It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Maka tanpa basa-basi, kurogoh BlackBerry di kantongku dan segera menelepon nomor Arnold yang kemarin sempat ku-save.
"Halo?" sapa Arnold dikejauhan.
"Lu dimana? Gue udah di Ala Carte nih"
"Gua di pojok, yang deket eskalator,"jawabnya dengan suara tegas yang membuatku mulai membayang-bayangkan ketampanannya.
"Yaudah gue kesitu, tunggu yaa?" ujarku sebelum mematikan telepon dan bergegas memacu langkah kearah meja yang diberitahukan oleh Arnold tadi.
Setengah kesusahan aku terus menebarkan pandangan kesegala penjuru. Sialan. Terlalu banyak cowok-cowok keren disini. Jadi susah mencari-cari Arnold yang notabene baru kuketahui lewat foto. Namun aku tetap berusaha mencari dengan berbekal tampang keren Arnold yang sudah melekat di memori otakku.
Dan aku akhirnya berhenti dihadapan sesosok cowok yang tengah menghirup hot cappucino di tangannya. Sekilas kutatap wajahnya yang mulus. Tepat. Ini memang Arnold. Tubuhnya yang nampak padat terbalut oleh kaos v-neck warna putih yang ketat. Serta jins biru yang branded punya yang dipadu dengan sepasang converse abu-abu nampak menunjukkan betapa fashionablenya dia. Mendadak saja aku merasa gemetar. Dadaku tiada henti berdegup.
"Ha..haii, Arnold yaa?" Sapaku kikuk.
Sebentar kulihat Arnold meletakkan cangkir cappucinonya diatas meja. Kemudian melemparkan tatapan matanya kearahku. God! Kurasa detik itu aku kehabisan napas. Ia begitu sempurna.
"Iya, gue Arnold, lo pasti Jovan yaa?" Ucapnya seraya menyunggingkan senyum diantara deretan gigi putihnya.
"I..iya" jawabku masih dengan dada berdegup. "Udah lama nunggunya?" Tanyaku lagi. Sekadar berbasa-basi.
"Yah , belum terlalu lama juga kok," jawabnya lagi dengan suara tegas yang begitu terdengar macho.
Untuk sesaat, mataku tiada henti menelusuri tiap jengkal sosok tampan yang kini tengah duduk didepanku itu. Arnold benar-benar perfect. Auranya begitu bersinar. Ketampanannya benar-benar berlipat dibanding foto yang di pajangnya. Rambutnya disisir spike. Bibirnya yang dibasahi hot cappucino nampak menggoda.
ayo lanjut...
"Ehh..ehh..nggak apa-apa!" ujarku salah tingkah. Bisa kurasakan wajahku memanas.
Kulihat Arnold tersenyum. Manis. Bahkan aku yakin gula termanispun kalah dengan senyumnya.
"Jadi? Apa yang membawamu membuka boyfriendsrental?"
Aku sontak terkesiap begitu Arnold menanyakan hal tersebut. Mampus gue. Bisa-bisa aku bakal ditertawakan olehnya karena alasan konyolku untuk menyewanya hanyalah untuk balas dendam pada Revan. God! Bukankah itu kontol?
"Emmm... Anu, sebenernya, gue.. Guee.."
"Mau balas dendam sama mantan?"
Aku melotot. How can he reads my mind?
"Eh, kok lo tau?" Celosku segera.
Ia tertawa. "Hahahah, tau lah. Soalnya alasan klasik anak-anak ababil yang nyewa gue itu kalo nggak mau balas dendam sama pacar yaa mau pamer ke temen, hahaha! Aku nggak habis pikir sama anak sekarang, apa pacar itu kayak barang yang bisa dipamer-pamerin, hahahah!"
yeahhh... itu konTol.... wkkwkwk... LOL!
blum bsa koment,,crita.y blum bsa gambarin apa2,, hehe
*ngarep up lbih bnyak