tersenyum manis. "Tidurnya di kamarmu..".
"Apa!", aku terkaget. "Mama.......", aku tertunduk lemas dan melihat pria itu tersenyum. Matanya yang biru tiba-tiba berubah menjadi lebih pudar.
To be continue....
tanggung jawab lo yah, harus ampe selesai.
#terobsesi
@bi_ngung : ini steve yg lain -_-"
*cari di catatannya mboiz
Chapter 3
Stranger
Aku menatap bolak balik pria muda itu. Dia tengah asyik menyeruput secangkir teh, sekali-kali dia memutar cangkir itu ditangannya dan menilit detil-detil cangkir teh itu. Kadang aku melihat tingkahnya seperti anak kecil yang mendapat mainan baru, apa saja yang dia lihat disentuh, dipegang dan anehnya, dia takjub dengan sofa yang dia duduki.
Aku kembali duduk di ruang tengah yang langsung menjadi satu dengan ruang tamu. Ayah dan adikku sudah berkumpul juga di ruang tengah. Kali ini kami membahas kenapa Ibuku sampai berani membawa orang itu.
"Mah...", bisik Ayahku.
"Apa Pah?", jawab Ibuku yang duduk di samping.
"Itu Mama bawa dari mana?", tunjuk Ayahku sembunyi-sembunyi ke arah orang itu.
"Ya Mama kasian aja, dia bisa, ga tahu rumahnya di mana", jelas Ibuku.
"Tapi Mah..", sambungku. "Ati-ati lho sapa tahu orang jahat nyamar".
"Iya nih Mah, banyak itu di tipi-tipi yang gitu-gitu", sambung Adikku lagi.
"Heee, kita ga boleh curiga gitu, dia pasti anak baik", bela Ibuku. "Pokoknya sementara dia tinggal di sini, titik!".
"Nah lhooo.. Mama kok bikin aturan sendiri..", protes Ayahku.
"Masalah buat loe", ledek Ibuku.
Aku dan Adikku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat ngototnya Ibuku membawa orang tinggal sementara di rumahku. Biasanya Ibuku orangnya tidak terlalu peduli dengan hal begitu, hanya sekarang ini saja yang aneh. Aku kemudian menatap orang itu yang tengah asyik membelai meja.
Kalau diperhatikan lama-lama, orang itu terlihat sangat aneh. Terutama pupil matanya yang berwarna biru yang tiap saat aku lihatnya bisa memudar dan kembali lagi menjadi biru. Baru aku tahu zaman sekarang ada orang yang bisa memudarkan warna pupil mata.
Sebenarnya aku lebih suka tinggal sendiri di kamarku, tapi kali ini bertambah satu orang. Ibuku menyuruh orang itu untuk tidur di kamarku, benar-benar sial. Apalagi hobiku menonton film "biru" jadi terganggu oleh dia, alih-alih akhirnya aku menonton K-drama dari Deki saja.
Orang itu, yang namanya aku tidak tahu, tengah berkeliling kamarku dan menatap satu demi satu bagian sisi kamarku. Dia seakan-akan seperti orang yang baru melihat yang namanya kamar. Aku jadi penasaran siapa dia sebenarnya.
"Hei kamu..", panggilku dari tempat duduk meja belajarku.
Dia tidak menoleh dan lebih memilih untuk menatap seisi kamar. Sekali-kali dia memegang benda-benda di kamarku.
"Halo...", panggilku lagi tapi tetap dia tidak menoleh.
Akhirnya aku dekati dia dan memegang pundaknya. Namun orang itu bereaksi, tanganku dipegang erat dan pupil matanya berubah menjadi biru putih. Dia menatapku dengan emosi tinggi.
"Ma..maaf", kataku takut melihat reaksi dari dia. Seketika saja dia tertunduk dan melepaskan genggamannya.
"Ka..kamu siapa?", aku beranikan diri untuk bertanya.
Dia kembali menatapku dengan wajah sayu. Dia menghela nafas dua kali. Tapi tidak ada sepatah katapun terucap dari bibir merah jambunya.
"Ok kalo ngga mau jawab", aku kembali duduk dan membuka komputerku.
"Daripada ngomong ngga jelas dengan orang aneh mending nonton film aja", gumanku. Sepertinya dia sadar yang aku maksud dan memukul pelan kepalaku.
"Au...", aku menoleh. Aku melihat wajahnya berubah menjadi orang sok imut sedunia. Kalau dipikir-pikir dia seperti anak yang baru duduk bangku SMA. Dia terlihat seperti anak manja dan...... LUCU!
Aku diharuskan sepenuh hati untuk cuek dari orang itu. Sekarang dia sangat menikmati berada di atas ranjangku. Benar-benar menguji kesabaran tingkat galaksi bima sakti. Maka dari itu aku lebih memilih memutar film K-drama, kebetulan ada adegan romantis.
Sepasang kekasih muda berpelukan dan mereka terlihat sedang berbicara serius. Perlahan-lahan mereka saling menatap dan memajukan wajah mereka. Pelan, pelan, akhirnya bibir mereka berdua bersentuhan. Dan...
"Masya Allah!!!", aku terkaget melihat orang itu sudah ada di sampingku dan menatap serius adegan tadi.
Kali ini dia menatapku dengan wajah lugunya. Jangan-jangan dia ingin......
"TIDAKKK!!!!", teriakku dalam hati
To be continue.....
Ohh gitu tho @blue_dragon11 aku buat critanya ga tw tentang annuki, wew, knp smuax serba kebetulan kalo aq buat crita :O asoyyyy