BOYFRIENDSRENTALS.COM
ONE
BOYFRIENDS HUNTING
“Maaf, aku nggak bisa melanjutkan ini semua”
Lelaki itu masih tertunduk dihadapanku. Raut mukanya yang sendu seolah menyiratkan gumpalan rasa yang menggelegak dalam hatinya.
“Tapi kenapa Van? Adakah yang tak kuberikan untukmu?”desisku gemetar, menahan lelehan air mata yang tiada henti membanjir.
“Tidak,”ia menggeleng. “Semua yang kau berikan sempurna. Hanya saja, aku sudah bosan dengan semuanya, maafkan aku,”ucapnya sebelum meninggalkanku sendirian di ruangan kelas yang sunyi ini. Meninggalkanku sendiri dengan luka menganga.
“Gubrak! Brak! Bugh!!”
“Shit!!!”
Aku mengumpat sejadinya begitu menyadari bahwa tubuhku sukses mendarat diatas lantai kamarku yang super keras. Setengah sadar bisa kurasakan kepalaku yang nyut-nyutan nggak karuan pasca terbentur kaki ranjang yang terbuat dari besi itu.
Lagi-lagi aku mengalami mimpi laknat itu. Mimpi yang sudah nyaris seminggu ini mengganggu tidur nyenyakku. Mimpi tentang adegan memilukan sepanjang sejarah percintaanku: adegan ketika seorang cowok tampan nan seksi bernama Rivan memutuskanku. Aku menghela nafas, entah kenapa mimpi itu selalu datang ketika aku berusaha melupakan cinta pertamaku itu. Sepertinya Tuhan memang tak rela aku melupakannya, meskipun sekarang, si Revan Setiawan Siboru boru itu sudah menggandeng batangan lain.
Dan detik berikutnya, mataku melotot ketika jam wekerku dengan santainya berdering dan menunjuk pukul setengah tujuh pagi. Aku mengumpat untuk kedua kalinya. Shitt! Kenapa nggak ada yang bangunin gue! Oh God! Bisa dibabat habis sama si Satpam killer kalau gue datang telat lagi hari ini!
Maka dengan setengah terburu kucari letak handuk dan peralatan mandi ku sebelum bergegas menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka.
Comments
“Heh! Lo sadar gak sich kalo ada orang disamping lo, maen nyelonong-nyelonong aja tanpa permisi!”protes Radit kesal. Bibirnya yang tebal mendadak maju lima sentimeter.
Aku memutar wajah, dan kontan muka innocent Radit menyapaku.
“Sori gue tadi buru-buru”ucapku singkat.
“Buru-buru?”Radit mengernyit. Ekspresi andalan yang membuatnya nyaris mirip aktor korea gadungan.“Lagian lo punya hobi telat mulu sech! Ya jangan ngomel dong kalo tiap berangkat musti buru-buru mulu.”
“Ah udah deh Dit! Jangan ngajak berantem! Gue lagi bete nih!”cerocosku.
“Bete kenapa?”
Aku menghela napas berat seraya menatap muka penasaran milik Radit.
“Gue mimpiin Revan lagi..”
#eh? LANJUT
“Hahahaha! Jovan, Jovan! Sampai kapan sih lo bakal terus ngarepin itu penjahat kelamin! Hahahaha!”cetus Radit dengan tawa lebar tiada henti. Andai saja dia bukan sahabatku, bisa kupastikan sepatu pantofel hitamku bakal bersarang di mulutnya.
“Gua nggak ngarepin dia!”pekikku membela diri. “Hanya saja... rasanya gue belum bisa melupakannya, Dit! It's sucks!”
Dan kulihat si cowok 'berambut supermi' itu masih tertawa ngakak. “Sampai Mpok Nori puber kedua pun juga lo nggak bakal bisa lupain dia kali, Van! Hahaha!”
Aku mendelik, “Maksud lo?”
“Yeah, gua tau kalo dia itu first love elo. Jadi, lo bakal susah buat ngelupain dia! You know? Bukankah cinta pertama itu susah buat dilupain?”Radit mengangkat alis kanannya.
“Tapi gue tersiksa kalo terus-terusan keinget sama dia! Ngarepin cowok yang udah nyata-nyata punya gandengan lain pasca mutusin gua? Ah, its Crazy!”pekikku seraya menekur dengan isakan pelan. Aku tahu, masalahku kali ini bukan masalah sepele. Melupakan Revan -yang kata Radit- penjahat kelamin itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Dia adalah satu-satunya cowok perfect yang kutemui di sekolah ini. Cuma dia yang mampu menggetarkan hatiku semenjak upacara MOS dulu. Dan parahnya, he is my first love. Kebayang kan bagaimana desperate-nya aku mencoba melupakannya.
“Jadi, lo bener-bener mau ngelupain itu kampret?”sambung Radit seraya mengeluarkan diktat matematikanya karena jam pelajaran pertama akan dimulai sebentar lagi.
“Iya! Gua pengen ngelupain Revan!”
“Yakin?”
“One thousand percent sure and serius!”telakku.
Sejenak, kulihat Radit nampak menerawang. Jidatnya yang mengkerut semakin membuatnya mirip paranormal kesiangan. Dan detik berikutnya, dia sukses membuatku kaget karena ia mengarahkan wajahnya padaku secara tiba-tiba.
“Gue rasa, satu-satunya jalan yang bisa lo lakuin buat ngelupain Revan ya dengan nyari cowok baru!”
Aku terkesiap mendengar perkataan Radit barusan, “Cowok baru?”
“Iya! Setidaknya dengan punya cowok baru, lo bisa sedikit demi sedikit ngelupain kenangan lo sama Revan!”
Aku mengangguk perlahan. Benar juga apa kata Radit. Setidaknya pacar baru bisa sejenak mengisi kekosongan hatiku yang akhir-akhir ini hanya dipenuhi oleh Revan, Revan, dan Revan.
“Tapi gue harus cari cowok dimana Dit?”
Yep. Itu pertanyaan selanjutnya. Dimana aku bakal mendapatkan cowok berkualitas yang setidaknya beberapa derajat diatas Revan. Kuakui ia memang sempurna. Tapi jika aku bisa mendapatkan yang lebih baik dari dia, its mean, aku bisa dong membuktikan kalau aku bisa lebih baik dan bisa move on tanpa dia.
Tapi masalahnya, GUA MESTI HUNTING COWOK DIMANA??
Nyari cowok satu sekolah? Oh tidak! Aku belum cerita ya kalau sekolahku ini adalah SMEA yang 80% nya adalah cewek. So? Mustahil kan aku nyari cowok disekolah? Sama aja kayak nyari ikan di padang pasir!
Kalaupun ada 20% cowok disini, aku sama sekali takkan pernah meliriknya. Kenapa? Karena aku sama sekali tak tertarik pada mereka. Dalam kata yang agak kasar, mereka punya tampang standar. Jadi, big no no jika aku menggaet mereka. Sama sekali tak sepadan dengan Revan yang super duper cute se-sekolahan.
“Lo kan punya akun facebook!”timpal Radit kemudian yang membuatku sedikit tersadar dari lamunan gila tentang Revan yang lagi striptease di otakku. “Kenapa lo nggak cari cowok disana?”
Masalahnya, akun facebook ku adalah akun normal yang 100% friendlistnya adalah teman SD hingga SMP yang notabene cowok dan cewek straight. Bisa mati gila dong kalau aku minta mereka jadi pacar aku.
“So, gue mesti gimana dong Dit? Seumur-umur gue nggak pernah dilema kayak gini!”
“Yaelah, kayak lagunya Intan Nuraini ajah!”cibir Radit dengan bibir tipisnya yang mendadak maju beberapa sentimeter.
“Gua serius Dit! Malah dibercandain!”umpatku meninju pelan lengannya.
“Duh, sakit Van!”lenguhnya seraya mengelus lengan kanannya. “Lagian lo ribet amat sih jadi orang!”
Aku nyinyir begitu Radit menyebutku 'ribet'.
“Lo sebenernya mau ngebantuin gue nggak sih Dit?”sambungku dengan nada yang kini serius.
Radit melengos kearahku. “Gue mau mau aja bantuin lo. Tapi lo yakin nggak sama niat lo buat ngelupain Revan?”
Mataku mendelik. “Gua serius Dit! Gua serius!”
“Kalo lo emang bener-bener mau ngelupain Revan dan nyari cowok pengganti,”Radit memberi jeda. Tangannya sibuk menulis sesuatu diatas kertas yang disobek dari buku tulisnya dan kemudian diserahkan kepadaku. “Coba lo akses situs ini, gue yakin lo bisa dapet cowok se-perfect yang lo mau.”
Tanganku mengulur menerima sobekan kertas dari Radit. Dan mataku berbinar begitu mendapati alamat web yang ditulis Radit dengantulisan cakar ayam-nya.
Www.boyfriendsrental.com, demikian yang tercetak disana.
“Ini alamat apa?”tanyaku penasaran.
“Situs penyewaan pacar khusus kaum gay! Coba lo akses kesana! Daftarnya gratis kok!”jawab Radit singkat.
Aku mengangguk mendengar penjelasan Radit tadi. Dan detik berikutnya, obrolan kami terhenti karena guru matematika kami telah memasuki kelas.
BOYFRIENDSRENTAL.COM
But!
Bukankah ini namanya pelarianku dari sosok Revan yang tak kunjung pergi? Shitt! Kalau kayak gini, aku tak ubahnya melarikan rasaku. It's mean, aku pengecut bukan?
Tapi bayangan tentang cowok-cowok menggoda itu terlanjur menutupi pori-pori akal sehatku. Biar saja. Dengan begini, aku akan bisa tertawa lepas tanpa bayang Revan di otakku. Aku pasti akan dapat melupakannya secepat angin menghempas bulir-bulir dandelion di musim gugur. Oke! Lagipula aku sudah muak terus terkungkung oleh bayangan si cowok extra-cute itu.
Maka dengan setengah gemetar kuketikkan alamat yang diberikan Radit itu begitu layar sukses menampilkan halaman web browser. Tanpa menunggu lama, kutekan enter dan harap-harap cemas dengan apa yang akan aku lihat nanti.
Dan detik berikutnya, mataku sukses membulat begitu layar selesai menampilkan halaman situs yang kuakses. Disana, nampak belasan (atau mungkin puluhan) foto cowok-cowok keren yang berpose dalam gaya yang berbeda-beda. Beberapa dari mereka ada yang berpose hanya dengan thight boxer di bagian bawah. Bahkan ada yang berani berpose hanya dengan celana dalam putih yang seksi, memamerkan tubuh padat yang terpahat sempurna. Dan kesemuanya adalah cowok lokal! Cowok Indonesia yang rentang umurnya sekitar 20 hingga 30 tahunan.
Mataku membelalak tanpa jeda. Berulang kali kuteguk ludah yang mencekat kerongkongan menyaksikan deretan foto cowok-cowok menggoda yang topless itu. Meskipun tergoda, tapi aku tak suka tipe lelaki yang ekshibionis seperti itu. Tepatnya takut diapa-apain sama mereka.
Maka kugeser trackpad dan pandanganku ke sekelompok cowok yang berpose dengan gaya yang lebih 'aman'. Mereka nampak mempesona dalam balutan T-shirt dan kemeja yang nampak fashionable. Beberapa juga masih nampak muda dan fresh selayak anak-anak kuliahan. Mendadak aku jadi berpikir, buat apa ya mereka rela jadi pacar sewaan di situs 'toko cowok' ini.
Kemudian mataku berhenti pada seorang cowok berambut spike yang nampak super cute bin gentle dalam balutan kemeja satin putih dan celana pensil hitam. Kesan pertama: rapi dan fashionable.
Maka tanpa ragu-ragu kuklik tombol biodata disebelah foto dan mencuatlah rentetan data-data yang menjelaskan tentang cowok itu.
Name: Billy Welliansyah
Age: 22 years
Hobby: Reading, basketball, sing.
Price: Negotiable
Coverage: Jabodetabek
Status: RESERVED
Aku kontan mengumpat begitu membaca tulisan 'RESERVED' yang ditulis besar-besar itu. Sialan, rupanya aku kalah cepat. Cowok itu sudah terlebih dulu dipesan seseorang.
Maka kembali kuedarkan pandangan menelusuri rentetan foto-foto cowok nan menggoda itu. Dan kali ini, mataku berhenti pada foto cowok berbody atlet yang nampak sporty dalam balutan jaket lengan buntung, celana pendek dan kets putih serta topi sport dikepalanya. Wajahnya yang tegas membuat ia nampak manly. Sepertinya yang ini lebih yummy dari yang tadi. Maka tanpa basa-basi kuklik icon biodata disamping foto.
Age: 21 years
Hobby: Movie, culinary hunting, music
Coverage: Jabodetabek
Price: Negotiable
Status: AVAILABLE!
AVAILABLE? REALLY? BINGO!!
Aku sontak bersorak sorai begitu mendapati cowok yummy itu masih AVAILABLE. Sekali lagi kulirik fotonya yang adorable itu. Cute, keren, manly, tinggi, dan.... dia punya lesung pipi! Oh my God! What a perfect boyfriend!
Aku nyaris saja berlonjak-lonjak kalau saja mama tak mengetuk pintu kamar dan menyuruhku untuk makan malam. Maka sebelum beranjak, segera kuketikkan sebuah email singkat yang berisi ajakan ketemuan pada icon 'send message'. Setelah pesan ku terkirim, segera kuklik icon 'date me' yang berarti aku sudah setuju untuk memilih cowok bernama Arnold itu sebagai pacar sewaanku.
Dan detik berikutnya, aku beranjak menuju ruang makan sembari berjingkrak bak orang gila setelah mematikan laptopku. Sebentar lagi, seorang Jovan-yang menurut pendapat Radit, gue ini menyedihkan-bakal punya pacar sewaan yang extra cakep dan yummy!