It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Penulis: Yanz/ Ide: Robby Hendrawan
CATATAN: ini adalah sebuah fanfiction tentang boy band Indonesia. Fan artinya penggemar sedangkan fiction artinya karangan jadi fanfiction adalah karangan seorang penggemar terhadap idolanya, dan tolong jangan cekal aku gara2 cerita ini karena bukan hanya aku, banyak fans lain yang membuat fanfiction, mohon pengertiannya. Ini hanya fiksi semata, adapun kesamaan nama tolong jangan didramatisir cukup nikmati ceritanya.
*Xing POV*
“Haaah…” ini untuk kesekian kalinya aku menghela nafas panjang.
Aku hanya duduk di tangga sambil melihat si pirang itu, panggil saja dia Xander, adik kelasku yang memiliki tubuh lebih besar dariku, berambut pirang, berkulit putih, sangat cool, jauh lebih manly dariku. Aku menyukainya, sudah terlalu lama memendam perasaan terhadapnya namun tidak ada secuil pun keberanian yang muncul, tentu saja karena gender kami yang sama.
Di tangga aku menatap dia yang sedang seru memamerkan bakat dancenya, ditonton dan disoraki banyak orang membuatnya semakin bersemangat menggerakkan tubuhnya dengan lincah. Dia menyeka keringatnya kemudian menatapku yang duduk di kejauhan, rasanya seperti baru saja ada yang memanah hatiku, aku begitu gugup. Xander melambai ke arahku, karena takut salah orang akhirnya aku melihat ke belakang dan sekitarku namun tak ada satu pun orang. Aku mengarahkan jempol ke dadaku, Xander hanya tertawa dan kembali melambai, aku yang sadar ternyata lambaian itu untukku akhirnya membalas lambaian itu dan tersenyum dengan wajah yang bersemu.
Begitu saja aku sudah geer, payah kau Xing! Aku menggigit bibir bawahku, tidak bisa menahan senyuman bahagia, rasanya ingin melayang haaah…
“Sedang memperhatikan si pirang lagi? Kalau memang suka nyatakan saja,” kata sebuah suara yang ternyata berasal dari tangga di belakangku.
Aku sangat terkejut, rasanya dadaku sangat berdegup kencang bagaikan maling yang tertangkap basah, coba bayangkan posisiku sekarang. Dia orang baru yang masuk ke dalam kehidupanku, selalu mengikutiku diam-diam dan sangat tau apapun tentang aku padahal aku saja baru mengenalnya.
*Flashback*
Namaku Xing Hermina, aku siswa kelas XII SMA sekarang. Pagi itu aku bangun terlambat, mandi pun aku tidak sempat. Aku cuci muka, gosok gigi, pakai seragam dan tanpa sarapan aku langsung menyambar motorku.
Di depan gerbang aku berteriak-teriak pada pak satpam agar jangan ditutup dulu gerbangnya dan syukurlah walau sudah pukul 07:40 tapi beliau tetap memberikan kesempatan masuk. Dengan cepat aku berlari di lorong, tidak memperdulikan banyaknya guru yang memarahiku ataupun orang-orang yang kesal kutabrak aku tetap berlari, sedikit lagi sampai kelas namun…
BRUUK!
Aku langsung terduduk begitu dada bidang itu gagal kuterjang di persimpangan lorong kelas, “Kau tidak apa-apa?” tanya suara hangat itu sambil berjongkok di hadapanku.
“Tidak apa-apa, aaakkhh aku sudah telat! Permisi,” kataku pelan dan kembali ingin lari. Namun tangan kokoh itu menahan pinggang dan leherku, aku sangat terkejut. Kutolehkan wajah ternyata pemuda yang kutabrak tadi sedang membelengguku dalam pelukannya.
“Juliet…” bisiknya di kupingku dan hembusan nafasnya membuatku geli. Kesal karena dihambat aku pun menyikut perutnya dan kembali berlari ke kelas.
>>>>>>>
“HOAAAH!” teriakku ketika sampai di dalam kelas, semua menatapku heran seolah aku makhluk aneh saja. Namun senyumku merekah dan bersorak riang ketika menyadari ternyata belum ada guru yang datang, aku tidak terlambat! Aku terus meloncat kegirangan yang membuat seisi kelas tertawa melihat kelakuan konyolku.
“Ehem…” deheman itu menyadarkanku kemudian membalikkan tubuh.
“Ka-kau tadi yang aku tabrak?”
“Silakan kembali ke tempat dudukmu nak.”
Aku pun duduk sesuai perintahnya. Siapa orang ini? Orang ini memang baru pertama kali aku temui tapi entah mengapa perasaanku mengatakan sepertinya aku pernah mengenalnya.
“Perkenalkan saya adalah guru TIK baru kalian, nama saya adalah Handi Morgan Winata. Namun kalian bisa memanggil saya Pak Morgan ataupun Kak Morgan karena umur saya masih 24 tahun. Cukup dari saya, ada yang perlu ditanyakan?”
“Kak Morgan, sudah punya pacar belum?” Tanya Anissa Chibi malu-malu.
“WUUUUU!” sontak semua bersorak karena pertanyaan tadi.
Morgan juga sedikit menahan senyum namun dia tetap mempertahankan ke-coolannya itu, “Sebenarnya ini pertanyaan yang tidak penting. Namun saya belum memiliki pacar.”
Semua gadis bersorak riang begitu mengetahui guru muda itu menjawab pertanyaan gak penting tadi. Kemudian dia mengapsen untuk menghafal nama tiap murid, dia kembali menatapku dalam-dalam saat memanggil namaku, ada apa ini..
>>>>>>
Sepulang sekolah aku langsung merebahkan badanku yang lelah di kasur, sebelumnya kubuka jendela dengan lebar. Tapi aku kembali dikejutkan dengan pemandangan di jendela yang berseberangan dengan jendela tetangga sebelah yaitu seorang pemuda yang rasanya aku kenal sedang membuka bajunya dan membuat wajahku memerah.
“Hei kau Xing, rupanya kita bertetangga,” katanya memanggilku saat menyadari aku menghintipnya.
Aku langsung bersembunyi, tapi dia kembali memanggilku yang terpaksa membuatku keluar menatap jendela, “Iya Pak Morgan…” kataku lemas.
Dia tersenyum geli, “Sekarang kita ada di rumah, panggil saja aku Morgan tanpa embel-embel.”
Dia mengajakku mengobrol jadinya aku ke luar jendela, duduk di balkon dan dia pun menyebrang ke tempatku duduk. Kami berbincang-bincang namun anehnya dia tau banyak hal tentang aku bahkan dia tau kalau aku menyukai cowok WTH! Sebenarnya siapa dia? Kenapa begitu misterius dan pertemuan dengannya serba kebetulan? Dimana ada aku pasti dia selalu muncul secara mendadak dan membuatku terkejut.
*END FLASHBACK*
“Tidak semudah itu pak… Mana mungkin aku berani menyatakan cinta terlarang ini.”
“Hmm… Pengecut, apa salahnya mencoba?” katanya yang duduk di sampingku kemudian menarik hidungku.
“Bapak itu kan guru, harusnya tidak mendukung tindakanku kali ini!”
“Tapi kau muridku yang special, aku akan terus mendukungmu, melindungimu dan berada di sampingmu sampai kau mengingatnya.”
“Hah? Mengingat apa? Selalu itu yang kau katakan tapi tidak juga memberI tahuku mana aku ingat.”
“Nanti kau pasti akan ingat pada waktunya,” kata Morgan sambil bangkit, mengusap kepalaku pelan sebelum meninggalkanku.
Aku menatap Xander lekat-lekat, dia juga mulai berjalan mendekatiku, “Haah… Lelah sekali. Bagaimana penampilanku tadi Xing?” Tanya Xander yang duduk di sebelahku dan merangkul bahuku. Aku hanya terdiam dengan wajah pucat, “Kau pucat sekali, aku bau keringat ya? Hahaha sorry…” kata Xander sambil jaga jarak.
“Bukan begitu…” kataku terpotong.
“Lalu apa?” katanya dengan senyuman dan tangannya menarik daguku agar bertemu pandang. Aku sangat gugup.
“Boleh aku bicara sesuatu? Tapi bukan di sini. Di tempat lain yang lebih sepi?”
Xander mengangguk tanda dia setuju. Kami pun pergi ke kolam renang sekolah yang kemungkinan sepi saat jam pulang begini. Kami berdiri berhadapan di sisi kolam. Aku menelan air liurku, menyiapkan kata-kata untuk diucapkan nanti dan mentalku pun siap!
“Xander, sebenarnya aku sangat menyukaimu, mencintaimu! Sudah lama aku simpan, tapi baru kali ini aku berani,” kataku atau tepatnya teriakku sambil menunduk. Aku tidak berani melihat expresinya.
Dia mengangkat daguku, menemukan pandangan kami dan tatapannya sangat dingin. Kemudian dia menepuk bahuku dan mendekatkan wajah, “Jadi kau gay?” katanya dengan hidung kami yang bersentuhan.
Jantungku rasanya berhenti saat itu juga, mataku lari karena tidak dapat menatap matanya yang sangat dekat, “Aku…”
“Ah.. Ahhahahaha… Astaga! Pesonaku bukan hanya memikat wanita tapi pria pun terpikat hahaha… Tapi aku bukan gay dan tentu saja kita tidak mungkin menyukaimu,” katanya dengan tawa mengejek.
Kreakk… Rasanya jantungku robek detik itu juga, mataku berkaca-kaca namun aku berusaha menipu wajahku, “Ahahaha… Tentu saja kau normal, aku pun normal! Aku cuma mengetesmu!”
“Tapi tadi wajahmu memerah dan kau sangat gugup?” tanyanya menyindir.
Aku terus tertawa sampai tidak sadar kalau air mataku menetes, aku bingung bagaimana menyembunyikan wajah bodohku sehingga aku nekat jalan mundur walau aku tau di belakangku ada kolam, walau aku tau aku tidak bisa berenang. Tapi demi harga diriku, aku tidak boleh ketahuan menangis.
BRUUSSSHHH
Tubuh mungilku terjatuh dalam kolam, aku yang merasa sesak karena terminum air mencoba mengapung tapi tidak bisa. pandanganku gelap, rasanya sakit sekali aku tidak bisa bernafas. Namun aku merasakan tangan hangat menarik pinggangku sebelum kesadaranku hilang. Aku bisa merasakan udara kembali namun nafasku masih sesak. Aku merasa ada yang menekan dadaku kemudian meniup-niup mulutku, setelah kubuka mata ternyata XANDER! Wajahku langsung merah sekali.
“Bodoh… Harusnya kau lebih hati-hati, aku sangat khawatir tadi,” kata Xander dengan manarik hidungku.
Aku memandangnya sayu, tanpa bicara aku langsung bangkit dan meninggalkannya, “Kita masih teman kan Xing? Maaf kalau aku mengecewakanmu, tapi aku mau kita hanya berteman. Aku menyayangimu sebagai teman, kuharap kau tidak sakit hati dan bisa menemukan yang lebih baik dariku. Aku menerimamu apa adanya, tetepalah jadi temanku.”
Aku tidak bisa lagi menahan derasnya air mataku tapi bisa disamarkan dengan wajahku yang basah, aku menoleh, “Thanks Xander. Kita teman,” kataku saat menoleh dan tersenyum pahit. Dia berlari mendekatiku, memelukku sangat erat yang membuat perasaan sakit dan gugup bercampur menjadi satu.
>>>>>>>>
Sesampainya di rumah aku langsung menghempas tubuh ke kasur, membiarkan bantal menelan wajahku. Aku terhisak di atas bantal, benar-benar memalukan. Aku tau kalau aku akan ditolak, tapi ternyata mentalku belum cukup kuat, sakit sekali! Dan aku masih bersyukur Xander tidak menjauhiku dan bahkan memohon agar aku tidak menjauhinya tapi tetap saja… Haaah… Sudahlah Xing, paling tidak aku tidak penasaran lagi.
Tok.. Tok..
Aku mendengar suara jendela diketuk, kuangkat wajahku dan menyeka wajahku.
“Ada apa Morgan?” tanyaku dengan tatapan sayu sambil membuka jendela.
Dia masuk, menatapku dengan tatapan dingin tanpa banyak bicara dia menarik tengkukku dan melumat bibirku. Aku sangat terkejut dan..
BUK!
Bogem mentahku mendara di perutnya, dia langsung meringis, “Ukhh… Kau ganas sekali!” katanya kembali menarik tengkukku namun aku tahan dadanya dengan tangan, “Kenapa menangis? Ternyata firasat burukku benar Juliet.”
“Kau bicara apa sih Pak Morgan!” kataku sambil menatapnya takut.
“Dari jauh aku mencarimu, aku mendapat petunjuk kalau jiwamu adalah jiwa Juliet dan aku pemilik jiwa Romeo. Kau mungkin menganggapku gila, tapi aku benar-benar merasakan kehadiranmu Juliet. Meskipun kenyataannya kau bereinkarnasi di tubuh yang salah, namun meskipun tubuhmu pria aku tetap mencintaimu.”
“Gila! Kau gila! Hissshh… sudahlah.. Morgan, keluar dari kamarku!” kataku sambil mendorongnya. Dia berusaha mengetuk jendela tapi aku hanya membelakanginya dan mengusap hidungku yang merah.
Dia benar-benar gila, bagaimana bisa dia bilang aku ini reinkarnasi Juliet? Adanya reinkarnasi pun belum jelas adanya. Tapi aku kembali merenung, sepertinya aku pernah mengenalnya? Aahh gak mungkin!
>>>>>>>>>>>
Di sekolah, tetap menjalani hari seperti biasa berkumpul dengan Xander, Andi, Val, Thomas, Alex dan Nicko. Xander bersikap seperti biasa dan tetap ramah tapi tetap saja aku galau dan lesu.
Seharian aku habiskan dengan kegalauan hingga akhirnya jam pulang pun tiba, saat aku mau ke parkiran malah sakit perut dan terpaksa ke toilet. Aku kembali menangis di toilet, Tuhaaan kenapa aku secengeng ini! Aaaah aku begitu menyukai Xander!
Selesai dari toilet aku pun kembali ke parkiran namun tiba-tiba hujan lebat, aku lihat sekitar begitu sepi semuanya telah pulang. Haaah… harus menunggu hujan reda sendirian. Aku pun melipat tangan di dada namun ada yang meletakkan jaket di bahuku, “Pak Morgan…” desisku.
“Menunggu hujan reda juga rupanya. Hmmm… Dingin ya?”
“Eumm… Iya pak.”
Namun kilat dan petir nyaring menyambar yang membuatku reflek memeluk Morgan, “Ughh…” aku memeluknya erat karena petir tidak juga berhenti. Tiba-tiba perasaanku seperti ditarik sesuatu, seperti ada yang membawa ingatanku ke suatu tempat, kulihat sepasang kekasih di pikiranku dan tiba-tiba… Aku ingat! Aku sangat ingat moment itu, aku…. Aku pernah mengalaminya.
“Kau sudah mengingatnya?” kata Morgan menarik daguku ke atas.
“I-iya… Ini sangat aneh, tapi aku sudah ingat masa lalu kita,” kataku pelan. Tiba-tiba saja wajahku memerah saat menghirup aroma tubuhnya, jantungku sangat berdebar.
“Thanks Xing, aku akan menerima ragamu sebagai Xing tapi jiwamu tetaplah kekasihku di masa lalu,” katanya sambil mendekatkan wajah. Jantungku semakin berdegup kencang, dapat kurasakan nafasnya yang mendekat, kupejamkan mata dan bibir hangat dan lembab itu menyentuh bibirku dengan lembut..
Akulah Juliet yang memasuki raga yang salah..
END
Jelek ya? Gak ada nyawanya kan nih cerita? Heu heuuu… maaf yanz imut lagi sakit dan kurang mood makanya jelek, tapi karena sakit dan kurang kerjaan mending ngetik cerita! Tolong konkrit ya? Kritik dan saran membangun, flame pun aku terima yang penting KOMENTAR! XD
Catatan kecil kalau aku bukan smashblast Cuma aku lumayan mengagumi ketampanan Morgan, hanya MORGAN! Selain itu aku suka semua personil FAME! Bagaimana dengan kalian?
Thanks sudah baca. bagaimana? Komentar please, karena komentar kalian adalah nafas dan semangat yanz yang membuat yanz bertahan menulis detik ini, dan komentar kalian adalah penghargaan yang sangat berarti buat yanz.
Numpang promo FB: http://m.facebook.com/yanuar.cassielf/ berlangganan FBku please? Kalau ada keperluan kalian bisa menghubungiku langsung.
Haha ya ini bubuhan boyband smash dan fame.. Mereka cakep
kalo menurtku lbh baik di bikin kalimat yg lbh sdrhana aja jd ya rada awam bs ngerti n nyerna dg baik misal jd mengencangkan rahang atau rahangnya mengencang
*sotoy bgt dah w*
hoho penggemar boyband xixi tp kalo liat m0rgan yg sekarang jd rada ilfil dh ma gaya rambutnya, cz member2nya pada ganti gaya rambut yg menurutku gk pantes sama orgnya
*sotoy lg dah*
haha thanks ya